Tak Bisa Dicegah

6K 1.3K 276
                                    


Sayah muncul Lagi wkwkwkwkw.

Menjelang tamat, cerita ini harus digas.

Tim opor atau rendang, mana suaranyaaa?

*****

"Kak ...."

Panggilan lemah itu membuat Sambada langsung berhenti mencium kening Athira. Pria itu sedikit memundurkan wajah dan langsung lega luar biasa melihat Athira yang akhirnya membuka mata. Wanita itu masih menatapnya dengan raut lemah dan penuh kebingungan.

Tentu saja, pikir Sambada. Sebelum istrinya terkapar seperti saat ini, mereka bertengkar hebat. Athira mengamuk dan mengatakan ingin berpisah dengannya. Seketika tubuh Sambada tersentak.

Kenyataan itu menghantamnya lagi. Hantaman yang kali ini tak bisa dilawan Sambada karena kondisi istrinya. Namun, bukan berarti menerima hantaman itu akan membuat dirinya lemah dan menyerah. Sambada telah sejauh ini dalam mendapatkan Athira. Dka akan  mempertahankan wanita itu bagaimanapun caranya.

Menangkup wajah Athira, Sambada kemudian berkata, "Kamu sudah sadar, Sayang? Apa perutmu masih terasa sakit?"

Athira yang melihat air mata di pipi Sambada kebingungan. Apa kondisinya separah itu?

"Aku panggilkan dokter lagi ya untuk memeriksamu."

Athira menggeleng. Tatapan matanya melarang Sambada menjauh. Ia masih terlalu lemah untuk ditinggalkan. Dalam kondisi seperti ini, Athira tak mau jauh-jauh dari suaminya.

Ia tak akan lupa rasa sakit yang dialaminya beberapa saat lalu. Jika tak ada Sambada, mungkin Athira akan merasakan sakit lebih parah.

Perasaan Athira kini makin berkecamuk. Bahkan dalam keadaan paling rendah di hubungan mereka pun, nyatanya mereka tak bisa saling berhenti peduli.

Mata Athira berkaca-kaca. Sakit yang dialaminya tadi berbeda. Athira tak pernah merasakan sakit seperti itu.

"Sayang ... masih sangat sakit kah? Katakan, apa yang kamu rasakan?" Kekhawatiran Sambada terasa mencekik. Setelah mendapatkan peringatan dari dokter, melihat Athira hanya diam pun telah membuat Sambada ketakutan setengah mati.

"Jujur aja aku masih mau ngomel, tapi lemes banget. Jadi ngomelin Kak Badanya ditunda sampai batas waktu yang nggak ditentukan."

Jawaban Athira membuat Sambada terkekeh. Meski air mata pria itu masih mengalir.

"Boleh kan?"

"Tentu saja. Kamu boleh mengomeliku sepuas hati. Kapanpun kamu mau. Bahkan tanpa alasanpun, kamu boleh mengomeliku."

Tangan Athira terulur, mengusap pipi Sambada. Dia tak suka melihat Sambada menangis.

"Kondisiku separah itu ya?" tanya Athira yang merasa jawaban Sambasa adalah pertanda buruk bagi kondisinya saat ini. "Iya?" ulang Athira.

Sambada mengangguk.

Athira mencoba tersenyum meski gagal. Dia sudah sering melihat adegan semacam ini di film dan drama. Detik-detik menuju akhir hayat memang selalu seemosional ini. "Waktuku berapa lama lagi?"

"Apa?" tanya Sambada bingung.

"Penyakit ini ... ngasi aku waktu berapa lama lagi, Kak?" Athira tak menunggu Sambada menjawab. "Aku kena penyakit apa? Kanker? Lupus? Atau apa?"

"Kamu bicara apa sebenarnya?"

"Biasanya sih kanker ganas. Kayak di sinetron kan bikin pemainnya sering ngerasa nggak enak badan dulu, terus pingsan, nah baru tambah parah."

Has To Be YouWhere stories live. Discover now