Nomor telepon

5.6K 1.4K 254
                                    


Akhirnya apdet lagiii..kan kemarin, apdetnya di IG @sekteyupi.

Yokkk dibacaah. Btw eke nggak edit yak.

❤️‍🩹

Aku melihat kepergian Kak Sambada dengan hati gundah. Caranya yang begitu tenang mengusikku.  Dia jelas terlihat kesal sebelumnya, tapi kenapa akhirnya malah tampak  rela?

Wah nggak bisa dibiarin ini!

Tatapan Kak Sambada tadi mengingatkanku dengan malam perpisahan kami.

Tatapan penuh raaa sakit, tapi juga ikhlas. Tatapan yang membuat raungan tangisku tak berguna akhirnya.

Iyap, aku tak mau menangis lagi! Tidak lagi! Setidaknya aku harus melakukan sesuatu terlebih dahulu.

Qahi selalu ada di antara kami di saat yang tak pas. Aku tak bisa mengatakan dia kutu pengganggu. Perasaan marahku telah hilang pada Qahi seiring rasa cintaku.

Bagiku kini, dia hanya teman biasa. Aku tak bisa menyingkirkannya karena kedekayan keluarga kami. Lagi pula untuk saat ini aku membutuhkannya.

Aku bergegas menuju ruang tamu. Sudah saatnya Qahi bertanggung jawab sama perbuatannya. Kenapa aku merasa kata-kataku keren sakali?

Aku menemukan Qahi yang masih duduk di sofa. Aku tahu dia mengintip tadi san sekarang pura-pura tengah sibuk sendiri.

Aku menghela napas panjang sebelum mengulurkan tangan padanya.

Qahi malah mau menjambat tanganku hingga aku mencubit telapak tangannya.

"Awww ... Ra, sakit. Kok dicubit sih? Lepas Ra, aduh ...."

Aku melepas tangan Qahi.

"Perasaan dulu kamu manis banget. Kok sekarang berubah?"

"Times change, people change."

Qahi memutar bola mata mendengar ucapanku.

"Terus ngapain kamu tadi kayak orang mau salam pas lebaran?"

"Mau minta nomor Kak Bada."

"Apa?"

"Qahi kamu kan nggak budek. Masak aku harus ulang terus. Cape tahu. Minta nomor Kak Bada ya, Qahi baek deh."

"Jadi kamu nggak punya nomor Kak Bada?"

"Iya."

"Bagus dong."

"Kok bagus?"

"Jadi kamu cuma bisa chattan sama aku."

Sejak dulu Qahi selalu apa adanya padaku. Hingga kadang terasa sangat menyebalkan.

"Emoh."

"Kok emoh."

"Ya masak cuma chattan sama kamu doang. Ketemu terus, chattan terus. Kan bosen."

"Kamu bosen sama aku?"

"Please, Qahi, nggak usah lebay. Nomor Kak Bada mana?"

"Kalo aku nggak mau ngasi?"

"Kita kemusuhan."

"Kemusuhan?"

"Nggak temenan lagi."

"Gara-gara Kak Bada kamu nggak mau temenan sama aku lagi?"

"Nggak, tapi gara-gara kamu nyebelin."

Qahi menghela napas. "Kamu tahu kan kenapa aku nggak ngasi nomor Kak Bada?"

"Aku harus jawab ya?"

"Iya."

"Iya udah jawabannya juga iya."

Has To Be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang