36. pantai

51 39 0
                                    

36

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

36. Pantai

*****

Meskipun Vaga suka menghilang tanpa ke jelasan, tetapi setiap tindakan lelaki berwajah lembut itu mampu membuat Azoya luluh serta terbuai pesonanya. Sepertinya lelaki itu memang sangat berpengalaman dalam percintaan, tipe-tipe buaya begitu.

Vaga membawa Azoya pergi ke pantai, perjalanan mereka di tempat kurun waktu se-jam.Sesaat mendapati pemandangan indah di sore hari di kelilingi hamparan pasir, air pasang yang menyapu dan membawa berbagai bebatuan.

Menakjubkan, lelah perjalanan seketika terlupakan.

"Capek, yah?"

Ia mengajak Azoya duduk di hamparan pasir tanpa alas, sembari menghadap ke arah lautan. Beristirahat sejenak selepas perjalan membosankan yang mereka tempuh, dua orang itu terlarut dengan indahnya pemandangan gemercik air yang mengenang.

"Loh udah bilang, kan, ke orang tua loh kalau kita baliknya agak maleman," tanya Vaga. Posisi duduk cowok itu memeluk lututnya, begitu pula Azoya.

"Iya, bilang, kok. Nanti." Azoya menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.

Vaga menoleh binggung. "Lho, kok, nanti?"

"Kalau aku bilang pasti gak di ijinin. Main ke komplek sebelah aja, di interogasi dulu!" jawab Azoya bersemangat sesuai yang dipikirkannya.

"Tapi kalau mereka panik nyariin loh gimana? Dikira, tar, gue penculik anak-anak lagi."

Vaga mengusapkan wajah sambil terkekeh kecil mendengar jawaban lugu itu. "Izin dulu, gih. Sebelum mereka nyetak poster anak ilang."

Azoya mengerucutkan bibirnya. "Paling pada seneng!"

Vaga menaikan alisnya. "Kenapa malah seneng?"

"Kaka aku jahat semua! Padahal gue gak salah apa-apa!"

Azoya mencurahkan isi pikirannya sesuai sesuai versinya. Meskipun kenyataan sebenarnya dia lah yang suka sekali mencari ribut hingga saudara marah dan mengumpat setiap melihatnya. Dia-nya saja kurang sadar diri. Jangan salahkan Azoya, siapa suruh mereka jadi cowok yang punya predikat selalu salah.

"Sabar, yah. Jangan sedih lagi." Tangan Vaga bergerak menepuk puncak kepala Azoya.

Lelaki itu tersenyum miris mengetahui kehidupan menyedihkan Azoya. Ada perasaan tidak tega kalau menyakiti cewek lugu di sampingnya, meskipun Vaga seorang pemain wanita tetapi ia juga punya hati jua.

Cowok itu lantas berdiri. "Ayo, keliling! Jangan sedih. Nanti kalah sama pasir."

Emang pasir kenapa?" Azoya balik bertanya.

"Em.. gak ada, sih. Cuma sok bijak, doang. Gue gak pandai kata-kata," balas Vaga acuh.

Lelaki itu merendahkan tubuhnya mulai mengapai tangan Azoya yang masih diam di tempatnya, Azoya pun berdiri mengikuti. Mereka mulai mengelilingi setiap sudut pantai, Vaga sesekali mengajak berlarian seperti pasangan ke banyak, dengan senyum tak lepas di bibirnya.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Where stories live. Discover now