1

40.4K 1.6K 67
                                    

"Selamat ulang tahun."

Senyuman manis menyambut lelah, si empu membalas dengan senyum tipis lalu meniup lilin.

"Terima kasih." Dibubuhkan kecupan ringan dipucuk kepala si manis.

"Selalu indah, semoga kita hidup bersama selamanya," tutur Arvi ia balik memberi ciuman di pipi sang dominan.

Hari ini ulang tahun San, dominannya. Ia menyiapkan segalanya, bahkan mendekor apartement San.

"Kau menyiapkan ini?" San mengedarkan pandangannya, ia sungguh merasa terkesan.

"Iya, kau suka?" ucap Arvi yang di angguki San.

Arvi tersenyum, ia mengambil alih tas dan juga jas sang kekasih. San pasti lelah setelah seharian bekerja.

San pria ini, sudah menemaninya selama tiga tahun. Suka dan duka ia bagi bersama. Bagi Arvi, San segalanya.

Hidup sebatang kara, yatim piatu sejak kecil membuat Arvi begitu bergantung pada sang dominan. Hal yang sangat Arvi syukuri dalam hidup adalah kehadiran San dalam hidupnya.

Ia tersenyum saat melihat San memakan kue coklat yang ia buat.

"Aku menyukai kue nya," ucap San.

"Aku membuatnya sendiri, aku senang kau menyukainya." Arvi menyahut dengan binar bahagia.

"Aku akan menyisakannya, Elio sangat suka kue coklat."

Binar bahagia itu menyusut saat nama submisif lain disebut. Elio, sahabat San sejak kecil sering kali membuat Arvi cemburu karena perhatian San begitu besar untuk Elio. Pernah ia mempermasalahkan itu dan berakhir San marah, bahkan pria itu sampai membentaknya. Hal yang harus diterima dari San adalah Elio, jika ia ingin hidup bersama San maka ia juga harus menerima Elio. Karena San dan Elio hanya sebatas sahabat, itu kata San kala Arvi membahas perhatian sang dominan yang berlebihan.

Manis, pahit hubungannya dengan San sudah Arvi telan habis. Bukan sekali dua kali, San akan memilih Elio dibanding dirinya dan itu membuatnya kecewa tapi sekali lagi 'San dan Elio hanya sebatas sahabat'.

"Benarkah, lalu apa yang aku suka. Apa kau ingat?" Tanya Arvi tiba-tiba, bukan apa-apa hanya saja San sering melupakan apa yang ia suka dan tidak ia sukai.

"Jadi apa yang kau suka?" San balik bertanya.

Benar bukan? San tak pernah ingat hal-hal kecil dalam hidupnya, ia hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan San.

"Pasta, aku sangat menyukainya." Arvi kembali memberi tahu, ia tak pernah bosan untuk mengingatkan San.

"Baiklah, jadi kau mau makan pasta besok?" ucap San membuat Arvi kembali berbinar.

"Tentu! Aku akan senang, terima kasih." Arvi memeluk sang dominan.

Hanya hal sepele tapi Arvi sangat bahagia, sulit juga meminta waktu San jadi bukankah ini suatu hal besar? San itu pria sibuk, ia lebih memilih berkutat dengan pekerjaannya dibanding bersamanya.

San menyimpan kue di atas meja lalu balas memeluk Arvi. Submisif ini selalu ceria dan mengumbar senyuman, ia menyukai hal itu.

"Terima kasih untuk semuanya, aku senang," bisik San.

"Jangan terlalu lelah bekerja, kau bisa sakit," sahut Arvi, keduanya masih saling memeluk.

"Eum,"

"San, apa kau mencintaiku?" tanya Arvi. Ingin rasanya mendengar kata-kata manis dari sang kekasih.

"Iya," sahut San.

Padahal bukan itu yang ingin Arvi dengar, ia ingin San mengatakan jika ia juga mencintai dirinya tapi itu sungguh sulit untuk ia dengar dari pria yang mendekapnya.

"Aku juga selalu mencintaimu San, aku sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku," cetus Arvi ia semakin mempererat pelukannya.

"Aku tahu," ucap San.

________

Wkwkw

Balik lagi sama story baru ....

Buruannn ramein!




SECONDWhere stories live. Discover now