Bab 25

10 5 1
                                    

✾ Gardenia ✾

Arjuna berlari di lorong rumah sakit, dengan disusul Nadira di belakangnya. Keduanya menghampiri seorang pria berusia 40 tahunan. Pria itu adalah Rajendra—om Arjuna.

Rajendra adalah adik dari almarhum papanya, yang kini meneruskan perusahaan milik keluarga Arjuna. Rajendra jugalah yang selama ini mengurus segala keperluan Arjuna dan mamanya. Beberapa waktu yang lalu, pria itu menelepon Arjuna, memberitahu bahwa kondisi kesehatan Nindya menurun dan dirujuk ke rumah sakit.

Posisi Arjuna yang saat itu hendak mengantar Nadira pulang, akhirnya berganti arah.

“Om, gimana keadaan mama?” tanya Arjuna yang tampak begitu khawatir.

“Dokter bilang, mama kamu mengalami komplikasi dan sekarang sedang dalam pantauan dokter. Kita doakan saja yang terbaik, ya,” ujar Rajendra mencoba menenangkan keponakannya.

Nadira yang merasa asing di sana, hanya bisa diam memandangi Arjuna dari jauh. Ingin sekali ikut menenangkan laki-laki itu, tapi Nadira takut mengganggu. Beruntung, tak lama Rajendra menyadari kehadiran Nadira.

“Itu temen kamu?” tanyanya pada Arjuna.

Hampir saja Arjuna lupa.

“Sini, Ra!” Nadira diminta agar mendekat. “Maaf, ya. Gue terlalu panik tadi.”

“Gapapa,” jawab Nadira memaklumi.

“Oh, iya. Kenalin, ini Om Rajendra, adik papa.” Nadira langsung mengalami Rajendra, sesaat setelah dikenalkan oleh Arjuna.

“Nadira, Om. Temennya Arjuna. Maaf, karena Nadira lancang ikut ke sini,” ucap Nadira yang sebenarnya memang merasa tidak enak karena ada di sana.

“It's okay. Arjuna yang bawa kamu ke sini, kan? Itu artinya dia mempersilahkan kamu untuk tahu lebih dalam tentang kehidupannya. Karena kebetulan, kamu adalah teman perempuan pertama Arjuna yang saya temui,” ungkap Rajendra membuat Nadira sedikit merasa tersanjung.

Namun, Nadira harus bisa menyembunyikan rasa senangnya sekarang. Ia tidak boleh terlihat norak di depan Arjuna dan juga Pamannya.

“Om, apa Juna bisa lihat mama sekarang?” tanya Arjuna.

“Belum bisa. Dokter bilang, tunggu sampai kondisi mama kamu stabil, baru boleh masuk.”

Arjuna menghela napas panjang. Tubuhnya terasa lemas, memikirkan kondisi mamanya yang terbaring seorang diri di ruang ICU.

“Jun, percaya sama Om. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu lebih baik pulang dulu, istirahat. Biar Om yang jaga mama kamu di sini. Kasihan juga temen kamu, udah malam, nanti dicariin orang tuanya,” tutur Rajendra.

Tak ada bantahan sedikit pun dari Arjuna. Mungkin karena memikirkan Nadira juga. “Kalau gitu, Juna antar Nadira pulang dulu. Kabarin Juna terus ya, Om,” pesannya.

“Iya. Kamu hati-hati bawa motornya.”

Arjuna hanya mengangguk dan melangkah pergi mendahului Nadira.

“Nadira pulang, Om.”

“Titip Arjuna, ya. Suruh makan.”

“Iya, Om.”

Setelah selesai berpamitan, Nadira bergegas menyusul Arjuna yang sudah berjalan cukup jauh.

✾ Gardenia ✾

Arjuna menghentikan motornya tepat di depan rumah Nadira. Meskipun dalam kondisi yang tidak baik, akan tetapi perhatian Arjuna sama sekali tidak berkurang. Dia masih membantu melepaskan helm yang dipakai Nadira, seperti biasa.

[02] GardeniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang