Bab 24

11 5 2
                                    

✾ Gardenia ✾

Dua minggu setelah insiden pertengkarannya dengan Aldara, Nadira benar-benar menghindar dari Arjuna. Gadis itu memutus segala kontak maupun hal-hal yang sekiranya bisa membuat dirinya berinteraksi dengan Arjuna. Kejadian itu menjadi momen yang paling memalukan baginya.

Bagaimana tidak malu, kini seisi sekolah tahunya Nadira bertengkar dengan Aldara karena memperebutkan Arjuna. Padahal, faktanya Nadira tidak pernah mempunyai niatan seperti itu. Aldara saja yang berlebihan.

Sungguh menyebalkan sekali.

Kalau seperti ini ’kan imbasnya ke Nadira semua. Andai saja Aldara tidak membuat masalah, ia tidak harus susah payah lari dan bersembunyi setiap kali hendak berpapasan dengan Arjuna. Meskipun beberapa kali Kiara juga mengingatkan dirinya agar bersikap biasa saja, tapi tetap saja tidak bisa.

Sekarang, yang jadi masalah adalah Nadira harus melakukan gladi resik untuk penampilan kelasnya di acara festival sekolah esok lusa. Besar kemungkinan ia akan bertemu Arjuna nanti. Mau izin juga tidak bisa, karena perannya di sini sebagai narator.

Bisa-bisa ia diamuk teman-temannya. Sekarang saja Kiara sudah mengomel tiada henti, gara-gara dirinya yang terlihat sangat tidak bersemangat.

“Ra, awas aja ya kalau nanti lo tiba-tiba kabur pas ada Arjuna. Lo harus bisa profesional pokoknya. Ini itu buat kepentingan bersama. Jadi kesampingkan dulu tuh masalah lo,” ceramah Kiara.

“Iya,” balas Nadira lemas.

“Jawabnya yang semangat dong!”
Nadira mendengus kesal. “Bawel lo!”

“Biarin. Lagian lo itu berlebihan. Gak seharusnya lo sebegitunya sama Arjuna. Dia juga gak bakal ledekin lo, cuma karena dia tahu lo suka sama dia. Arjuna gak se-childish itu juga kali, Ra. Emangnya lo gak mau itu berterima kasih sama dia? Kalau aja dia sama Gilang nggak ingetin lo soal backup-an naskah, pasti lo masih stress mikirin itu naskah,” tukas Kiara yang sukses membuat Nadira tertampar.

Nadira sama sekali tidak menampik apa yang disuarakan oleh sahabatnya, karena semua itu memang benar adanya. Ia juga tahu bagaimana sifat Arjuna. Laki-laki itu tidak akan mungkin sejahat itu padanya. Ketakutan-ketakutan yang selama ini ia rasakan hanyalah pikiran buruk yang sebenarnya ia ciptakan sendiri.

“Gue cuma ingetin lo sekali ini saja, selanjutnya terserah lo. Capek banget gue nasihatin lo.” Jika suara Kiara terdengar rendah seperti ini, itu tandanya dia sedang serius.

“Jangan begitu dong, Ki. Kalau bukan lo, mau siapa lagi yang ingetin gue,” cicit Nadira sembari menggenggam tangan sahabatnya.

“Makanya, lo dengerin apa kata gue.”

“Iya, iya. Gue janji akan profesional.” Nadira mengacungkan jari kelingkingnya dan langsung dibalas oleh Kiara.

“Nah, begitu dong. Ini baru sahabat gue.” Kiara merangkul pundak Nadira. “Ayo ke aula! Anak-anak pasti udah nungguin.”
Keduanya pun bergegas menuju aula dengan bergandengan tangan. Ah, sungguh indah sekali pertemanan dua anak manusia itu.

✾ Gardenia ✾

Tepuk tangan bergemuruh memenuhi seisi aula, tatkala Nadira dan teman-teman sekelasnya mengakhiri penampilan mereka. Tak ayal, hal tersebut sukses membuat senyum di wajah Nadira terbit. Ia senang, karena ternyata karya yang kelasnya bawakan disukai oleh teman-teman yang lain.

Nadira turun dari panggung paling akhir dan di sana ia langsung disambut oleh uluran tangan Arjuna. Entah sejak kapan laki-laki itu berdiri di sana, yang jelas Nadira cukup terkejut. Pasalnya, sejak dirinya datang tadi, ia sama sekali tidak melihatnya.

Dengan perasaan ragu, Nadira menerima uluran tangan tersebut, meskipun sebenarnya anak tangganya juga tidak terlalu berbahaya. Hanya saja, Nadira teringat perkataan Kiara tadi.

“M-makasih,” ucap Nadira untuk kali pertamanya.

Laki-laki itu mengangguk. “Bisa bicara sebentar sama gue?” tanyanya kemudian.

Awalnya Nadira ragu. Ia berniat untuk menolaknya, tapi lagi-lagi perkataan Kiara memutari kepalanya, yang pada akhirnya tak ada pilihan lain, selain menerima ajakan Arjuna.

Senyum manis itu terbit di wajah Arjuna, tatkala Nadira menganggukkan kepala. “Kita bicara di tempat lain.”

Tanpa aba-aba, Arjuna menggenggam tangan Nadira dan menariknya pergi dari tempat itu.

✾ Gardenia ✾

Arjuna membawa Nadira ke rooftop sekolah. Mereka berdiri di samping pembatas rooftop, tanpa berniat melepaskan genggaman tangannya. Ralat, lebih tepatnya Arjuna yang tidak ingin melepaskannya. Tidak ada yang bisa Nadira lakukan, selain diam sembari menatap tangan kanannya yang digenggam oleh Arjuna.

“How are you, Ra? Udah lama kita nggak pernah ngobrol berdua,” ucap Arjuna terdengar seperti orang yang lama menahan rindu.

“Maaf.”

Hanya kata itu yang keluar dari mulut Nadira, membuat Arjuna menghela napas panjang. Gadis itu selalu meminta maaf, padahal tidak sedang membuat kesalahan apapun.

“Ra, gak ada yang perlu dimaafkan dalam hal ini. Jadi, berhenti minta maaf untuk sesuatu yang itu bukan sebuah kesalahan,” tukas Arjuna.

“Ma—”
“Ra.”

Nadira berdecak sebal. “Jun, gue itu malu sama lo! Lo paham nggak, sih?” ungkapnya agak ngegas.

“Paham.”

“Ya terus, kenapa lo masih ajak gue ngobrol? Harusnya kalau lo tahu gue malu, lo jangan temuin gue,” cerocos Nadira membuat Arjuna tersenyum di dalam hatinya.

“Justru itu, gue ngajak lo ngobrol biar lo nggak malu lagi.” Arjuna menjeda kalimatnya. “Ra, gue sama sekali nggak masalah kalau lo punya perasaan sama gue. Itu bukan suatu hal yang salah. Gue nggak akan melarang lo untuk suka sama gue, karena itu hak lo,” sambungnya.

Kali ini Arjuna memberanikan diri untuk menggenggam kedua tangan Nadira. “Gue cuma mau minta lo, untuk bertahan lebih lama lagi. Izinkan gue untuk membalas perasaan lo,” sambungnya.

DEG.

“M—maksud lo?”

“Gue suka sama lo, Ra.”

“Hah?”

Nadira melongo tidak percaya. Ini benar-benar diluar dugaan. Orang yang ia sukai juga menyukai dirinya?

“Jun, lo nggak perlu bohong kayak gini. Gue gapapa kok kalau memang harus simpan perasaan ini sendirian.” Entah mengapa sulit sekali rasanya menerima ini. Padahal ’kan seharusnya ia merasa senang.

“Ra, lo lihat mata gue. Apa lo melihat kebohongan di sana? Gue beneran suka sama lo,” ujar Arjuna meyakinkan Nadira.

Memang benar tidak ada kebohongan di mata Arjuna, hanya saja Nadira mendadak takut. Takut jika semua ini hanyalah perasaan singkat Arjuna, karena merasa tidak enak dengannya.

“Jun, gue nggak tahu harus bagaimana,” cicit Nadira takut menyinggung perasaan Arjuna.

Laki-laki itu menghela napasnya yang terasa berat. Ia pikir, semuanya akan mudah saat keduanya memiliki perasaan yang sama. Namun, sepertinya tidak dengan Nadira. Gadis itu memiliki banyak ketakutan dalam dirinya.

“It’s okay. Biarkan gue yang berjuang kali ini. Lo bersedia ’kan gue perjuangkan?” tanya Arjuna sembari menatap dalam mata gadis di hadapannya.

Dengan sedikit malu-malu, Nadira menganggukkan kepala.

“Yakinkan gue, Jun.”

✾ Gardenia ✾

✾ Bab 24
✾ ditulis oleh Awliyaslv_

[02] GardeniaWhere stories live. Discover now