Bab 15

17 5 0
                                    

✾ Gardenia ✾

Keesokan harinya, Nadira menatap ponselnya dengan tatapan gemas. Kiara di sampingnya sampai bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi kepada sang sahabat sampai tak henti-hentinya malah menatap layar ponselnya sendiri itu dengan tatapan gemas, malu-malu bahkan senyum-senyum seperti orang gila.

Flashback.

Arjuna menatap Nadira yang terlihat gugup. Gadis itu mencengkram erat seat belt miliknya dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobil. Seolah menatap kemanapun kecuali ke arah Arjuna.

Ditatap oleh rasanya seperti membuatnya meleleh detik itu juga. Ia tak sanggup. Arjuna yang sadar kalau Nadira begitu tegang pun bertanya, “mau dengerin musik?”

Nadira membalas dengan ragu. “Terserah lo aja.”

“Kok gitu? Lo sebagai penulis pasti punya preferensi sendiri dong. Buat inspirasi lo jalan,” ucap Arjuna.

“Apa aja sih,” jawab Nadira.

“Gitu? Lo biasanya dengerin lagu apa? K-Pop? Soalnya anak-anak cewek di ruang OSIS suka nyanyi lagu-lagu Korea gitu. Katanya NCT, Treasure, Seventeen, BTS, apa lagi? Banyak deh. Sampe suka ngehalu katanya istrinya idol ini, idol itu.”

Nadira tersenyum mendengarnya. “Kadang-kadang sih. Gue juga suka kok lagu Korea soalnya vibes fiksi banget buat nulis naskah,” ucapnya.

Arjuna tersenyum. Ia senang kalau Nadira mulai merasa nyaman dan tak sekaku tadi. “Oh, ya? Biasanya kalo lo nulis tuh dengerin lagu apa?” tanyanya lagi sambil melirik Nadira sesekali.

“Apa, ya? Banyak kok. Gue suka playlist galau kalau mau bikin cerita yang sedih-sedih. Suka playlist Korea yang isinya romantis gitu kalo mau bikin adegan manis-manis,” jawab Nadira.

“Gitu, ya? Pasti seru deh bisa nekunin hobi dengan hati senang git—ASTAGHFIRULLAH!“ Arjuna tiba-tiba saja menginjak pedal rem ketika tak sengaja matanya mendapati sosok seorang anak kecil menyebrang dengan sembrono. Ia langsung menginjak pedal rem dan meletakkan tangannya di depan Nadira seolah mencegah gadis itu membentur dashboard mobil.

“Ya Allah, bikin kaget aja. Eh, lo gapapa?! Ada yang luka enggak?” tanya Arjuna kepada Nadira.

Bukannya menjawab, Nadira malah menutup wajahnya. Ia malu. Rasanya seperti dadanya berdebar kencang sampai mau lepas. Bagaimana bisa Arjuna bersikap begitu lembut dan membuatnya semakin jatuh hati kalau Arjuna sendiri begitu sulit untuk dimiliki?

Arjuna rupanya menyangka tindakan Nadira itu adalah respon karena gadis itu kesakitan. Arjuna jadi berpikiran buruk kalau-kalau malah Nadira sempat membentur dashboard.

Arjuna segera menepikan mobilnya dan mengecek keadaan Nadira dengan raut wajah panik. “Lo kenapa? Ada yang luka? Nad, bilang ke gue. Sakit dimana?” tanyanya dengan nada panik.

Nadira mengangkat wajahnya yang memerah. Arjuna berseru, “muka lo merah banget. Kebentur dimana? Kita ke rumah sakit, ya?!”

Nadira langsung menggeleng cepat. “Enggak perlu. Gue gapapa. Cuma kaget aja.”

“Beneran? Kalo sakit kita ke rumah sakit sekarang. Lo yakin gapapa?” tanya Arjuna.

Nadira mengangguk. “Iya, gapapa. Liat? Gue enggak luka kok. Nih, liat. Enggak ada luka.” Nadira niatnya hanya agar Arjuna percaya bahwa ia tak kenapa-napa, tapi rupanya Arjuna malah menangkup wajahnya Nadira dan menatap segala sisi wajah gadis itu sampai Nadira kembali memerah wajahnya.

“Tapi muka lo merah. Apa lo kepanasan?” tanya Arjuna. Nadira menjauhkan wajahnya segera dari tangan Arjuna dan menjawab dengan kaku, “mu–mungkin.”

Arjuna langsung menaikkan AC mobil dan menutup jendela mobil agar dinginnya AC tak keluar. “Gimana? Mendingan?” tanya Arjuna.

Nadira mengangguk sambil mengusap lembut tangannya. “Iya, mendingan.” Walaupun di dalam hati, Nadira menjerit kedinginan. Lagipula memang cuaca malam ini sedang dingin akibat hujan yang turun sore tadi. Dihadapkan dengan AC mobil yang dingin malah membuat Nadira kedinginan, tapi ia mana mungkin mengatakan itu kepada Arjuna.

Arjuna yang melihat itu tentu paham. Ia menurunkan AC mobilnya dan tertawa kecil. “Lo lucu banget sih, Nad. Kalo dingin bilang aja. Tuh, lo malah kedinginan gitu, tapi lo bilang panas.” Arjuna menoleh ke bangku belakang dan mengambil jaketnya yang memang tertinggal di sana. Ia mengenakannya kepada Nadira yang hanya bisa terdiam mematung.

“Pake aja. Dingin soalnya,” ucap Arjuna. Pemuda itu menghidupkan mesin mobilnya dan menjalankan kembali kendaraannya itu menuju rumah Nadira. Gadis itu mengangguk pelan dan menundukkan kepalanya dalam-dalam hingga bisa mencium aroma parfum dari jaket Arjuna.

“Eh, ke POM bentar. Gapapa?” tanya Arjuna. Nadira mengangguk. Arjuna pun memutar arah.

Sesampainya di tempat tujuan, Arjuna membuka jendela mobilnya dan berkata kepada petugas POM. Nadira yang melihat itu tanpa sadar tersenyum dan membuka ponselnya. Ia membuka kamera depan dan memotret dirinya yang tersenyum di balik jaket Arjuna dengan pemuda itu berbicara kepada petugas POM di sisinya.

Kayak night ride bareng pacar. Batin Nadira dengan segala khayalannya.

Petugas POM yang peka pun memundurkan tubuhnya agar tak masuk ke dalam layar kamera milik Nadira. Sepertinya ia mengira bahwa keduanya adalah pasangan. Saat Arjuna akan membayar, Nadira langsung menyembunyikan ponselnya dan pura-pura menonton TikTok.

Arjuna menatap Nadira dan bertanya, “bentar, ya? Enggak lama kok.” Nadira mengangguk paham. Arjuna turun dari mobil dan mulai berbincang dengan petugas POM mengenai urusan mengisi bahan bakar mobilnya.

Nadira membuka galeri dan menatap foto tadi dengan tatapan gemas. “Kalo di bikin AU pasti keren deh. Ride night bareng pacar yang paling act of service. Duh, kok lo terlalu sempurna sih buat dimilikin,” ucap Nadira dengan nada lirih.

Arjuna kembali masuk ke dalam mobil dan menjalankan kembali kendaraannya. Ia mulai mengemudi menuju rumahnya Nadira. “Maaf lama, ya?” ucap Arjuna.

Nadira menyimpan kembali ponselnya dan menjawab, “gapapa. Harusnya gue yang minta maaf soalnya ngerepotin lo anterin pulang segala.”

“Gapapa kali. Hal gini ’kan biasa buat temen,” balas Arjuna.

Ah, teman ya? Batin Nadira kecewa.

Kemudian Nadira terdiam sampai akhirnya mereka tiba di depan rumah Nadira. Gadis itu membuka seat belt miliknya dan kemudian menatap Arjuna dengan tatapan ragu. “Sekali lagi, makasih.”

Arjuna mengangguk. “Jangan tidur kemaleman, ya? Begadang tuh enggak baik buat kesehatan.” Oke, Nadira yang tadinya kecewa malah kembali dibuat malu-malu kucing. Gadis itu kemudian mengucapkan selamat malam dan segera berlari meninggalkan Arjuna yang terkekeh kecil melihat tingkah malu-malu Nadira.

Flashback off.

Kiara yang mendengar itu sontak langsung menjerit keras. “Seriusan?! Arghhh! Gila! Lo ada kemajuan tau, Nad! Wahhh!”

Nadira yang mendengar itu hanya bisa merona malu. Ia ingin meminta Kiara untuk diam, tapi apalah daya? Ia menyukai bagaimana Kiara berpikir kalau Arjuna mungkin saja memiliki rasa kepada Nadira. Biarkan Nadira bahagia dengan khayalannya dulu.

“Mana fotonya?! Gue mau liat! Nad, kasih liat! Argh! Temen gue udah ada hilal bakal jadian!” ucap Kiara dengan gembira.

“Kiara,” tegur Nadira. Ia malu apalagi beberapa murid di sana menatap mereka dengan tatapan penasaran.

“Mana, Nad?! Gue kepo!” Kiara seolah tak peduli. Ia semakin gencar merecoki kemajuan hubungan temannya itu.

✾ Gardenia ✾

✾ Bab 15
✾ ditulis oleh girlRin

[02] GardeniaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora