The Truth

20 11 4
                                    

Aku terbangun di atas rerumputan, cahaya matahari memeluk sekujur tubuh ku dengan hangat. Terdengar suara jangkrik memenuhi pendengar ku dari segala sisi. Mata ku kian tertuju kepada hamparan luas padang rumput tak berujung. Tak ada apa pun disana. Hanya sekelompok rerumputan yang bergoyang terbawa angin. Aku mencoba bangkit berjalan tanpa arah, melirik ke segala arah untuk menemukan suatu objek yang dapat ku dekati. Aku terus berjalan hingga terlihat sebuah pohon rindang berdiri di tengah hamparan rumput.

Seperti terhipnotis tubuh ku bergerak cepat dengan sendirinya mendekati pohon itu. Setiap langkah semakin cepat. Tubuh ku terhenti sendirinya ketika jarak pohon itu hanya beberapa langkah dari ku. Tubuh ku tak dapat bergerak.

"Lihatlah kebawah" Suara lembut itu tiba-tiba saja terdengar.

"Siapa kau?" Tanya ku.

"Kau"

Kepala ku terdorong ke bawah sepasang kaki pucat terlihat di depan ku membuat ku kembali menatap ke depan, sesosok monster langsung menyerang dan mencekik ku hingga tersungkur ke tanah.

"AKHH"

Aku terbangun dari mimpi ku. Dihadapan ku hanya terlihat langit-langit beton berwarna abu. Aku mengintip dari atas ranjang ku ke arah bawah melihat beberapa anggota masih tertidur pulas. Tak ingin membuat keributan aku kembali membaringkan tubuh ku.

"Hei" Panggil seorang dari bawah sana.

Aku menatap ke arahnya dari atas ranjang ku. Nampaknya seorang gadis perempuan memperhatikan gerak gerik ku. Ia berambut pendek dengan mata bulatnya tengah tersenyum dari ranjangnya.

"Mimpi buruk?" Tanyanya.

Aku mengangguk sambil mengubah posisi ku menjadi duduk.

"Kau tidak bisa tidur?" Tanya ku dengan sangat pelan.

"Ya, suasana baru terkadang membuatku sulit untuk beristirahat" Wajah bulatnya kian berubah menjadi serius.

"Mau keluar?" Tawar ku, Gadis itu awalnya terdiam terlihat tengah berpikir cukup keras, mungkin ia memikirkan kemungkinan- kemungkinan yang terjadi jika kami melanggar jam malam. Setelah berpikir cukup lama akhirnya ia menyetujuinya.

Kami keluar dari ruang istirahat, melanggar jam malam bukan berarti kami kriminal kan?. Kami berjalan sedikit mengendap melalui pintu depan agar dapat melihat pemandangan kumpulan pepohonan rindang yang disinari cahaya rembulan. Kami memutuskan menuju ruang latihan yang dapat digunakan seharian penuh. Dalam perjalanan aku berbincang ringan dan mengetahui bahwa gadis ini bernama lovely Heaven, dua tahun lebih muda dari ku, anggota baru regu penelitian, fraksi matahari, dan berasal dari satu satunya distrik yang berada di pesisir pantai yaitu distrik sembilan.

Aku dan Heaven saling bertatapan ketika kami melihat beberapa orang lelaki berpakaian putih berjalan memunggungi kami.

"Pitera? Apa yang mereka lakukan disini" Gumam ku.

Aku mencengkram lengan Heaven dan membawanya untuk bersembunyi di balik tembok sambil mengintip.

"Heaven kurasa kau harus kembali ke ruang istirahat sekarang juga, mungkin ini bukan pertanda yang bagus" Ucap ku kepadanya.

Ia menggelengkan kepalanya dan menggenggam lengan ku.

"Aku akan menemani kak Rana"

Aku terdiam. Bagaimanapun juga ada yang tidak beres. Pasalnya tempat ini jarang sekali didatangi oleh para petinggi. Apalagi jarak yang ditempuh cukup memakan waktu.

"Baiklah tapi jika terjadi sesuatu kau harus lari dengan cepat" Ucapku, Heaven mengangguk setuju dengan wajahnya yang serius. Aku terkekeh dan menarik lengan heaven untuk ikut mengendap endap mengikuti segerombolan lelaki itu.

Light SurviveWhere stories live. Discover now