Tipsy

159 12 1
                                    

Beberapa hari semenjak kejadian itu, Wina dan Jake lumayan jaga jarak. Ga tau apa yang terjadi mereka jaga jarak. Kalau jumpa tetep kaku, bahkan kaya gugup? Dan tidak ada satu pun dari mereka yang mau memulai pembicaraan saat di rumah.

Wina sekarang sudah berada dirumah. Lebih tepatnya sekarang sudah pukul 9 malam. Ia duduk di depan ruang TV dan menonton televisi. Tidak lupa dengan makanan yang tersaji di depannya. Agenda Wina adalah mukbang.

"Gini kan enak"- ucap Wina kemudian mengambil sepotong ayam crispy dan memakannya dengan lahap.

Setelah semua makanannya habis, Wina merapikan meja tersebut. Ia membuang semua sampahnya dan membersihkannya.

Wina sekarang kekenyangan, ia bersender pada sofa dan meletakkan kakinya di ujung meja.

"Anjirlah kenyang banget"- ucap Wina kemudian memegang perutnya.

"Duh gini aja mau jalan udah susah, gimana kalau gue hamil?"- monolog Wina.

"Hamil?!? Ngomong apa sih Win, astaga gila"- ucap Wina kemudian menepuk kepalanya sendiri.

"Kalau gue hamil, hamil anak Jake? WTF MEN! WIN LO UDAH GILA! Eh tapi iya sih anjir masa gue hamil anak yang bukan dari suami gue? IH UDAH AH, JOROK!"- monolog Wina, ia geli sendiri dengan apa yang dia katakan.

Wina akhirnya memilih lanjut menonton televisi, ia melihat handphonenya dan sekarang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.

"Dia kok belum pulang ya?"
"Ah, hal biasa ga sih?"

Wina kemudian melihat jam dinding dan mengalihkan pandangannya ke televisi.

"Apa gue samperin? Tapi buat apa?"- tanya Wina pada diri sendiri.

"Ah bodo amat lah, laki juga laki gue"- ucap Wina kemudian mematikan televisi.

Ia mengambil kunci mobil dan berjalan menuju garasi rumah. Wina masuk ke dalam mobilnya dan mengendarai mobilnya menuju kantor Jake.

Sesampainya di kantor Jake. Wina memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk begitu saja. Ia melihat ke arah dalam kantor, karena dinding kantor tersebut memakai kaca. Di dalam sudah gelap. Wina kemudian turun dari mobilnya dan berjalan menuju pintu. Pintu nya terbuka otomatis yang bermaksud masih ada orang di dalam. Harusnya sensornya sudah mati kalau ga ada orang lagi di dalam.

Wina masuk perlahan, ia menyalakan flashnya. Masih ada beberapa lampu yang menyala. Tapi tetap saja butuh penerangan lebih. Dengan piyama cinnamonroll nya, Wina berjalan menuju lift dan menuju ke lantai dimana ruangan Jake berada.

Sesampainya, dia langsung keluar lift dan jalan kearah ruangan Jake. Ruangannya masih terang, seharusnya Jake masih disana.

Wina membuka pintu ruangan Jake perlahan dan sedikit mengintip.

"Jake?"- panggil Wina.

Wina kemudian masuk dan mendapati Jake duduk di kursinya dengan keadaan yang lumayan berantakan. Banyak minuman keras di mejanya dan jas nya yang dia letakkan di sofa begitu saja. Kemejanya yang juga 2 kancing atasnya terbuka.

Jake duduk di kursinya lemas. Ia kemudian mengerjap ngerjapkan matanya saat mendengar suara Wina.

"Win?"

"Lo ngapain?! Ngapain minum sebanyak ini?!"- ucap Wina khawatir.

"Hai Win"- ucap Jake sambil terkekeh.

"Iya hai, lo udah mabuk. Ayo pulang aja, jangan disini"- ucap Wina kemudian mendekat kearah Jake.

Niat Wina menarik tangan Jake untuk dipapah, malah Jake yang menarik tangan Wina, sampai Wina terduduk di pangkuan Jake.

"Ih apasih?! Jangan gila!"- ucap Wina berusaha bangkit dari pangkuan Jake.

Jake memegang kuat pinggang Wina. Ia tersenyum kemudian menyingkirkan semua rambut Wina ke sisi kanan pundak Wina. Jake lalu menarik tengkuk Wina dan menempelkan bibirnya disitu.

Hal tersebut membuat Wina kaget tapi ntah kenapa, ini membuat Wina merinding dan membuatnya berat untuk bergerak. Jika Wina merinding membuat Wina selalu kaku bergerak, sama seperti saat dia ketakutan karena petir hari itu.

"Jake..."- lenguh Wina.

Jake masih menempelkan bibirnya di leher Wina. Ia sedikit menghisapnya yang menyisakan bekas merah di leher Wina.

"Jake... ayo pulang"- ucap Wina.

Wina memberontak sampai akhirnya dia bisa melepaskan pegangan Jake dari pinggangnya.
Wina kemudian memapah Jake setengah mati. Butuh waktu lama sampai akhirnya Wina berhasil membawa Jake ke mobilnya.

Wina kemudian mengendarai mobilnya menuju rumah. Sepanjang perjalanan Wina hanya memegang lehernya, ia masih merinding dengan kejadian tadi.

Sesampainya di rumah, ia memapah Jake masuk ke kamarnya. Ia mendudukkan Jake di kasurnya. Jake menarik Wina sampai terduduk di pinggir kasur.

"Apalagi sih?!"- ucap Wina.

"Winn, maaf yaaa. Aku salah bangettt, tapi kita bisa ga ngomongan?? Aku takut mulai pembicaraan sama kamu"- ucap Jake dengan nada mabuknya.

"Iya, iya bisa kok. Udah lo sekarang tidur aja ya. Gue udah ngantuk juga mau ke kamar gue"- ucap Wina.

Jake mendorong tubuh Wina hingga jatuh ke kasur. Jake langsung menindih Wina. Ia menatap Wina kemudian mendekatkan wajahnya.
Wina sekarang benar-benar merinding, otak dan gerak gerik tubuhnya ga sinkron.

Jake langsung menempelkan bibirnya pada bibir Wina. Ia mencium Wina dengan penuh gairah. Hal itu membuat Wina sulit melawan karena Jake mengunci seluruh pergerakan Wina.

Ciuman Jake turun ke leher Wina. Hal itu membuat Wina semakin kaku untuk bergerak.

Karena piyama Wina yang oversize membuat Jake dengan mudah menggeser kain piyama sebelah kanan Wina. Membuat pundak Wina terekspos sempurna.

"Jake.. jangan gini"- lenguh Wina.

Jake tetap melanjutkan kegiatannya. Ia menciumi pundak Wina, kemudian beralih mencium bibir Wina lagi. Jake melumatnya dengan lembut kali ini. Wina dengan spontan melingkarkan tangannya di leher Jake dan membalas ciuman Jake. Mereka berdua benar-benar tenggelam dengan kegiatan tersebut.

Jake kemudian menjatuhkan dirinya di samping Wina. Dengan kondisi yang sudah ga sadar. Dia menatap Wina kemudian mengecup pipinya sekali.

"I love you"- ucap Jake kemudian menarik Wina ke dalam pelukannya untuk tidur.

Wina berada di pelukan Jake. Ia tersentak mendengar pernyataan Jake. Tetapi dia memilih tersenyum dan menatap wajah Jake yang benar-benar adem saat tidur.

**********

Tendresee (Jake x Winter)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora