O1

1.3K 39 0
                                    

° Happy Reading !

Cakra Juanda Mahendra Lelaki tinggi, bertubuh atletis dan yang paling penting, tampan. Cakra masih duduk di bangku SMA, kelas 11 jurusan IPS dengan penampilan urakan membuat siapa pun segan. Mempunyai geng yang bernama 'Cakrawala' itu di pimpin oleh dirinya. Cakra tak memiliki kekasih, sedari dulu, namun ia pernah memiliki cinta pertamanya, di masa sekolah menengah pertama nya. Nothing special about he, Cakra itu tertutup, dan cuek. Membuat siapapun akan bosan bersamanya, Cakra di senangi karena wajahnya yang terlampau sempurna. Apalagi ucapannya setajam silet. Dan terlalu sering mengumpat, apapun kalimatnya akan di selipi kata kata kasar.

Cakra memiliki 5 teman yang sebelas dua belas dengan dirinya, namun dengan latar belakang, sifat dan kebiasaan yang berbeda. Membuat mereka tampak saling melengkapi.

Angkasa Oralndra
Teman sedari kecil Cakra. Ia sama halnya seperti Cakra, urakan, dan bandel. Angkasa tidaklah berisik, namun segala hal ia ketahui, entah dari mana, atau dengar dari mana. Orang tuanya sangat tidak percaya pada dirinya, sehingga ia meyakini menggunakan Cakra sebagai alasan untuk keluar dari rumah itu dan bilang tinggal bersama Cakra. Padahal itu samsek tak benar. Mereka memang tinggal bersama, hanya sebulan saja, saat ortunya sudah benar benar percaya. Angkasa di percaya sebagai wakil ketua. Karena kedekatan mereka dan bisa di percaya pula.

Abraham Isaac
Sering di panggil Abra oleh teman temannya. Lelaki dengan pembawaan yang positif itu siapa pun nyaman berada di dekatnya. Paling pintar, itu menjadi hal yang paling menonjol dari teman temannya, siapa pun teman satu tongkrongannya yang beruntung mendapatkan kelas yang sama dengan bangku yang bareng, akan mendapatkan contekan gratis. Abra lebih tertarik dengan bacaan, novel maupun buku berisi cerita.

Adinata Marelan
Lelaki sejuta ceria. Dengan pembawaan sebagai pelawak. Mempunyai kembaran yang beda 5 menit darinya membuat banyak yang membedakan dirinya dengan kembarannya. Hidupnya tak menentu, seperti cita cita nya baginya, yang penting hidup dan tersenyum membuat dia merasa simple menjalani layaknya hidup sebagai manusia.

Aldinata Marelan
Aldi, berbeda dengan Adi. Ia cuek dan sangat tidak peduli. Hidupnya dikekang. Tak bebas membuat dirinya terkadang cemburu dengan adiknya, Adi yang bebas, tak ada tuntutan apapun. Sedangkan Adi selalu di paksa menjadi penerus orang tuanya. Setiap Sabtu, belajar private bersama guru kepercayaan ayahnya dengan segala materi yang penting hanya untuk perusahaan ayahnya itu.

Hardana Faisaldi Wijaya
Ardan, Kawan satu satunya yang jauh dari keluarga. Ardan tidak memiliki orang tua seperti yang lainnya, ia yatim piatu, di tambah dirinya adalah anak rantauan yang berhasil memiliki satu cafe berkat support dan bantuan teman-temannya. Dulu Ardan itu sering di bully namun teman temannya hadir membela membuat Ardan merasa sangat berhutang Budi terlebih lagi dengan ketuanya itu yang sangat peduli dengan dirinya dan lainnya. Ardan sendiri lebih memilih ngekost di banding tinggal sendirian di rumah. Ardan pribadi receh dan sering membuat temennya tertawa dengan tingkah konyolnya.

.
.
.

Senin ini mereka tak ada jadual upacara, sebab guru mereka sedang rapat dan tak ada yang sempat untuk mengurusi atau sekedar mengawasi mereka. Bahkan anak kelas 10 sampai dengan 12 menobatkan Senin ini sebagai hari terlangka di dunia karena tanpa upacara di paginya.

Di tangan Ardan sudah ada panci yang di pinjem olehnya di dapur sekolah. Tangannya menepuk nepuk pantat pantat panci yang hitam, tak peduli itu tak memberhentikan aktivitasnya. "UWOHH!! SENIN LANGKA GAIS!" Teriak hebohnya, tak sedikit yang berteriak menyorak seruan Ardan. Padahal dirinya dan gengnya jarang sekali mengikuti upacara.

CAKRA untuk GALIN | BLLOKALWhere stories live. Discover now