Chapter 5

102 11 1
                                    

Jadwal update: seminggu 3x, dengan catatan memenuhi target vote.

Kalau nggak ada yang ngevote, terpaksa ceritanya bakal publish berbayar di kk. Jadi tolong kerja samanya 😍



Meski ini keliru, namun aku tidak akan berhenti mengulanginya lagi dan lagi.

***

Nyatanya berada dalam pelukannya tak lantas meleburkan seluruh rindu yang tertahan selama entah berapa lama.

Karena baik Jovanka dan Jerome tak menghitung pastinya.

Dada Jerome kian merapat pada punggung Jovanka yang masih kukuh membelakanginya. Rasa panas dalam ruang kamar itupun kian membakar Jerome. Jerome menyukai kelembutan yang ada pada diri Jovanka, dan semakin senang ketika menyadari tubuh itu juga merespon rabaan dari sentuhannya saat merasakan Jovanka menegang kaku.

Jerome sudah berjanji untuk tidak bersikap kurang ajar jika bukan Jovanka yang meminta. Maka rabaan itu hanya bisa singgah dibalik kaos putih yang menghalangi tangannya untuk menyentuh perut gadis itu.

Sentuhan seringan bulu Jerome pertahankan disana, turun naik ia mengusapnya.

Jerome sangat bergairah saat ini, bukti nyata telah terasa semakin menyakitkan dibawah sana. Dan gadis yang pura pura tertidur dengan mata terpejam rapat dipelukannya ini adalah penyihir kecil yang sangat berbahaya. Dan penyihir kecil ini adalah gadis pertama dihidupnya yang membuatnya melewati batas norma, mengalahkan akal sehat dan membiarkan nafsu menang merajai.

Sungguh. Jovanka tak pernah sekalipun menggoda ataupun merayunya. Dia adalah gadis paling sopan yang pernah Jerome temui setelah ibu dan wanita masa lalunya.

Tapi entah kenapa, Jerome tak bisa menghentikan rasa hausnya akan Jovanka. Rasa inginnya membaringkan tubuh Jovanka dibawah tindihannya lebih kuat dari sekedar melindunginya.
Ini lebih dari candunya terhadap barang haram yang menjerumuskannya selama hampir 4 tahun ini.

Dokter bilang tak apa menjadikan Jovanka sebagai pengalihan. Tapi, benarkah dia hanya pengalihan?

Rasanya terlalu kejam menganggap Jovanka demikian. Namun Jerome sudah lelah melarikan diri dari permasalahan hidup. Awalnya ia lari dari kenyataan kehilangan Casandra dengan merusak tubuhnya agar cepat melupakan sumber kesakitannya itu. Lalu ketika kesakitan lain timbul dan mendekatkannya pada kematian, Jerome kembali lari pada Jovanka. Melampiaskannya pada gadis itu akan seluruh kegilaan yang dirinya punya. Jerome berhasil, ia sudah lepas dari belenggu yang menyesatkan jiwa manusia itu. Tapi kegilaannya tak hilang begitu saja, sebab keserakahannya membuatnya tak pernah puas akan Jovanka disisinya.

"Maafkan saya, Jovanka." Jerome melepaskan rabaannya. Kemudian ia balik tubuh ringkih itu pelan menghadapnya. Senang mengetahui Jovanka tertidur, gairah Jerome pun perlahan surut.

Permintaan maaf yang terucap pelan itu berhasil membuat air mata Jovanka menetes jatuh. Wajahnya yang terbenam di dada Jerome tak membuat pria itu menyadarinya.

Untuk apa Jerome meminta maaf, jika apa yang mereka lakukan saat ini adalah apa yang keduanya memang butuhkan. Jerome membutuhkan Jovanka, sebaliknya Jovanka pun membutuhkan Jerome.

26 tahun dihidupnya, Jovanka merasa menjadi gadis yang malang. Sewajarnya, gadis seumurannya mungkin sudah menikah dan memiliki anak. Tapi Jovanka, jangankan berumah tangga, mengharapkan seorang pria dapat mencintai ia apa adanya rasanya sebuah kemustahilan.

Seringnya Jovanka melihat raut keprihatinan dari mereka, bukan kagum. Tapi Jerome, pria itu mau menyentuhnya tanpa rasa jijik. Dia benar benar membuat Jovanka serasa istimewa sebagai perempuan. Padahal sudah terlihat jelas bahwa tak ada satupun yang dapat ditonjolkan dalam diri gadis itu.

Belenggu Where stories live. Discover now