43. IGNITES >>Jaglion Dan Keras Kepalanya<<

Start from the beginning
                                    

Jaglion tiba-tiba mengelus punggung tangan Wilona yang masih terdapat beberapa bintik merah. Dia menggenggam jemari lemah itu dan menunduk dalam.

"Maaf, gue ngajak lo pacaran biar gue aman, tapi justru gue bikin lo nggak aman. Gue baru tau kalo posisi lo lebih bahaya dari posisi gue."

Pemuda itu kini menatap Wilona dengan serius. "Tapi gue nggak akan lari ninggalin lo. Gue bakal bikin semua bahaya yang mendekat ke lo hancur sebelum nyentuh bayangan lo sekalipun."

Mata Wilona mengerjap beberapa kali setelah mendengar itu dari Jaglion.

Dia tidak salah dengar, kan? Kenapa tiba-tiba Jaglion jadi sensitif begini?

"Kak, jangan jadi aneh. Gue takut lo kerasukan," ejek Wilona, membuat Jaglion melepas genggamannya.

"Reaksi lo nggak pernah bener," kesal pemuda itu.

"Lagian kenapa lo mikir posisi gue lebih bahaya dari posisi lo? Ada-ada aja."

Tapi jujur saja, Wilona merasa senang dengan kata-kata Jaglion. Dia merasa sedikit tenang meskipun mungkin itu hanya kata-kata saja.

"Menurut lo gimana kalo gue bawa Aira tinggal di apartemen gue?"

Wilona menoleh dengan wajah terkejutnya. Apa pemuda itu sudah gila??

"Yang benar aja, Kak! Kalian bukan pasangan yang sah. Gila aja," gadis itu tidak habis pikir dengan jalan pikiran manusia yang satu itu.

"Lo begini karena cemburu atau—"

"Gue nggak cemburu! Ini sudut pandang gue sebagai masyarakat biasa," Wilona menatap tajam Jaglion yang kini terlihat santai-santai saja. "Pikir aja, kalian bukan suami-istri dan tinggal satu atap. Gue nggak yakin orang-orang sana bakal mikir positif."

"Kalo gitu gue nikahin Aira dulu aja gitu?"

Wilona tambah menganga. Jaglion benar-benar sudah gila rupanya.

"Bisa-bisanya lo ngomong begitu di depan pacar lo yang lagi sakit," Wilona menaikkan kaki dan menarik selimut. "Jangan muncul di hadapan gue lagi!"

Jaglion dibuat tertawa saat Wilona menyelimuti dirinya sendiri dengan rapat.

"Makanya gue nanya sama lo, kan? Karna lo pacar gue."

"Sekarang bukan!"

"Jadi lo nggak setuju gue ajak Aira tinggal sama gue?" Tanya Jaglion dengan nada menggoda.

Wilona membuka selimutnya dan menatap kesal ke arah Jaglion.

"Gue baru sadar, selain monster, ternyata selama ini gue pacaran sama orang gila!" Decihnya, lalu kembali tenggelam dalam selimut.

Jaglion kembali tertawa, lalu duduk di pinggir ranjang dan menepuk pelan pundak Wilona.

"Oke, gue nggak akan lakuin itu selama lo nggak setuju."

🏮🏮🏮

Sedari tadi yang dilakukan Wildan hanya merokok dan ikut tersenyum tipis saat Doha dan yang lain saling senggol ketika bermain tenis meja.

Dia sama sekali tidak berminat bergabung dengan mereka, juga melarang orang-orang mengganggu dirinya yang kini sedang duduk bersama Jaglion.

Mereka berdua hanya duduk dan menghabiskan hampir 7 kaleng soda masing-masing dari keduanya.

Salah satu yang membuat Wildan tak suka bir maupun minuman beralkohol adalah rasanya yang pahit.

Sedangkan Jaglion tidak suka karena baunya.

Kedua orang itu sama sekali tidak tertarik pada minuman yang katanya bisa membawa mereka melayang itu.

"Tinggalin Wilona. Gue udah punya orang lain yang bisa jagain dia," kata Wildan.

IGNITES Where stories live. Discover now