Chapter 14

167 9 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

.

Saat pelajaran berlangsung, Chenle tengah serius menyalin materi dari papan tulis, demikian juga dengan murid-murid lainnya. Kedamaian itu terputus ketika pintu diketuk, mengalihkan perhatian mereka. Ternyata, yang datang adalah Myung Hee, wali kelas mereka, yang memanggil Chenle untuk berbicara dengannya. Dengan izin dari guru yang sedang mengajar, Chenle pun meninggalkan meja belajarnya dan mengikuti Myung Hee, tanpa bisa menyelesaikan persembahannya kepada dunia pena.

"Ada yang bisa saya bantu, Ssaem?" ucap Chenle ketika mereka sudah berada di luar kelas.

Dalam keheningan yang menyesakkan, Myung Hee memilih untuk bungkam, menghanyutkan Chenle dalam samudra tanda tanya sepanjang perjalanan menuju suatu tempat yang jauh dari lorong kelas. Saat langkah mereka sampai pada ujung waktu, kening Chenle berkerut ketika menyadari bahwa Myung Hee membawanya ke ruang yang tak pernah ia kunjungi; ruang rapat yang penuh dengan aura kepatuhan.

Chenle dengan ragu melangkah masuk, di hadapannya tampak beberapa lelaki submissive yang duduk diam di sana, siap menyerap segala penghakiman. Namun, di antara mereka, satu jiwa dari empat yang diam itu berani berdiri, menyorot Chenle dengan tatapan yang menyiratkan semesta emosi yang tak terbendung, membanjiri ruang dengan kata-kata yang menghantam sekaligus meresap dalam jiwa remaja labil itu.

"Ah itu dia... Dasar anak nakal! kau apakan anakku?! Perundung sekolah sepertimu tak sepantasnya berada disini!!"

Ahh Chenle mengenali wajahnya, dia yang sedang emosi itu adalah ibu Ho Seok yang beberapa hari ini ia cari tau informasinya sedangkan tiga lainnya pasti adalah ibu si kembar, Jisung dan Mingyu.

Myung Hee dengan lembut berusaha meredakan badai yang sedang terjadi, kemudian mengarahkan Chenle untuk duduk di kursi yang terpisah, menghadapkan pemuda itu ke meja besar berjarak tiga meter darinya yang diselimuti oleh kemewahan. Di atas meja itu, telah tersemayam sebuah emas berbentuk persegi panjang yang terpahat dengan gemerlapnya, nama 'Direktur Jung Jaehyun' menjulang mewah, mengisahkan kisah kebesaran yang tak terucapkan, menjadi saksi bisu atas segala pertemuan dan keputusan yang terjalin di ruang itu.

Ia hanya menurut. Layout kursi disini layaknya sebuah pengadilan, kursi yang diduduki Chenle ibaratkan ia adalah seorang tersangka, wali murid ibaratkan saksi dan meja besar didepannya ibaratkan milik seorang hakim.

Tak berselang waktu lama, sosok seorang pria gagah dengan balutan jas gemilang melangkah anggun memasuki ruangan yang penuh dengan aroma kemewahan, menghadirkan gelombang penghormatan dari yang hadir di dalamnya, termasuk Chenle yang turut menundukkan kepala. Jung Jaehyun, sosok yang kini menancapkan langkahnya dengan megah di hadapan meja yang menjulang, membalas penghormatan dengan gesitnya, sebelum merasuk kedalam singgasana yang telah ditabalkan untuknya. Di sampingnya, Myung Hee, figur yang menyiratkan kedalaman pengetahuan, menggenggam tempat duduk dengan penuh keanggunan, menemani kehadiran Jaehyun dalam pertemuan yang penuh dengan rahasia dan kebesaran.

HERA [NOMIN]🔞Where stories live. Discover now