Chapter 8

168 13 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

Di ambang malam, Jaemin terjaga dari tidurnya oleh rasa dahaga yang menghantuinya, memaksa langkahnya merunduk ke lantai bawah untuk meraih seulas kesegaran. Sesampainya di dapur, cahaya redup mengungkap sosok Jeno yang sepertinya juga haus ditengah ketenangan malam.

Tak lama kemudian, setelah air terambil, Jeno hendak melangkah kembali ke biliknya, namun suara di kejauhan menghentikan langkahnya.

"Jeno"

Jeno berhenti melihat Jaemin yang masuk kedapur.

"K-kau ingin mengambil minum?"

Jeno tak menjawab, pria melemparkan tatapan datar kepada Jaemin, seolah mata itu berkata, 'Kau pikir aku memegang tumbler untuk mengambil gula?'

Paham dengan itu, Jaemin pun tersenyum kikkuk.

"Eeee baiklah semoga mimpimu indah."

Dengan langkah tanpa suara, Jeno kembali ke tempatnya tanpa bicara sepatah kata pun. Namun, suara yang kembali bergema menghentikannya, memicu geraman yang bergelora di relung hatinya.

"Jeno,"

Jeno menghela nafas kemudian menjawab "hm?"

"A-aku ingin berbicara dengan mu."

Pria itu menghela nafas lagi.

"Cepat katakan, aku ingin tidur!"

"Aku mempunyai permintaan... B-bisakah kau menghargaiku sebagai istrimu dengan tidak membawa Renjun kesini?... Jujur itu begitu menyakitiku."

Jeno meletakkan tumblernya diatas meja yang ada disampinya, kemudian berbalik menghadap Jaemin.

"Kau siapa berani mengaturku?"

"Aku istrimu, dan sebagai seorang istri aku ingin kau menghargai pernikahan kita!"

"Istri?? Apa aku pernah mengatakan kau istriku? Lagipula pernikahan ini hanya sandiwara agar orang tuaku bahagia, dalam lubuk hatiku aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini..."

"...Jangan bilang kau sudah lupa dengan kesepakatan kita?"

"Lupakan kesepakatan itu dan marilah kita mulai lembaran baru, memang ini berdasarkan keterpaksaan tapi cobalah menerima pernikahan kita dengan sepenuh hati."

Jeno terkekeh.

"Aku rasa mati itu lebih enak."

Jeno mengambil tumblernya kemudian melangkah menuju kamar. Jaemin memandang sendu punggung Jeno yang mulai menjauh.

"Besok orang tua mu kesini."

Jeno berhenti sejenak, mengeluarkan suara.

"Hm"

HERA [NOMIN]🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang