Chapter 2

257 18 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

"Nana, tolong buka pintunya, Nak. Kau belum makan sejak tadi, Sungguh ini membuat bunda sedih."

Ketukan pintu yang terus berbunyi dan suara lembut yang terus diucapkannya, berharap sang anak keluar dari kamar.

"Kau bahkan harus makan untuk marah ataupun bertengkar dengan orang tuamu, Jaemin. Makan ya sayang?"

Tidak ada jawabn dari dalam kamar membuat winwin menghela nafas kasar.

Sejak pertengkarannya dua hari lalu, Jaemin mengurung dirinya dikamar-Adegan merajuk yang sudah pasaran.

"Biarkan aku yang membujuknya, Kau juga belum makan dari siang," Yuta yang baru kembali dari kantor menawarkan diri ketika melihat istrinya sudah lelah membujuk Jaemin.

Winwin mengangguk kemudian perlahan meninggalkan dan membiarkan sang suami berbicara dengan pintu kamar.

"Jaemin...Kau tau, sikapmu membuat bunda sedih, Kau bukan anak kecil lagi yang merajuk dengan tidak mau makan, tidak malu dengan sikap yang seperti itu? Ayah membiayai mu di universitas terbaik dan ini yang ayah dapatkan? Hah?"

Sedangkan dari dalam Jaemin tak bergeming. Ia sedang duduk diatas kasur dengan memeluk satu buku musiknya yang selamat karena ia menaruhnya didalam ransel.

'Ternyata ayah tidak tulus mengeluarkan hartanya untuk menyekolahkanku'- Batin Jaemin.

Yuta memanggil maid untuk membawakan makanan. Yuta ingin mendobrak pintu kamar anaknya mengingat kunci cadangannya dibawa Jaemin sebelum mengunci dirinya dikamar agar tidak ada yang bisa masuk. Anaknya memang cerdik.

Namun sebelum berhasil merobohkan pintu, tiba-tiba rasa pedih menusuk dadanya, menyebarkan nyeri menghunjam ke seluruh jalinan organ, hingga membuat Yuta tak lagi merasakan keberadaan tubuhnya. Matanya terus berupaya menahan gemulai kelopak yang ingin menutup rapat, kepala terasa diremukkan oleh beban tak tertahankan, dan dadanya terasa terbakar dalam nyala yang tak terlihat, kedua tangan kakunya berusaha memegangi kepalanya yang terasa ingin pecah.

"T-tolong..." seru Yuta, meraih selembar harap kepada seorang pelayan dengan isyarat keputusasaan.

Pelayan yang menyaksikan dengan ngeri segera melangkah mendekati sang tuan yang tak mampu lagi menahan berat dirinya. Dalam kepanikannya, pelayan itu memanggil dengan lantang nama Winwin, mengundangnya datang mendekat demi kehidupan yang tengah bergelora.

"Ada apa ini?! Apa yang terjadi dengan suamiku?!"

"S-saya tidak tau nyonya, tuan tiba-tiba jatuh saat ingin mendobrak pintu," Jelas si pembantu.

Winwin menangis melihat suaminya mengeluarkan banyak darah dari hidung ia berteriak meminta ambulance pada Maid. Semua disana panik melihat Yuta yang kaku layaknya mayat.

HERA [NOMIN]🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang