13. Kerja kelompok

24 9 17
                                    

Tok tok tok!

Pria di atas kasur king size itu menggeliat tak nyaman dalam tidurnya saat suara ketukan pintu yang berisik menganggunya.

Tok tok tok!! Sudah cukup. Reynan sudah muak mendengar suara ketukan pintu yang semakin keras itu. Ia melirik jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi.

Berdecak kesal, ia berjalan lunglai untuk membukakan pintu tersebut.
Saat pintu terbuka, nampak lah Ale yang sudah rapih dengan seragamnya sekolahnya.

"Mau ngapain lo?" Ketus Reynan. Yang benar saja! ini masih sangat pagi, dia sudah melihat wajah menyebalkan itu.

"Mancing"

Reynan memutar bola matanya malas, ia meninggalkan Ale begitu saja ke dalam kamarnya. Membiarkan pintu kamar terbuka agar Ale juga dapat masuk.

Ale melempar tubuhnya pada kasur empuk itu. Pandangannya mengedar ke seluruh kamar. Iya, ini bukan kamar Reynan. Melainkan kamar Rayan.

"Lebih rapih dari kamar lo Rey." celetuk Ale tiba-tiba. Benar! kamar yang sudah lama tidak berpenghuni ini justru lebih rapih di banding kamar Reynan yang seharusnya bisa di bersihkan tiap saat oleh pemiliknya.

Reynan mendengar itu. Rasanya ingin sekali mendelik pada Ale. Namun sayang, tenaga dan moodnya juga sedang dalam kondisi tidak baik. Ketika baru bangun tidur seperti ini, hal yang lebih baik ia lakukan adalah melamun.

"Kenapa lo tidur disini?" tanya Ale. Namun masih sama, tidak mendapat respon apapun dari Reynan.

Reynan bangkit dari kursi belajarnya, membuka ransel, dan mengeluarkan sebungkus rokok serta korek api dari dalam sana. Ale yang melihat itu mengerutkan keningnya, "Sejak kapan lo ngerokok?"

Reynan geming. Entahlah, Reynan juga lupa sejak kapan dirinya merokok. Seingatnya, dia hanya iseng saja mencoba. Namun lama-kelamaan dia seperti kecanduan barang itu.

"Mau?" Bukannya menjawab pertanyaan Ale, pria itu justru menawarkan sebatang rokok pada sahabatnya.

"Berhenti merokok Rey, ga bagus buat kesehatan jantung lo." Ale menasihati. Ya, tentu saja Ale khawatir. Pasalnya Reynan 'kan memiliki riwayat sakit pada jantungnya. Namun yang di nasihati seperti menulikan pendengarnya. Ia sudah memantikkan api dan membakar rokok tersebut. Menghisapnya dan menghembuskan asap-nya dengan sengaja di depan wajah Ale.

Reynan sialan!

"Cepat mandi, kita berangkat."

"Gue ga sekolah." ucap Reynan melenggang pergi menuju balkon kamarnya.

"Kenapa?" kini Ale ikut menghampiri pria itu.

Reynan menggeleng kecil, "Males aja"

Ale jengah, inilah kebiasaan buruk Reynan. Pria itu sangat tidak pernah peduli pada pendidikannya. Sekolah semaunya saja!

"Kita bentar lagi ujian, lo udah ketinggalan banyak pelajaran. Lo bisa ga naik kelas Rey!" ujar Ale. Lagi-lagi ia menasihati, seperti orang tua nya Reynan saja!

Reynan geming sementara, entah apa yang ia pikirkan hingga ia berubah pikiran, "Gue mandi dulu."

Ale tersenyum lebar, menepuk pundak sahabatnya itu. "Gue tunggu di bawah!"

.
.
.

Pria dengan raut wajah riang itu menuruni anak tangga sambil bersenandung. Ia mengedarkan pandangannya ke suluruh area rumah besar itu. Di ruang tengah, ada seorang wanita yang sedang duduk sambil meminum teh hangatnya.

Mata Ale memicing dari anak tangga sana. Pasalnya, di rumah ini tidak ada siapapun selain Reynan dan maid disini. Ayah Reynan sedang bertugas ke luar kota. Sedangkan ibunya, sudah tidak tinggal dirumah ini. Lalu siapa wanita yang sudah bertamu sepagi ini?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TITIK KOMA [ON GOING]Where stories live. Discover now