10. Rayanza Damara

140 55 237
                                    

Aduuh, Hiatus sampe 1 bulan !!

Mungkin udah banyak yang lupa sama alur cerita ini ya? Its okay..

Yang mau baca ulang silahkan gapapa hehe.. Yang gak mau baca ulang sini saya ingetin.

Ingat di part sebelumnya, (08. Menorehkan luka) saat kedua orang tua Reynan bertengkar? Reynan di salahkan atas kepergian 'Rayan' bukan?

Kita akan bahas siapa 'Rayan' di part ini.

Penasaran?

Let's Read!!

Btw, jangan lupa tinggalin jejak ysy!

Happy reading!

••••

Sore ini, Sepulang sekolah, Reynan mengendarai motornya membelah jalanan ibu kota jakarta yang padat kendaraan dengan kecepatan rata-rata.

Setelah menghabiskan waktu 20 menit dari sekolahnya, pria itu menghentikan kendaraannya di depan sebuah tempat pemakaman umum.

Reynan menghembuskan nafasnya dalam-dalam saat ia hendak melangkah memasuki tempat itu.

Perlahan, tapi pasti. Ia mulai melangkah menghampiri gundukan tanah yang nampak terlihat rapih.

Terakhir kali ia mengunjungi makam itu dua bulan yang lalu. Sepertinya petugas kebersihan makam yang membersihkannya.

"Assalamualaikum bang," salam Reynan ketika ia sudah berada di depan makam itu.

Netra pemuda itu menatap lekat sebuah batu nisan yang bertulis,

Rayanza Damara.
Bin.
Evrard Damara.

Reynan tersenyum simpul. ia berjongkok lalu tanganya terulur mengusap nisan yang nampak berdebu itu.

"Bang, gue kangen ..." ucapnya lirih.

Pria itu tertawa getir sebelum melanjutkan perkataanya. "Gue boleh curhat gak?" kata Reynan seolah ia berbicara pada sang Kakak yang dapat mendengarnya.

"Lo tau? setelah kepergian lo, keadaan rumah semakin kacau. Ayah sama Bunda juga sering bertengkar." Reynan menjeda ucapannya. "Dulu, gue kira setelah kepergian lo gue bisa dapat kasih sayang mereka seutuhnya. Nyatanya, gue salah. Mereka tetap bersikap sama ke gue. Acuh, gak peduli, dan mungkin mereka menganggap gue gak ada."

"Dan lo tau? bahkan... Bunda menyalahkan gue atas kepergian lo," suara pria itu nampak tercekat. Ada desiran nyeri di hatinya saat mengatakan itu.

"Kenapa mereka gak pernah memperlakukan gue sama kaya lo? kenapa gue selalu terlihat buruk di mata mereka? Kenapa cuma gue?"

"Dulu gue selalu iri kalau liat lo di perlakukan lebih baik sama Ayah bunda. Tapi setelah kepergian lo, justru hal itu buat gue sadar. Mereka memperlakukan lo begitu karena lo kebanggan mereka. Lo bisa buat mereka bangga, lo berharga bagi mereka di banding gue yang gak bisa apa-apa dan gak bisa ngebanggain mereka. Lo, cuma satu-satunya yang mereka sayang. Mereka tetap acuh sama gue bang ..."

"Bang, Lo kenapa harus pergi sih?! lo jahat ninggalin gue sendiri!! si anak penyakitan dan pembawa sial ini gak akan bisa penuhi ekspektasi Ayah Bunda yang tinggi."

TITIK KOMA [ON GOING]Where stories live. Discover now