05

9 3 0
                                    

"AYO WOI!" Angel berseru, tangannya berkali-kali memukul pintu kamar mandi yang dikunci rapat oleh Dafa. "INI ROMBONGAN ANAK ELF SAMA THE BANGS UDAH PADA OTW KE GEDUNG AGENSI YA, KOCAK! KETINGGALAN NIH KITA GARA-GARA MAS DAFA!"

"MENENG O SIK TA, NJEL!" Dafa berseru. "TINGGAL SATU INI!"

"YA KAN KAU BISA POTONGNYA, BODOH!" Angel mendengus kasar, semakin gemas dengan tingkah Dafa. "NANTI SAMPE SANA KAN BISA DILANJUTIN!"

"YA KEBURU CEPIRIT LAH, LAWAK-"

"DAFA!" Yoan tiba-tiba datang menyusul Dafa, dengan raut wajah yang seakan-akan sedang murka kepada anak bungsunya satu itu. "GAK USAH TERIAK-TERIAK, IKI OMAH E UWONG!"

"Alah, Buk ...." Dafa menghela napas panjang. "Yo piye gak mbengok-mbengok nek Angel cangkem e ora iso mingkem ngunu kuwi-"

DUAKKK!

"JANCOK!" Dafa berseru, jantungnya kini hampir copot karena Angel yang sedang emosi jiwa telah menendang pintu kamar mandi yang dikunci oleh Dafa. "BUK, ANGEL IKI LHO BUK! NDANG ANDAKNO NANG CIA NEK DEE BAR NGERUSAK FASILITAS OMAH E KANCANE DEWE-"

"Kowe ndisik to sing nggudani Angel, yo iku salahmu dewe!" Yoan menepuk dahi, geleng-geleng kepala. "Wes omongane koyo ra tau sekolah, ngising pisan ning omah e uwong ora bar-bar!"

"Ya namanya pun takdir iki, Buk, Buk." Dafa segera meraih gayung, hendak menyiram limbah yang telah ia buang itu. "Mosok kita mau menolak takdir dari Tuhan iku yok opo sih Ibuk ki-"

"Mas, mbok kamu tuh udah gitu lah, Mas ...," ujar Angel. "jangan njawab terus lah kalo sama ortu itu ...."

"Hm, kamu denger gak itu Angel barusan ngomong apa?" Yoan mendengus. "Sing suwi-suwi ning kamar mandi ben kelebon setan-"

"BUK, LAK MESTI NGUNU KUWI!" Dafa dengan cepat membilas tangannya yang sudah berlumur sabun, kemudian segera membuka pintu kamar mandi. "Yo, iyo, iki lho wes metu!"

"MBOH!" Yoan dan Angel dengan sigap menarik kuping kanan-kiri Dafa, membuat anak itu meringis kesakitan.

"Weh, tolong lah weh!" Dafa berseru. "Aku janji gak njawabi maneh nek dikasih tau!"

Dafa pun masih terus memohon-mohon untuk dilepaskan, namun sayangnya seruan kesakitannya itu tidak dijawab oleh Yoan dan Angel hingga mereka bertiga sudah kembali berada di luar rumah Cia.

"Eh, Al, Al, Al!" Cia cepat-cepat menepuk pundak Alaya, tangannya segera menunjuk ke arah Dafa yang sekarang terlihat seperti seorang narapidana yang hendak dibawa ke pengadilan oleh dua polisi wanita. "Mas Dafa dijewer, Al!"

"Hah, mana?" Alaya lantas meletakkan ponselnya, melihat ke luar jendela mobil. "Ih, kek penduduk lapas pula mukanya."

"HAHAHAHAHAHA!" Cia tertawa terbahak-bahak. Alaya ini, ada-ada saja.

"Heh, Angel!" Maria mengelus dada, mulutnya tak dapat berkata-kata dalam sejenak. "Kok temenmu mbok jewer-jewer gitu to, Njel?"

"Lha dia ngeselin banget loh, Ma!" Angel berdecak sebal, dengan tangan yang masih menarik kuping Dafa supaya anak itu dapat segera masuk ke dalam mobil. "Mama tau nggak kenapa dia lama? Ya karena dia numpang BAB di kamar mandi rumah Cia, Ma!"

"AHAHAHAHAHAHAHAHA!" Tawa orang-orang pun meledak. Karena hal itu, Dafa jadi memasang tatapan sengit kepada Angel.

"Apa?" Angel balas melotot, sudah tahu bahwa sejak tadi Dafa telah menatap wajahnya. "Gak terima aib nya disebar?"

"Ngko by one kok kowe karo aku." Dafa membuka pintu mobil, hendak masuk. "Awas kowe."

"Iwis kiwi." Angel memutar kedua bola matanya, kemudian kembali ke kursi bagian belakang setelah Dafa membanting pintu depan mobil.

DCA BAND 2 : Become The Real StarWhere stories live. Discover now