01

12 3 0
                                    

"DCA tiba-tiba diterima sama agensi tanpa harus ngikutin tahap seleksi, Neth!" Cia berseru, masih tidak percaya.

"HAH?!" Gwyneth ternganga. "KALO GITU TUNGGU APALAGI, CI? CEPET TUNGGU BIS DI HALTE, PULANG NANTI KABARIN MAS DAFA SAMA YANG LAIN!"

"Terus kamu gimana, Neth? Masa kamu harus nunggu jemputan sendirian-"

"Gak usah mikirin yang di sini, ya ampun. Aku mah gampang, bisa nunggu di warung atau di depan pusat rehabilitasi." Gwyneth melambaikan tangan, tanda bahwa ia merasa tidak keberatan bila harus menunggu jemputan sendirian.

"Se-sebentar, Neth." Cia kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya, sadar bahwa ia telah meninggalkan om-om yang meneleponnya terlalu lama.

"Halo?"

"Ini apakah Ananda Cia masih di sana-"

"Iya, Pak. Saya masih di sini," potong Cia. "gimana, Pak? Apa yang saya lewatkan tadi?"

"Oh, baik kalau begitu. Yasudah, pukul 9.30 nanti, akan kami kirimkan E-Mail dari agensi kami. Karena anggota DCA yang bisa kami hubungi hanyalah Ananda Cia karena keterbatasan informasi kontak, kami juga ingin minta tolong kepada Ananda Cia untuk menyebar pesan ini kepada anggota band lainnya, ya."

"Jam 9.30?" Cia berpikir sejenak. "Baik, Pak. Akan saya kabarkan juga teman-teman saya di rumah nanti."

"Terima kasih, Cia. Terima kasih banyak."

"Nggih, sama-sama, Pak. Terima kasih juga karena sudah menerima kami, Pak," jawab Cia. "tapi ini bukan penipuan kan, Pak? Kok saya merinding-"

"HAHAHAHA. Bukan, benar-benar bukan penipuan. Nanti bila E-Mail sudah diterima, Ananda Cia pun juga pasti tidak lagi beranggapan kalau ini adalah penipuan. Sekarang, Ananda Cia tidak perlu lagi merinding, ya?"

"Iya, Pak. Hehe." Cia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, nyengir. "Baik, Pak. Sekali lagi terima kasih banyak."

"Ya, sama-sama."

TUUUTTT ...

"Loh, kok udah mati?" Cia memicingkan mata. "Menurutmu ini penipuan bukan, Neth-"

"Nah, udah selesai, kan?" Gwyneth memotong. "Ayo cepet, itu bis nya udah hampir sampe!"

"HAH?" Cia menoleh ke arah halte. "ADUH, IYA LAGI. YAUDAH KALO GITU, NETH, MAAF AKU DULUAN DULU BUAT MALEM INI!"

"IYA, CI. SIAP!" Gwyneth berseru, memandang Cia yang sudah berlari ke arah halte bus dengan cepat. "HATI-HATI, CI. SEMANGAT! DCA DEBUT NANTI, AKU BAKAL JADI KETUA FANDOM!"

Cia tidak lagi menjawab seruan Gwyneth, ia sudah masuk ke dalam bus yang kebetulan adalah bus terakhir yang akan mengantar orang-orang ke arah bawah daerah Jalan Kaliurang.

Cia lantas mengambil tempat duduk di bagian paling belakang bus, setelah ia melakukan pembayaran menggunakan kartu warna birunya. Dilihatnya Gwyneth yang masih berada di dekat halte bus seraya melihat ke arah Cia, kemudian melambaikan tangan mereka masing-masing sebagai tanda perpisahan untuk hari ini.

Cia menghela napas, kembali menyandarkan dirinya pada bangku bus yang ia tempati. "Mas Dafa, Mas Dafa, lihat aja nanti. Bakal aku buktiin kalau kelakuanmu hari ini udah salah besar."

°°°

"MAS DAFA, MAS DAFA!" Cia mengetuk-ngetuk pintu rumah Dafa dengan keras. "MAS DAFA, BUKAIN PINTUNYA, MAS!"

"Sabar, Ci!" Dafa berseru dari dalam. "Bocah gemblung bengi-bengi nggedor pintu omah uwong sembarangan."

"Mas Dafa, ini tuh urgent, Mas!" Cia berseru.

DCA BAND 2 : Become The Real StarWhere stories live. Discover now