Part 2

27 11 1
                                    

HAI GUYS!

MAAF BANGET YA, KEMARIN AKU NGGA UPDATE KARENA LAGI GAADA INSPIRASI 😭😭

AKU USAHAIN HARI INI DOUBLE UPDATE

ENJOY YAAA!

***

Pagi ini Alana terpaksa pulang ke rumah karena semalam tidak membawa seragam saat menginap di rumah Jovi. Setelah subuh Alana meninggalkan rumah Jovi bersama Dira dan Reya. Sebenarnya Alana malas pulang, tapi dia harus berangkat ke sekolah. Alana tidak ingin merusak citranya di sekolah karena bolos dengan alasan yang tidak jelas.

Sesampainya di rumah, dengan santainya Alana membuka pintu dan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Namun saat ingin menaiki tangga, sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Dari mana saja kamu?"

Alana pun menoleh ke arah sumber suara. Pandangan Alana mendapati Ryan yang berdiri tak jauh dari tangga dengan tatapan yang tidak bersahabat.

"Nginep di rumah Jovi," Jawab Alana singkat, lalu kembali melangkah tanpa menghiraukan Ryan.

"Papa belum selesai bicara, Alana!" Tegas Ryan yang lagi-lagi membuat Alana menghentikan langkahnya.

"Apa lagi sih, Pa? Alana mau siap-siap ke sekolah," Tanya Alana yang mulai kesal.  Karena tidak ingin berdebat dengan Ryan, Alana langsung naik tanpa persetujuan Ryan.

"Alana! Kamu sudah mulai berani sama Papa!?" Teriak Ryan yang mulai naik pitam melihat tingkah putri bungsunya.

"Udahlah, Pa, nanti biar Mama yang bicara sama Alana," Ucap Dinda yang baru datang dari dapur untuk menenangkan suaminya.

Saat ingin masuk ke kamar, bersamaan dengan itu Laura keluar dari kamarnya yang berada di samping kamar Alana.
Baru saja Laura ingin bertanya, Alana sudah masuk ke kamarnya, dan membanting pintu dengan kencang yang membuatnya terlonjak kaget.

Sebenarnya Laura ingin menghabiskan waktu libur semesternya bersama Alana, tapi adiknya terlihat seperti tidak menginginkannya. Laura sangat paham dengan perasaan Alana saat ini. Tidak salah jika Alana kesal padanya, karena Ryan selalu membandingkan Alana dengannya.

Tidak ingin mengganggu Alana, Laura pun turun untuk menemui Ryan yang tengah membaca koran dan menikmati kopi paginya.

"Pa, Laura mau bicara sesuatu sama Papa, boleh ngga?" Tanya Laura setelah duduk di samping Ryan.

"Boleh, mau ngomong apa, kak?" Tanya Ryan sembari melipat koran yang telah dia baca, dan meletakkannya di meja.

"Sebelumnya maaf ya, Pa. Tapi menurut Laura, Papa terlalu keras sama Alana. Alana pasti sedih selalu dibandingin sama aku. Padahal kami sama-sama berprestasi, Pa," Jelas Lauran dengan hati-hati.

"Papa seperti ini juga demi masa depan Alana, kak. Papa cuma mau Alana termotivasi dari pencapaian kamu. Lagipula semenjak menginjak SMA ini, adik kamu mulai berubah dan suka melawan Papa."

Laura terdiam mendengar penuturan Ryan. Sepertinya percuma jika dia memberitahu Ryan yang masih kekeh dengan pendiriannya.

"Dek, kamu ngga sarapan dulu?" Tanya Dinda dari meja makan saat melihat putri bungsunya turun dari kamar.

Mendengar suara Dinda, Alana pun menghampirinya, "Engga, Ma. Alana sarapan di sekolah aja."

"Mama bisa bicara sebentar sama kamu?" Tanya Dinda yang membuat Alana mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Ada apa, Ma?"

Keduanya pun duduk berdampingan di meja makan, "Semalam kenapa kamu ngga angkat telfon Papa? Kami khawatir, sayang," Tanya Dinda lembut sambil mengusap surai Alana yang tergerai.

"Maaf, Ma, semalam Alana ngga tahu, dan paginya baru sadar kalau ternyta Hp Alana mati," Bohong Alana. Padahal dia sengaja mematikan ponselnya, karena tidak ingin diganggu.

"Lain kali jangan gitu lagi, ya! Mama tau kamu marah sama Papa, tapi sebenarnya itu sangat sayang sama kamu."

"Iya, Ma," Jawab Alana meski menolak hal itu.

"Yaudah, Alana berangkat dulu," Pamit Alana, lalu mencium punggung tangan Dinda. Karena tidak melihat keberadaan Ryan dan Laura, Alana pun langsung berangkat tanpa berpamitan.

***

Suara riuh di kelas menandakan belum ada guru yang datang. Alana lebih memilih menyibukkan diri dengan membaca buku sambil mendengarkan musik dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya, sedangkan ketiga sahabatnya tengah bersenda gurau di bangku masing-masing yang berdekatan.

"Dir, Jov, deloken! Ganteng, rak?" Tanya Reya pada Dira dan Jovi sambil menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya.

(Dir, Jov, lihatlah! Ganteng, ngga?)

Dira dan Jovi pun reflek mengalihkan pandangannya ke ponsel Reya.

"Anjir! Semalam saja nangis-nangis. Sekarang udah dapat cowok baru?" Tanya Dira, heran melihat sahabatnya yang sangat cepat mendapatkan pengganti.

"Life goes on, sayang!" Jawab Reya sambil mencubit pipi Dira yang membuat sang empu berdecak sebal. Jovi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua sahabatnya.

"Al!" Panggil Jovi yang duduk di samping Alana.

"Al!" Panggil Jovi sekali lagi, tapi tidak mendapat sahutan dari sang pemilik nama.

Reya yang geram melihat Alana tidak menjawab, akhirnya membantu Jovi, "Alana!"

Duk!

"Ck! Opo sih!?" Tanya Alana kesal saat Reya menendang kursinya dari belakang.

(Ck! Apa sih!?)

Karena mood membacanya jadi hilang, Alana pun melepas earphone-nya dan menoleh ke arah sahabatnya. Pandangannya langsung tertuju pada Reya dan menatapnya datar.

"Kamu itu udah pintar, ngapain sih belajar terus?" Tanya Reya yang langsung mendapat tampolan dari Dira yang duduk di sebelahnya.

Plak!

"Awh!" Pekik Reya sambil mengelus lengannya.

"Harusnya kamu itu ngikutin Alana yang rajin belajar, bukan malah sibuk nyari cowok!"

"Yo ndak mampu no! Iso-iso mati enom aku nek kakean moco buku," Jawab Reya yang membuat ketiga sahabatnya tidak habis pikir dengan pemikirannya.

(Ya ngga mampu lah! Bisa-bisa mati muda aku kalo kebanyakan baca buku)

"Gini banget punya teman," Cibir Alana.

"Gapapa lah, Al, buat hiburan," Sahut Jovi yang membuat mereka tertawa.

Selang beberapa detik Bu Siti memasuki kelas diikuti seorang lelaki yang berseragam sama dengan mereka. Semua siswa pun kembali ke tempat duduk masing-masing.

Mengetahui ada siswa baru yang tampan, para siswa perempuan pun berteriak histeris, tak terkecuali Reya dan Dira. Sedangkan Alana malah kembali membaca buku tanpa berminat menatap siswa baru itu.

"Anjir! Ganteng banget!"

"Mas, culik aku, mas!"

"Gila, ada pangeran nyasar di Semarang!"

"Mas, mau ngga jadi pacar keduaku?" Teriak Reya tanpa rasa malu dan langsung menjadi pusat perhatian.

"Loh, Re, kamu mau duain aku?" Tanya Julio yang tidak terima.

"Dih, heh, Ijul! Emang kita pacaran!?" Sarkas Reya yang membuat Julio mencebikkan bibirnya.

Alana hanya geleng-geleng kepala mendengar teman-temannya yang sangat heboh.

"Sudah-sudah! Silahkan perkenalkan diri kamu!" Pinta Bu Siti yang menbuat semua siswa terdiam.

"Nama gw Alvaro Brivan Adijaya, pindahan dari Jakarta."

Deg!

SEGINI DULU YA

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA 🤗

LOVE YOU GUYS 💙💙

Love And MathWhere stories live. Discover now