Prolog

60 17 7
                                    

HOLLA GUYS!

CERITA BARU LAGI NIH...

SEMOGA SUKA YAAA...

ENJOY GUYS!

***

Semarang, 07 Juli 2018

Seorang gadis berseragam putih merah tengah berlari menuju rumahnya sambil tersenyum manis dengan membawa piala di tangannya. Dia tidak sabar ingin bertemu kedua orang tuanya untuk menunjukkan piala pertamanya.

"Mama, Papa, Alana dapat juara satu!" Teriak Alana setelah membuka pintu rumahnya.

Tidak mendengar sahutan dari siapapun, Alana mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah, dan mendapati kedua orang tuanya yang tengah berkutat di ruang keluarga.

Tanpa pikir panjang, Alana menghampiri kedua orang tuanya, "Ma, Pa, lihat deh, Alana dapat juara satu Olimpiade Matematika!" Seru Alana dengan wajah sumringah.

Pandangan Ryan dan Dinda pun beralih menatap anak bungsunya, "Good job, girl!" Ucap Ryan sambil mengangkat Alana ke atas pangkuannya. Dinda yang duduk di samping Ryan ikut tersenyum bangga melihat putri bungsunya.

"Papa bangga sama kamu, akhirnya kamu bisa seperti kakak kamu," Tanpa beban Alana mengangguk dan tersenyum senang.

Alana merasa perjuangannya tidak sia-sia untuk mengejar prestasi yang kakaknya dapatkan. Selama ini dia selalu melihat kakaknya selalu dibanggakan kedua orang tuanya di hadapan semua keluarga besar, hal itu membuat Alana ingin dibanggakan juga.

"Mama, Papa, Laura keterima di SMA 1!" Seru Laura, Kakak Alana yang baru masuk dan menghampiri ketiganya.

Mendengar suara putri sulungnya, Ryan langsung menurunkan Alana dari pangkuannya dan menghampiri Laura. Alana sedikit kecewa melihat Ryan melupakannya begitu saja.

Melihat putrinya terdiam, Dinda menarik Alana ke atas pangkuannya. Bersamaan dengan itu, Ryan membawa Laura duduk di sofa. Mereka pun duduk berdampingan di sofa dengan Laura duduk di antara Ryan dan Dinda, sedangkan Alana duduk di pangkuan Dinda menghadap ke Laura.

"Loh, dek, kamu menang olimpiade?" Tanya Laura penuh antusias saat melihat piala di genggaman adik kesayangannya.

Meski Alana menganggap Laura sebagai saingannya, Laura tetap sangat menyayangi Alana. Mereka hanya dua bersaudara, dan perhatian Ryan yang terlihat sangat sayang pada Laura membuat Alana sedikit iri. Padahal Ryan dan Dinda menyayangi keduanya sama rata, tapi sudut pandang Alana mengatakan hal yang berbeda.

"Iya, jadi sekarang bukan cuma kakak yang punya banyak piala, dan bukan cuma kakak yang bisa membuat Papa sama Mama bangga, aku juga bisa!" Jawab Alana sedikit ketus.

Laura tidak menghiraukan adiknya yang terlihat jengkel. Tangannya terulur untuk mencubit pipi tembam Alana, "Iya dong, dek. Papa sama Mama pasti bangga sama kita. Iya kan, Pa, Ma?" Tanya Laura sambil menatap Ryan dan Dinda secara bergantian.

"Iya sayang," Jawab Dinda, lalu mencium pipi kedua putrinya secara bergantian.

"Jadi, kamu harus belajar lebih giat lagi, dek! Biar bisa seperti kakak kamu masuk ke sekolah favorit," Ucap Ryan pada Alana.

Alana menghela nafas kasar dan turun secara pakasa dari pangkuan Dinda, lalu berlari menuju kamarnya tanpa memedulikan panggilan dari sang Mama. Alana kecewa karena merasa pencapaiannya tidak pernah ada artinya dan selalu saja kalah dari kakaknya.

Hal ini membuat Alana semakin tidak suka dengan kakaknya. Sejak saat itu, Alana selalu menghabiskan waktunya untuk belajar dan selalu berkutat di kamar, tanpa berniat bermain bersama teman-teman seusianya. Ambisi Alana semakin besar untuk mengalahkan kakanya.

SEGINI DULU YA, NEXT PART KITA KENALAN SAMA TOKOHNYA

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTARNYA YA

SEE YOU NEXT PART GUYS, LOVE YOU 💙

Love And MathWhere stories live. Discover now