15. Desas-Desus🗻

262 25 4
                                    

.
.
.
.
.

Kami memutuskan menuju Relung Awan saat hari sudah hampir gelap, melewati kebun labu dan kebun stroberi dengan langkah yang cukup cepat. Aku tidak ingin tiba di Relung Awan terlalu malam karena itu akan menambah risiko.

Aku berjalan berdampingan dengan Wang Yibo dalam keheningan, sementara di belakangku ada Jin Qi dan Jin Wu yang entah membicarakan apa. Sesekali aku mendengar Jin Qi mencebik sebal.

Mengesampingkan itu semua, Wang Yibo adalah yang paling aku harapkan untuk bisa sedikit membuatku lebih baik. Aku hanya sedikit tidak terkendali beberapa saat lalu. Aku pun tidak bisa menjelaskan apa itu. Pokoknya aku merasa tidak nyaman dengan dia meninggalkanku tanpa mengatakan apa-apa. Aku merasa benar-benar kosong, dan entah kenapa aku menjadi gelisah.

Dari sudut mataku, dia tampak begitu dalam tenggelam dalam pikirannya. Aku menduga sepertinya kami memikirkan masalah yang sama. Bagaimana pun, aku tidak pernah bisa berlama-lama menahan kesal jika itu menyangkut kekasihku.

"Xiao Zhan, mari kita bicara." Wang Yibo benar-benar memulainya lebih dulu.

"Aku hanya ingin kau beristirahat lebih lama. Malam tadi sangat panjang, kau pasti lelah. Dan juga... ada banyak hal yang tidak sepantasnya didengar di kota." Lirih, memastikan Jin Qi dan Jin Wu tidak mendengar percakapan kami.

Malam yang panjang memang sangat panjang. Kami bercinta beberapa lama dan aku memang baru tidur saat pagi. Hal-hal yang tidak pantas didengar di kota, aku tahu benar persoalan macam apa itu. Mungkin saja Wang Yibo mengkhawatirkan aku.

Ini pasti pertama kali untuknya mendengar desas-desus rakyat Gusu tentangku ketika aku tidak berada di sekitar mereka. Ungkapan ketakutan akan kutukan yang mungkin akan mereka terima akibat dosa di masa lalu adalah yang paling santer didengungkan. Tapi sungguh, aku tidak apa-apa. Hatiku sudah kebas. Hanya satu hal yang tidak bisa aku tanggung, yaitu kepergiannya yang tiba-tiba.

Aku merasa takut. Aku takut ketika dia tidak mengatakan apa yang dia pikirkan, dan apa yang akan dia lakukan.

"Apapun yang mereka bicarakan, aku tidak peduli. Tapi bagaimana bisa kau meninggalkanku? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?"

Wang Yibo berusaha mengamit tanganku sebagai jawaban, aku menepisnya. "Aku ingin bisa berguna untukmu di kehidupan sekarang. Kalau kau saja meninggalkanku di saat-saat penting, bagaimana aku bisa melakukannya?"

Ada helaan napas panjang di sana sebelum kemudian Wang Yibo kembali bicara, "Xiao Zhan. Biarkan aku yang mengurusnya."

"Kalau memang ini mengganggumu, ayo kita urus bersama. Lan Zhan... Yibo.... Apa kau lupa? Kita selalu mengatasi segalanya bersama-sama. Ini masalah kecil. Aku sudah pernah berjuang bersamamu antara hidup dan mati. Memangnya apa yang mereka katakan soal aku? Bahwa aku ini kutukan yang ditimpakan kepada mereka? Aku sungguh terbiasa dengan itu. Jangan khawatir."

"Xiao Zhan--"

"Kutukan? Kutukan apa?" Jin Qi menginterupsi pembicaraan kami. Tidak sadar aku sudah berbicara cukup keras hingga Jin Qi dan Jin Wu yang berada beberapa meter di belakang kami bisa mendengarnya. Aku dan Wang Yibo sama-sama memalingkan wajah menatapnya.

"Apa kau mengigau? Kutukan apa maksudmu?" Aku mengelak, Jin Qi mulai gemetar takut mendengarku membicarakan kutukan. Jin Wu juga sama, tapi ada ketertarikan aneh di matanya.

Dia berkata, "Kami dengar kalian berdua membicarakan soal kutukan. Semua orang di kota sebelumnya juga membicarakan kutukan!"

"Apa jangan-jangan kakek tua di kedai itu tidak membual? Apa cerita itu masuk akal, hah?" Jin Qi berseru semakin panik, sementara Wang Yibo menatap mereka berdua penuh selidik. "Apa yang orang tua itu katakan kepada kalian?" Pandanganku bergeser beberapa senti ke arah Wang Yibo. Jelas sekali dia sedang mengintimidasi, barangkali mengorek informasi.

Cloud RecessesWhere stories live. Discover now