8. Kisah Rahasia🗻

258 31 1
                                    


.
.
.
.
.

Matahari sudah muncul di tepian langit yang berpendar kebiruan. Cuaca sedang baik, sinarnya hangat, tidak terlalu terik.

Hari yang bagus untuk menyambut kedatangan kembali tamuku yang aku hormati. Dia akan datang lagi kali ini. Dalam hati menggumam semoga dia tidak melupakan janjinya.


Menggali informasi tentang sejarah Relung Awan bisa dilakukan di mana saja selama masih ada aku sebagai mata air pengetahuan. Rencana serta merta berubah. Aku akan mengajak tamuku berkeliling saja ke Kota Gusu sambil melihat-lihat apakah ada yang menarik.

Sejujurnya aku sudah memikirkan hal ini dari kemarin. Aku ingin meminta maaf padanya atas perilaku yang tidak sopan. Jasaku tidak perlu dibayar. Semua aku gratiskan asalkan dia mau memaafkanku.

Mematut wajah di cermin, Wei WuXian memang sangat cantik. Memiliki wajah yang identik dengannya seakan-akan hanya fatamorgana untukku. Diam-diam aku memuji Lan WangJi. Laki-laki embun beku itu memiliki selera yang cukup bagus.

Aku mengatur penampilan terbaik dan ternyaman. Hari ini tidak akan ada kesalahan. Kesalahan yang lalu akan kuperbaiki, dan akan kutinggalkan kemelut itu di belakang sana.

Pukul lima pagi, seseorang mengetuk pintu. Kali ini aku dapat mendengarnya. Aku merasa sangat gugup, tapi aku malah berlari menuju arah pintu. Ketika membuka pintu, seseorang dengan kaos putih dan kemeja flanel coklat serta celana jeans berdiri tenang menatapku. Dia juga membawa tasnya yang kemarin.

Itu Wang Yibo. Dia mengingat janjinya.

"Hai." Sapaan yang sangat jelek. Suaraku bahkan pecah ketika mengucapkannya.

"Ya, halo." Senyuman hangat itu merekah sempurna. Awalnya aku pikir itu akan seperti awan gelap di atas kepala, atau gerhana matahari total, ternyata tetap sama seperti sebelumnya. Meskipun itu saja tidak cukup membuatku lega. Aku sedikit canggung.

"Hei, Yibo--Gege. A-aku ingin mengajakmu berkeliling Gusu Lan. Apa kau punya waktu luang?" Tidak tahu juga mengapa aku menyapanya begitu, aku hanya merasa perlu untuk kesopanan, memulihkan citra laki-laki Gusu Lan yang bermartabat yang aku hancurkan tempo hari. Hari ini, tidak peduli apapun, aku akan memanggilnya begitu.

"Bukankah hari ini kita akan naik ke Relung Awan?"

"Tidak, tidak. Aku ingin mengajakmu berkeliling Gusu." Dia tersenyum. Alisnya sedikit terangkat, "Oh, ada apa ini?"

"Aku ingin minta maaf, kemarin aku sudah bersikap tidak sopan padamu. Aku seharusnya berterimakasih karena kau sudah menemukan kain merahku, tapi aku malah memarahimu." Bulu mata laki-laki itu bergeletar selagi menatapku dalam. Apa hanya perasaanku saja?

Tangan Wang Yibo mengibas, "Sepertinya kau salah paham, Xiao Zhan. Aku hanya tidak ingin kau menjadi semakin marah ketika aku bicara. Aku juga takut perkataanku menjadi kesalahan yang lain. Jadi lebih baik aku diam."

"Sebaiknya Gege jelaskan saja padaku. Bukan keahlianku untuk membaca pikiran orang." Keluhan itu sungguh tidak tahu malu, tapi entah mengapa aku melakukannya juga. Keningku merah karena telapak tanganku sendiri. Aku benar-benar tidak waras.

Ragu-ragu aku mengangkat kepala, tapi aku melihat dia justru mengangguk. "Aku akan mengatakannya lain kali. Terimakasih sudah memberitahuku. Baiklah, aku memiliki banyak waktu. Ayo berkeliling."

Wang Yibo berucap cukup menyenangkan sebenarnya, tapi rasanya justru seperti hawa dingin yang mendesis di tengkuk. Perasaan ini begitu asing. Segera aku mengambil langkah mendahuluinya. Tidak lupa untuk menutup pintu kuat-kuat.

Cloud RecessesWhere stories live. Discover now