13

1K 178 42
                                    

pagi pagi sekali, minyoung sudah di kejutkan dengan kehadiran jungkook di kediaman orangtuanya.

"selamat pagi bibi" sapa jungkook dengan membungkukan tubuhnya memberi hormat. minyoung yang masih mengenakan apron menganggukan kepalanya, bahkan wanita paruhbaya itu menemui calon menantunya itu masih dengan membawa spatula, karena dirinya sedang memasak sarapan di dapur bersama sang ibu.

"p-pagi nak, maaf bibi masih kotor. ayo masuk dulu, kau pasti belum sarapan kan? ayo kita sarapan bersama" ajak minyoung mempersilahkan jungkook agar masuk, "kau duduk dulu ya, bibi panggilkan paman dulu agar menemanimu. dia pasti sedang mandi" imbuhnya.

tapi jungkook dengan cepat menggelengkan kepalanya. "tidak perlu bibi, kalau boleh-- saya ingin bertemu dengan rose nuna. saya ingin meminta maaf atas kejadian semalam" ucapnya.

minyoung yang mendengar permintaan jungkook sedikit terkejut. suaminya semalam sempat bilang, kalau anak kedua tuan jeon itu pemuda yang keras dan menakutkan. tapi kenapa ini--- dia lembut sekali. padahal minyoung dan seojoon pikir, jungkook pasti tidak akan menemui rose, apalagi sampai repot repot datang kesini pagi pagi. dan apa ini tadi, meminta maaf-- astaga, ini benar benar diluar dugaan.

"b-boleh saja nak, ta-tapi rosie belum mandi. dia ada di taman belakang tadi, sepertinya dia sedang menerima telfon dari sahabatnya" jawab minyoung terbata.

jungkook yang mendapat izin tersenyum senang. "apa saya boleh menemui rose nuna sekarang bibi?" tanyanya sekali lagi.

"boleh. tentu saja boleh nak, kau masuk saja ke lorong itu. lurus terus sampai pintu kaca disana. pintu itu langsung menuju ke taman belakang" tunjuknya pada lorong di sebelah kanan di ujung ruangan.

"terimakasih bibi" jawab pemuda tampan itu sebelum berrjalan menuju lorong yang di tunjuk minyoung.

"yang di ceritakan seojoon sungguh berbeda dengan yang kulihat saat ini. apa dia salah ya, tapi--- aku pikir awalnya jungkook itu juga pemuda yang menyeramkan. melihat tattonya saja aku sudah takut" gumam wanita paruh baya itu sembari melihat jungkook yang mulai menjauh darinya.












"hiks, astaga-- dia jahat sekali"

"jika aku ada disana, aku akan benar benar menghabisinya eonni. hiks.."

"ya, kau benar eonni. laki laki seperti itu memang tidak pantas untuk di tangisi. tapi--- tapi aku tidak tega melihatnya huhuhu"

jungkook mengernyitkan dahinya ketika mendengar rose menangis di bangku taman. dia semakin mempercepat langkahnya, ia ingin segera memastikan jika calon istrinya itu baik baik saja.

"hiks, baiklah-- nanti kita sambung lagi ya eonni. sampai jumpa, aku menyayangimu"

setelah mematikan sambungan telfonnya. rose langsung menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, gadis cantik itu kembali terisak disana. dan jungkook semakin panik di buatnya.

sesampainya di depan rose, pemuda jeon itu bersimpuh di depan sang gadis yang terisak. perlahan tangannya menyentuh tangan rose, "nuna" panggilnya pelan sembari menarik pelan tangan gadis cantik itu.

rose yang mendengar suara jungkook langsung menurunkan tangannya.

"jungkook" isaknya dan langsung memeluk pemuda itu.

jungkook sendiri yang mendapat respon seperti itu terkejut. tapi ia juga langsung membalas pelukan rose dan mengusap pelan punggung si gadis.

"nuna, kau kenapa? kenapa menangis? siapa yang membuatmu menangis?" tanya jungkook disela usapannya.

bukannya menjawab, rose malah semakkin terisak. ia juga menyembunyyikan wajahnya di ceruk leher si pria.

diam diam, minyoung dan seojoon mengintip dari kejauhan.

-JK-  [M]Место, где живут истории. Откройте их для себя