20

10.2K 786 7
                                    

Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama untuk liburan, sekarang Renzi dan juga Kalandra kembali pulang ke negara mereka, dengan Kalandra yang langsung berangkat ke kantor setelah pulang sedangkan Renzi berada dirumah bersama dengan mertuanya.

"Bagaimana liburan kalian? Menyenangkan?" tanya Ibu, ia merasa sangat senang saat menyadari begitu banyak perubahaan yang ada didalam diri anaknya, mulai dari suka bicara dan juga lebih banyak membuat ekspresi, tak datar seperti dulu lagi.

"Libulannya selu! Apa lagi pas ulang tahun Lenzi yang ke 22 tahun waktu itu, kami banyak belsenang-senang waktu libulan itu, tapi sekalang setelah pulang mas Kalandlanya sibuk kelja lagi. Cuman nggak papa, Lenzi udah seneng banget sekalang," ujar Renzi mulai mengatakan semua yang terjadi diantara mereka berdua selama liburan, serta mengatakan jika Kalandra juga memberinya kalung yang sangat indah.

"Ibu senang melihat Kalandra sudah banyak berubah sekarang, dulu ibu merasa takut dia akan seperti ini terus sehingga tak ada yang mau bersama dengan dia, karena kamu tahu sendiri kan bagaimana sikapnya saat berkata dengan singkat? Ibu sendiri kadang takut setiap kali dia bicara sedikit, karena tak tahu apa yang dia inginkan, tapi sekarang setelah menikah dengan kamu dan hidup berdua bersama dengan kamu, dia banyak berubah. Ibu senang melihatnya," ibu kembali berbicara, ia tak salah menjodohkan Kalandra dengan Renzi yang mampu mengubah pria itu menjadi seperti sekarang ini, karena ia sendiri tak akan bisa mengubah sikap anaknya itu menjadi lebih baik lagi selama ini.

"Em, Lenzi dulu juga takut sama nda ngelti mas Kalandla bilang apa. Dia cuman bilang hm, hm, gitu aja setiap di tanya, kan Lenzi bingung hm itu apa." ujar Lenzi saat mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan suaminya itu, dimana Kalandra berkata 'hm' dengan setiap pertanyaan yang ia berikan, rasanya sangat kesal.

Ibu tertawa mendengar itu semua, karena semua hal yang Renzi katakan itu semuanya nyata. Setiap orang yang bertemu dengan Kalandra pasti langsung tak menyukai pria itu karena sikapnya yang dingin dan susah ditebak.

"Sejauh mana kalian sudah dekat?" tanya Ibu, ia merasa penasaran sudah sejauh mana hubungan dekat antara anak dan juga menantunya, karena sejauh ini ia hanya melihat mereka berpelukan saja, yang lainnya belum. Oleh karena itu karena menantunya sangat polos, ia ingin bertanya. Mungkin kah hubungan mereka sudah seperti suami istri pada umumnya atau belum?

"Sejauh mana?" tanya Renzi, ia tak mengerti apa yang sekarang mertuanya itu tanyakan.

"Kalian berdua kan pasangan, setiap pasangan pasti melakukan hubungan yang lebih dari sekedar ciuman dan juga pelukan saja agar hubungan mereka semakin erat. Nah ibu bertanya sudah sejauh mana hubungan kalian? Baru sampai pelukan saja atau lebih?" ujar Ibu, walaupun menantunya sudah dewasa namun ia tak ingin mengotori otak polosnya dengan mengatakan sesuatu secara terang-terangan, semoga saja hanya seperti ini pemuda itu bisa mengerti dengan cepat.

Renzi menunduk, ia pernah melihat artikel jika memang pasangan harus melakukan hubungan yang lebih agar pernikahan mereka jauh lebih erat lagi, sedangkan dirinya dan juga Kalandra masih berpelukan saja tak lebih dari itu. Ia tak pernah tahu jika hal seperti itu sangat dibutuhkan agar hubungan mereka jauh lebih erat lagi, ia berpikir mungkin dengan pelukan saja sudah lebih dari cukup tapi nyatanya ia salah.

"Lenzi pelnah baca, tapi gimana cala lakuinnya? Lenzi nda tau cala lakuin itu bial hubungan kami lebih deket lagi," ujar Renzi dengan sangat jujur, karena ia memang tak tahu bagaimana cara melakukan itu semua agar hubungan mereka jauh lebih erat, ia hanya sering melihat ayah dan bundanya berpelukan dan juga ciuman pipi saja, tak lebih dari itu jadi ia sama sekali tak bisa belajar.

Ibu tersenyum, seperti dugaannya ternyata hubungan menantu dan juga anaknya masih berada didalam batas wajar, padahal mereka pasangan hal yang lebih tak masalah sama sekali. Atau memang mungkin Kalandra belum ingin menyentuh pemuda itu? Tapi ia tahu, setiap pria mempunyai napsu, tak semua bisa menahannya terlalu lama.

"Nanti kamu tanya suami kamu ya? Tanyakan semuanya, pasti dia akan tahu nanti." ujar Ibu, terkesan memaksa namun ia harus memberi pelajaran untuk menantunya itu agar bisa peka dan melakukan tugasnya sebagai seorang istri.

Renzi menganguk, ia jadi penasaran tentang apa yang harus mereka lakukan agar hubungan mereka semakin erat, karena selama ini tak ada yang memberinya pelajaran tentang itu semua, sehingga sekarang ia harus mencari tahu semuanya sendirian.

****

Renzi menatap kearah pintu kamar miliknya dan juga Kalandra terus-menerus, menunggu kepulangan pria itu yang tak tahu kapan. Karena tadi suaminya itu mengatakan akan pulang malam, maka dari itu ia menunggu sekarang, karena tingkat rasa penasarannya sudah sangat tinggi sehingga tak bisa menunggu hari esok untuk bertanya pada suaminya itu.

Cukup lama menatap pintu itu dengan kedua mata bulat miliknya, pintu kamar mereka akhirnya terbuka membuat Renzi langsung turun dari atas tempat tidur sebelum berlari kearah suaminya itu dan memeluknya dengan sangat erat. Membuat Kalandra yang terkejut hanya bisa diam dengan kedua tangan memeluk pemuda itu dengan cukup erat, kenapa Renzi belum tidur sekarang? Ini sudah sangat larut, apa pemuda itu mimpi buruk sehingga sekarang langsung memeluknya saat melihat ia pulang dari kantor? Jika memang benar maka ia sudah bersalah karena pulang terlalu larut.

"Kamu kenapa?"tanya Kalandra, ia lelah namun melihat Renzi seperti ini ia ikut khawatir. Setelah pulang tadi ia langsung pergi ke kantor karena banyak kerjaan yang harus di urus.

"Lenzi dali tadi nungguin mas pulang," ujar Renzi dengan terus memeluk suaminya itu tanpa merasa bosan sedikitpun, karena jujur ia menunggu sekali suaminya itu pulang kerumah.

"Kenapa tidak menelpon mas tadi?" tanya Kalandra, ia tak tahu kenapa Renzi menunggunya bisa selama ini, karena biasanya pemuda itu akan langsung tidur tanpa menunggunya lebih dulu karena tahu ia akan pulang larut malam.

Pemuda itu mendongak, kedua mata bulat itu menatap kearah suaminya itu dengan mengerjab dengan pelan.

"Lenzi nda mau ganggu mas kelja," ujar Renzi dengan suara lirih miliknya, ia mengantuk namun rasa penasarannya lebih mendominasi sehingga sekarang ia memilih menunggu suaminya itu pulang kerumah saja.

"Kalau memang penting, kamu harus menelpon. Ini sudah sangat larut, nanti kalau kamu sakit gimana?" ujar Kalandra, ia melepaskan pelukan mereka sebelum mengelus pipi bulat pemuda itu.

"Nda penting kok, Lenzi cuman mau nanya sesuatu." ujar Renzi dengan cengiran lucu miliknya, membuat Kalandra ikut tersenyum tipis mendengar perkataan pemuda itu sekarang ini.

Bersambung...

Votmen_

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang