6

12.7K 931 12
                                    

Pemuda itu tersenyum saat melihat jika perkataan ayah memang benar, sekarang ia sudah sampai di dapur dengan ibu mertuanya sudah berada disana, ia berjalan mendekat membuat wanita paruh baya itu langsung menatapnya sekarang.

"Loh? Renzi? Kenapa sudah bangun sepagi ini? Suami kamu mana?" tanya ibu menatap kearah Renzi, tatapan itu terlihat sangat lembut membuat pemuda itu merasa nyaman.

"Lenzi biasa bangun pagi dilumah! Kadang bantu bunda masak atau keljain tugas kuliah, jadi sekalang aku sudah bangun dong bial bisa bantu ibu masak," ujar Renzi, ia berjalan mendekat untuk melihat apa yang sekarang tengah ibu mertuanya masak agar ia bisa melakukan itu juga.

"Telus mas Kalandla-nya masih tidul tadi, aku nda tega bangunin dia jadi mau masak dulu balu nanti bangunin mas-nya." sambung Renzi, ia mulai membantu mengambil bahan yang akan dibutuhkan untuk makanan yang akan mereka masak nantinya.

"Nanti kamu bangunin Kalandranya ya? Soalnya hari ini dia masuk ke kantor, ada urusan mendadak kata ayah tadi," ujar sang ibu membuat Renzi menganguk.

"Kalian sudah mulai dekat atau masih diam-diaman?" tanya ibu lagi, ia ingin mendengar sudah sejauh mana anak dan juga menantunya itu melangkah karena memang susah untuk anaknya itu beradaptasi dengan semuanya.

"Kami lumayan deket kok! Semalem mas Kalandla-nya banyak bicala sama Lenzi, cuman aku kulang ngelti dia bicala apa, soalnya nda pelnah belajal. Tapi nanti Lenzi bakalan inget-inget lagi dia bicala apa telus pelajali," ujar Renzi, ia tersenyum menatap kearah ibunya itu, karena menurutnya setiap perkataan yang tak ia mengerti, maka akan dirinya pelajari sama seperti tugas kuliah, karena jika tak mengerti maka harus belajar bukan?

Ibu tersenyum mendengar itu semua, karena ternyata ia memang tak salah memilih pasangan untuk anaknya, jika mungkin nanti dirinya pergi maka dengan sangat senang hati ia menerima itu semua karena anaknya sudah bersama dengan orang yang tepat.

"Kalandra memang seperti itu, sejak kecil dia jarang sekali bicara, mungkin dia akan bicara saat merasa itu memang hal yang penting jika tak penting maka dia tak akan bicara. Terkadang memang sesekali dia akan menjawab namun dengan kalimat singkat, itu yang memang harus kita pelajari agar bisa mengerti apa yang ingin dia sampaikan. Karena dia jarang sekali ingin menjelaskan apa yang ingin dia katakan, seperti itulah suamimu itu. Ibu yakin pasti pelan-pelan kamu akan tahu bagaimana cara agar mengerti dengan apa yang dia maksud."

Renzi menganguk, yang ibunya katakan memang benar karena suaminya itu memang seperti itu sikapnya, ia melihat itu sendiri semalam.

"Semalem mas Kalandla bicala banyak kok! Cuman Lenzi-nya aja yang kulang ngelti dia bilang apa, katanya perlnikahan itu halus banyak pelsiapan, dan nda semua olang mau menikah kalena lesikonya besal. Banyak tanggung jawab halus di telima setelah menikah nantinya, mas-nya bilang itu semua cuman Lenzi kulang ngelti semalem," ujar Lenzi mengatakan apa yang mereka bahas tadi malam dan mengatakan apa yang tak ia mengerti.

Lagi dan lagi ibu tersenyum mendengar itu semua, karena sangat jarang sekali anaknya itu ingin bicara apa lagi dengan orang asing yang baru dia temui, ia merasa mungkin ini awal yang bagus untuk melihat bagaimana perubahaan anaknya itu nanti, mungkin Kalandra memang jarang bicara tapi dia mengerti jika sekarang statusnya sudah berganti menjadi seorang suami, bukan single lagi.

"Nanti kamu ajak bicara dia terus, karena hanya sama kamu dia mau bicara."

Renzi menganguk, setelah itu mereka berdua hanya fokus memasak tanpa berbicara lagi karena hari sudah mulai beranjak pagi, sehingga sekarang setelah semua masakan selesai ibu langsung menyuruh Renzi kembali kedalam kamarnya.

"Ini biar ibu yang hidangkan diatas meja makan, kamu bangunin suamimu aja ya? Karena dia mau kerja hari ini," ujar ibu bicara dengan sangat lembut seperti biasa membuat pemuda itu menganguk dengan cepat sebagai respon.

***

Renzi berjalan dengan pelan masuk kedalam kamar miliknya dan juga suaminya sekarang, pemuda dengan pakaian kaos putih bergambar doraemon dengan celana pendek itu mulai mendekat kearah ranjang dimana suaminya masih tidur atas sana.

Naik keatas tempat tidur sebelum menunduk agar bisa dekat dengan telinga suaminya itu, jantungnya berdetak dengan sangat cepat lagi saat melihat wajah sempurna itu tengah menutup dengan bulu mata yang cukup lebat, membuat ia terus merasa jika suaminya memang sangat tampan, entah sudah beberapa kali selama semalaman bersama dengan pria itu.

"Mas~ , mas Kalandla bangun~, kata ibu mas mau kelja kan?" bisik Renzi dengan sangat pelan karena bundanya selalu mengatakan jika ingin membangunkan seseorang itu harus pelan-pelan agar dia tak terkejut maka inilah yang ia lakukan sekarang.

Dengan pelan kedua mata tajam itu terbuka sehingga sekarang tatapan mereka bertemu, posisinya Renzi masih berada disamping pemuda itu dengan wajah yang masih terbilang cukup dekat dengan suaminya itu, membuat Kalandra bisa melihat kedua mata bulat itu mengerjab dengan sangat pelan, serta pipi itu yang terlihat bergetar.

Kalandra meniup kedua mata bulat itu membuat Renzi menutup kedua matanya dengan senyuman kecilnya, sebelum mendudukan diri diatas tempat tidur, memerhatikan suaminya itu yang mulai mendudukan diri diatas tempat tidur juga.

"Mas hali ini kelja?" tanya Renzi, seperti yang ibunya inginkan ia akan berusaha mengajak suaminya itu bicara.

"Iya." jawab Kalandra, ia mulai turun dari atas tempat tidur untuk segera membersihkan dirinya, meninggalkan Renzi yang tengah cemberut sekarang, pemuda itu merasa kesal karena suaminya bicara singkat lagi.

Mengabaikan rasa kesalnya, Renzi turun dari atas tempat tidur untuk menyiapkan pakaian suaminya itu karena hari ini Kalandra akan kerja, sedangkan dirinya sendiri baru besok akan mulai kuliah lagi. Kedua mata bulat itu melihat pakaian apa yang sekiranya cocok walaupun warnanya itu-itu saja, karena ini sangat berbeda dengan pakaian yang dirinya kenakan biasanya.

"Ini aja deh," Renzi memilih kemeja warna putih, rompi berwarna navi dan juga jas berwarna navi juga sedangkan dasi warna hitam, setelah itu ia berjalan kearah tempat tidur untuk merapikan semuanya karena terlalu terbiasa mengerjakan semuanya sendirian.

Ia terdiam saat mendengar suara pintu terbuka, itu artinya suaminya itu sudah selesai mandi.

"Biar pembantu yang melakukan itu," ujar Kalandra saat melihat pemuda itu melakukan itu semua, ia tak ingin pemuda itu merasa seperti pembantu disini, bukan seorang istri. Dan entah kenapa setiap bersama Renzi, ia ingin bicara terus.

"Lenzi bisa kok, mas ganti pakaian aja." ujar Renzi tanpa melihat kebelakang, karena ia tak berani melakukan hal itu, akan tak aman untuk jantungnya.

Bersambung..

Votmen_

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang