7

12.5K 931 8
                                    

Dengan langkah kecil miliknya, Renzi berjalan dibelakang Kalandra yang sudah mengenakan pakaian yang sudah pemuda itu pilihkan tadi, senyuman kecil terus mengembang di bibir itu karena sekarang ia bisa mulai belajar menjadi istri yang baik seperti bundanya, mungkin ini awal yang baik untuk pernikahan mereka walaupun Renzi tak terlalu mengerti tentang hal seperti itu.

Dug!

"Aduh!" Renzi menggembungkan kedua pipinya saat merasakan pipinya menabrak sesuatu, ia mendongak sebelum melihat punggung suaminya itu, sekarang mereka sudah sampai di lantai bawah. Terlihat pria itu membalik tubuhnya sebelum tangan itu terulur kearah pipinya, kedua mata bulat itu menutup saat merasakan sentuhan di pipi miliknya.

"Perhatikan jalanmu." ujar Kalandra dengan menarik kembali tangan miliknya dari pipi pemuda itu yang terlihat merah sebelah, ia bisa memastikan jika tubuh Renzi sangat sensitif karena tertabrak punggungnya yang tak terlalu keras saja merah, maka dari itu ia mengatakan hal seperti itu.

"Em ... iyaa," ujar Renzi, pemuda itu menatap kearah lain agar tak bersitatap dengan mata tajam pria itu, demi apapun jantungnya kembali berulah!

Kalandra menarik sedikit sudut bibir miliknya melihat tingkah pemuda itu, ia tak tahu apa yang dia rasakan namun bisa ia pastikan jika pemuda itu tengah merasa malu sekarang, ia mulai beranjak dari sana agar bisa segera sampai di dapur, membuat pemuda itu mengikuti langkahnya juga.

"Ndra, kamu hari ini kerjanya cuman sebentar kan?" tanya ibu, ia merasa tak rela anaknya bekerja di hari pertama pernikahannya, membuat Kalandra yang baru saja mendudukan dirinya terdiam menatap kearah ibunya itu.

"Tergantung," ujar Kalandra, ia terdiam saat melihat Renzi mulai mengambilkan makanan untuknya sekarang.

"Renzi? Kamu ikut saja suamimu ke kantor agar bisa menemani dia disana ya?" ujar ibu menatap kearah menantunya, saat mendapat jawaban seperti itu dari anak tunggalnya.

Pemuda itu terlihat menggeleng dengan pelan sebelum mengambil makanan untuknya sendiri, " Lenzi nda suka ke kantol ibu, dulu pelnah ikut ayah ke kantol tapi nda suka, bosen! Lenzi dilumah aja, sekalian ngeljain tugas," ujar Renzi, sebetulnya itu bukan alasan utama, ia hanya tak ingin mengganggu suaminya itu fokus mengerjakan pekerjaan di kantor, mungkin nanti setelah mereka sudah menikah cukup lama baru ia akan mulai memberanikan diri ikut bersama dengan pria itu ke kantornya.

****

Renzi kembali berjalan dibelakang suaminya itu, karena sekarang ia akan mengantar suaminya itu berangkat ke kantor tapi hanya diteras depan saja, karena tadi ia sudah mengatakan jika ia tak akan ikut ke kantor karena bosan.

"Saya berangkat," ujar Kalandra dengan menatap pemuda yang lebih pendek darinya itu, sudah ia katakan jika bersama dengan pemuda itu ia tak bisa hanya diam saja, walaupun kurang suka tapi ia masih menghormati Renzi sebagai istrinya sekarang ini.

"Mas Kalandla nunduk sebental dong," ujar Renzi, ia ingin melakukan hal yang biasa bundanya lakukan saat ayahnya akan berangkat kerja, membuat Kalandra mengangkat sebelah alisnya sebelum menunduk menuruti apa yang pemuda itu inginkan sekarang.

Cup!

"Semangat keljanya! Kalo susah jangan dipaksain ya? Soalnya kelja juga halus santai, nda boleh telbulu-bulu. Telus pulangnya jangan lalut soalnya Lenzi nda mau sendilian dikamal," ujar Renzi setelah mencuri satu ciuman di pipi Kalandra, membuat pria itu terdiam beberapa saat sebelum kembali berdiri dengan tegak, karena ini sentuhan fisik pertama mereka setelah menikah, karena kemarin mereka hanya sebatas tatapan saja saat menikah tak berciuman.

"Hm. Saya usahakan pulang cepat." ujar Kalandra dengan beranjak dari sana, pria itu kerja bersama dengan seorang supir yang akan mengantar dan menjemputnya saat pulang kerja.

Sedangkan Renzi hanya diam melihat kepergian suaminya itu dengan tatapan murung, biasanya bundanya akan memberikan ciuman untuk ayahnya dan ayahnya akan membalas ciuman bundanya itu, tapi suaminya tak melakukan itu semua.

"Lenzi halus banyak-banyak usaha bial mas Kalandla nda diem kayak gitu telus," ujar Renzi, walaupun sedih tapi ia berusaha memahami jika suaminya memang seperti itu orangnya, walaupun susah ia akan berusaha mengubah suaminya itu.

Pemuda itu mulai masuk kedalam rumah kembali setelah melihat suaminya itu sudah pergi, untuk sekarang ia akan mencoba mempelajari semuanya dengan baik dan berusaha menjadi apa yang suaminya itu inginkan walaupun pasti susah.

Renzi kembali masuk kedalam kamar miliknya, membuka handphone miliknya untuk melihat apakah ada pesan dari teman-teman kuliahnya atau tidak karena sudah beberapa hari ini ia tak membuka handphone miliknya.

Banyak pesan masuk dari beberapa teman miliknya membuat Renzi terdiam, karena banyak yang mengucapkan selamat dan juga candaan yang menurutnya sangat kurang seperti.

"Bjir lo polos-polos ternyata simpanan om-om."

"Lo dibayar berapa? Gue juga mau kalo lo bilang dari awal, berapa pun gue mampu bayar."

"Polos-polos pemain lo! Dasar gatel."

Renzi langsung mematikan handphone miliknya kembali, karena demi apapun ia tak tahu jika dampak pernikahannya akan separah ini terlebih untuk beberapa teman-teman kuliahnya yang biasanya baik, malah menghina dan merendahnya sekarang.

"Meleka kok jahat sama Lenzi? Padahal Lenzi nda pelnah jahat kok sama meleka. Ini juga aku nikah karena ikut kemaunan bunda sama ayah, bukan kalena di bayal," lirih Renzi, kedua mata bulat itu terlihat berkaca-kaca karena selama ini ia tak pernah mendapatkan hal seperti ini tapi sekarang? Semuanya diluar dugaannya sama sekali, ia tak yakin bisa menghadapi mereka besok.

***

Kalandra terdiam membaca berita yang ada di laptop miliknya, seperti biasa setiap kali ia terlihat dalam suatu hal entah pekerjaan, bisnis bersama kolega atau menikah seperti sekarang, pasti para orang diluar sana membuat berita menjijikan, seperti berita yang mengatakan dengan jelas jika dirinya membayar seorang pemuda untuk menjadi istrinya, berita yang sangat memalukan dan juga memuakan.

"Menjijikan, mencari sensasi." gumam Kalandra, ia memilih membiarkam itu semua selagi tak membuatnya dalam masalah, karena berita itu sama sekali tak benar jadi ia tak perlu merasa khawatir atau pun hal semacamnya.

Toh sekarang keluarganya dan juga keluarga pemuda itu tak tahu, jadi biarlah berita itu menghilang dengan sendirinya karena tak ada yang merespon, demi apapun ia malas dengan hal seperti ini.

Lebih baik ia mengerjakan semua dokumen yang ia miliki sekarang, dari pada melihat berita menjijikan seperti ini, karena Kalandra tahu jika hal seperti ini di respon maka semuanya akan jauh lebih buruk, selagi semuanya dalam kendalinya ia akan bersikap biasa saja. Karena seperti yang sudah ia katakan tadi, jika ia malas berurusan dengan orang-orang menjijikan.

Bersambung..

Votmen_

Btw kalo mau liat vidio promosi atau dll, cari nama ig gue ya, rara_5067, mari follow ygy🗿

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang