2

16.8K 1.1K 18
                                    

"Nanti beli lagi," ujar Kalandra, ia merasa mungkin nanti ia akan membeli lemari lagi untuk pemuda itu, karena kamarnya cukup luas jadi tak masalah menambah lemari lagi nantinya

Terlihat pemuda itu menganguk dengan pelan, membuat ia mulai berpikir jauh, karena saat acara pernikahan tadi ia tak begitu memerhatikan pemuda itu sehingga sekarang saat sadar ia mulai memerhatikan pemuda itu, tubuh yang tak terlalu tinggi mungkin hanya 160 cm, tubuh mungil yang cukup berisi, rambut yang sedikit panjang dengan sebagian rambutnya menutupi dahinya, hidung kecil mancung, alis tak terlalu tebal, pipi besar yang sedikit berwarna merah serta bibir kecil yang terlihat merah alami, semua itu masuk kedalam penglihatannya. Ia jadi penasaran bagaimana pemuda itu bisa setuju untuk menikah dengannya, karena jika dilihat lagi pemuda itu masih kecil mungkin?

"Bisa kita bicara?" tanya Kalandra, karena ia merasa harus bicara dengan pemuda itu, walaupun sebelum ini ia selalu menghindar dari hal-hal yang berhubungan dengan berbicara, tapi sekarang ia akan mencoba merubah itu semua karena sekarang posisinya ia sudah menikah bukan?

"Bisa," jawab pemuda itu dengan mengambil tempat duduk disamping pria yang tadi siang menikah dengannya tanpa merasa takut sedikutpun.

"Siapa namamu?" Sejujurnya Kalandra tak seharusnya menanyakan hal itu karena ia tahu nama pemuda itu saat mereka menikah tadi, hanya saja ia penasaran bagaimana pemuda itu memperkenalkan namanya.

"Lenzi Athaya Nalalya," ujar pemuda itu dengan cepat, kedua mata bulat itu mengerjab dengan pelan menatap kearah pria didepannya sekarang.

"Lenzi?" Kalandra merasa lucu mendengar pemuda bernama Renzi itu menyebutkan namanya, bukan bermaksud menghina hanya saja rasanya aneh dan lucu mendengar itu semua.

"Iya! Lenzi! Sebenalnya namanya itu bagus cuman kalena aku nda bisa ngomong L jadinya nda estetik!" ujar pemuda bernama Renzi itu, ia memang merasa jika namanya sangat bagus, hanya saja karena ia cadel jadi namanya tak jadi bagus.

Kalanda menatap kearah lain, kenapa tingkah pemuda itu selalu membuatnya merasa geli dan ingin tersenyum? Sayang sekali ia sangat sulit tersenyum, jika tidak mungkin sekarang ia sudah tersenyum mendengar itu semua. Bisa-bisanya pemuda itu merasa namanya tak estetik karena dia cadel, padahal itu semua sama saja bagusnya.

"Berapa umurmu? Masih kecil." tanya Kalandra setelah cukup lama menatap kearah lain, untuk pertanyaan ini ia memang penasaran dengan umur pemuda itu karena kedua orang tuanya tak memberitahunya, ia takut menikahi anak di bawah umur.

Renzi terdiam mendengar pertanyaan pria itu, kenapa ia merasa seperti di wawancarai? Pria yang berstatus sebagai suaminya itu terus saja bertanya dengannya, tapi bundanya mengatakan jika ia tak boleh mengabaikan suaminya itu kemarin.

"Umulku 22 tahun, sejak bebelapa bulan yang lalu kalo nda salah," ujar Renzi dengan tatapan mengarah pada pria itu,  bundanya mengatakan kalau ia harus sering-sering menghibur suaminya itu entah karena apa penyebabnya ia sendiri tak tahu.

"22 tahun?" Kalandra sedikit tak percaya dengan itu semua, karena tubuh pemuda itu dan wajahnya seperti orang yang masih berumur belasan tahun mungkin 11 tahun? Ia sempat ngira jika kedua orang tuanya membuatnya jadi pedofil ternyata itu semua salah besar.

"Em! 22 tahun. Kamu?" tanya Renzi, ia juga ingin bertanya tentang umur dan juga hal yang lainnya, karena ikut merasa penasaran juga.

"28 tahun,"

Terlihat kedua mata bulat itu membola setelah Kalandra mengatakan itu semua, membuat pria itu bertanya-tanya apa yang membuat pemuda itu bersikap aneh seperti sekarang ini.

"28 tahun?! Tapi wajahmu sepelti umul 30 tahun," ujar Renzi, ia merasa jika umur pria itu sekitaran 30 tahun karena melihat betapa dewasanya wajah itu, tapi nyatanya ia salah karena telah mengira hal itu.

Kalandra terdiam, tatapan itu masih saja datar sejak tadi. Entah kenapa sekarang ia jadi sedikit banyak bicara dari biasanya, dan juga terkesan basa-basi padahal bukan itu semua yang ingin ia tanyakan, melainkan ada yang lebih penting dari itu semua.

"Apa alasanmu menerima pernikahan ini?" tanya Kalandra, ini kalimat terpanjang yang pernah pria itu katakan selama ini karena biasanya ia selalu berbicara sangat sedikit.

Renzi mengerjab saat mendapat pertanyaan ini, karena sejak tadi pertanyaan yang pria itu berikan sangat berbeda, ia terdiam mengingat alasan apa yang membuatnya menerima ini semua.

"Bebelapa bulan yang lalu, bunda tanya Lenzi gini 'Lenzi kamu siap buat nikah?' Lenzi cuman diem pas dengel itu, kalena selama ini bunda nda tanya hal itu sama Lenzi. Telus Lenzi jawab, kalo Lenzi siap kalena sekalang kan Lenzi sudah dewasa, itu saatnya buat nikah. Soalnya jalang-jalang bunda tanya begitu sama aku, telus bunda senyum setelah Lenzi jawab itu dan bebelapa hali kemudian ada ibunya kamu datang kelumah, dia kelihatannya lagi sakit, dia minta Lenzi buat jadi pasangan kamu, katanya kamu kesepian jadi ibu minta aku buat jadi temen kamu!" ujar Renzi dengan mengatakan apa alasan ia menerima pernikahan ini, karena memang beberapa bulan yang lalu bundanya menanyakan hal ini dan tak lama datang ibunya pria didepannya ini untuk memintanya jadi teman anaknya yang kesepian, karena ia merasa sedih oleh karena itu Renzi langsung setuju.

Kalandra terdiam, jawaban pemuda itu sangat berbeda dengan umurnya. Bukannya tadi pemuda itu mengatakan umurnya 22 tahun, tapi kenapa perkataan dan juga jalan berpikirnya sangat berbeda? Apa Renzi anak spesial? Atau memang seperti ini tingkahnya? Ia sendiri merasa bingung, karena alasannya dengan pemuda itu sangatlah berbeda.

"Menurut kamu pernikahan itu seperti apa?" tanya Kalandra, ia merasa harus mengatakan ini semua karena jika tidak maka dirinya tak akan tahu jika pemuda itu memang orang spesial, atau memang lugu dan tak tahu apa-apa.

"Pelnikahan itu saklal, dan menyatukan dua olang yang ingin belsama sepelti ayah sama bunda," ujar Renzi, ia hanya tahu jika pernikahan itu menyatukan dua orang yang ingin bersama seperti ayah dan juga bundanya. Pernikahan ada karena dua orang yang ingin bersama itu saja.

"Ingin tahu bagaimana pendapat saya?" ujar Kalandra, selama ini ia hanya bicara beberapa kata saja sehingga kedua orang tuanya langsung bisa mengerti saat ia mengatakan hal yang simpel sebagai jawaban, tapi untuk pemuda didepannya sekarang ia merasa jika itu tak akan ampuh.

Renzi menganguk, bundanya mengatakan jika ia harus menjadi teman yang baik untuk pria yang sekarang sudah menjadi suaminya, jadi ia akan menjadi pendengar yang baik dan juga pasangan yang baik, ia tak ingin melanggar perkataan bundanya.

Bersambung...

Votmen_

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora