chapter 1 (perpustakaan)

35 10 0
                                    

Bandung, Januari 2017

Aku tidak menyangka bahwa di kota Bandung memiliki perpustakaan bernuansa vintage seperti ini.

Saat memasuki ruangan tersebut aroma buku-buku tua seketika menyambut indra penciuman. Aroma yang cukup menyenangkan bagi sebagian orang, khususnya orang yang senang dengan aroma kertas buku.

Perpustakaan ini cukup sepi, tak banyak yang tahu bahwa ada perpustakaan disini karena perpustakaan ini sedikit tertutup. Jika waktu itu aku tidak menshercing di internet mungkin aku tidak akan pernah tau ada perpustakaan disini.

Kaki jenjang milikku tak henti hentinya berjalan kesana kemari menjelajahi setiap sudut perpustakaan tersebut.

Sampai aku berhenti di salah satu rak disana, aku mulai mengambil salah satu buku yang menarik di mataku. Buku itu berjudul "rembulan tenggelam di wajahmu" karya Tere Liye.

Setelah mengambil buku tersebut aku pun mulai melangkahkan kaki ku mendekati salah satu kursi yang sudah disediakan disana.

Saat ini aku tengah fokus membaca buku yang baru saja ku ambil. Buku itu menceritakan tentang perjalanan dan makna hidup seseorang.

Sampai suara lonceng yang berada di atas pintu masuk berbunyi dan membuat ku menoleh melihat siapa orang yang masuk ke dalam perpustakaan tersebut.

Bagaikan terkena sihir aku sedikit terpana melihat laki laki bertubuh jangkung yang baru saja masuk ke dalam perpustakaan. Mataku seolah terperangkap untuk terus menatapnya. Kulitnya sawo matang, alisnya yang tebal dan yang paling aku suka adalah matanya yang teduh.

Aku dengan cepat mengalihkan pandanganku saat mataku dan matanya beradu pandang. dan tidak tahu kenapa pipiku terasa panas.

"Emang udah gila,"dumel ku sendiri.

Aku pun kembali melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda.

"Boleh saya duduk disini?" suara bariton itu membuatku kembali mendongakkan wajah.

Betapa terkejutnya aku bahwa laki laki yang berapa menit yang lalu kulihat sudah berada di hadapanku saat ini.

"Ah iya, silahkan,"jawabku, sedikit tersenyum kikuk.

Setelah mendapat izin dari ku, laki laki itu pun duduk di kursi yang berada di depanku, dan aku baru tersadar bahwa disana hanya memiliki dua kursi dan sekarang sudah di duduki oleh kami berdua.

Berada di situasi seperti ini sedikit membuatku tidak fokus untuk melanjutkan bacaanku, jantungku tak henti hentinya berdegup dengan kencang.

Sepertinya aku harus pergi meninggalkan tempat ini, Bisa bisa jantungku copot jika terus berada disini.

Aku mulai memberanikan untuk beranjak dari tempat dudukku, tanpa berpamitan aku mulai melangkahkan kaki ku untuk keluar dari perpustakaan.

"Tunggu!"

Suara laki laki itu kembali terdengar di telingaku, membuat aku menghentikan langkahan kakiku.

Aku memberanikan diri untuk membalikkan badan dan menatapnya.

" Ada apa ya?"tanyaku, heran.

"Jika sudah selesai membaca, sebaiknya kembalikan bukunya kedalam raknya."

Rasanya aku ingin menguburkan diriku saat ini, aku sedikit merasa malu.

Aku tersenyum." Terimakasih sudah mengingatkan,"kataku seraya mengambil buku yang kubaca tadi.

"Sama-sama, maaf sudah membuat mu tidak nyaman."

Mendengar hal itu membuatku terdiam sebentar mencerna setiap perkataan yang baru saja laki laki itu ucapkan. Kenapa dia bisa tau?!!!

NARASI TENTANG HAKAWhere stories live. Discover now