44. HCE : Kisah Kilas Gracia

1K 111 4
                                    

44. HCE : Kisah Kilas Gracia

"Gua manusia, bukan monster yang nggak punya perasaan kayak lo. Rantai itu terlihat udah karatan, kebetulan di dekat gua ada gir motor. Lucky banget gua! Akhirnya rantai itu jadi bisa lepas deh!"

"S-sial!" umpat pemuda itu, lalu berbalik badan langsung meninggalkan ruangan ini dengan berjalan cepat.

Pengecut, batin Samuel.

➖🔰➖

"S-Score 100? Kenapa sih, Van? Kagak ngerti gue," tanya Farhan yang kebingungan itu.

"Ujian sebentar lagi, kesempatan untuk mendapatkan nilai sempurna di setiap mapel semakin dekat. Tekad terbesar HCE adalah memenuhi Sistem Run For One-Hundred demi bertemu Direktur dan memecahkan seluruh kekacauan di THS ini. Jadi, kata kunci yang kami pakai untuk melancarkan aksi adalah Score 100." Muncul Dion tiba-tiba yang menjawab pertanyaan Farhan tadi.

"ARGG! HEH, SEJAK KAPAN LO ADA DI SINI?!" pekik Elang terkejut bukan main melihat Dion ada di belakangnya.

"Baru aja tiba," jawab Dion dengan wajah datar. Dion beralih menatap Langit yang tengah mati-matian menahan amarah besarnya yang nyaris meledak sejak tadi. "Kalau mau marah langsung aja, nggak usah ditahan."

Langit mengeraskan otot rahangnya kesal. Sungguh, dia sangat kesal, ditambah ketika Dion berkata seperti itu padanya. Sangat-sangat kesal.

"Ujian sebentar lagi. Langit, tepat di hari pengumuman rangking nanti, gue pastikan lo dan BBO akan kalah!" tegas Evan.

Langit menyeringai. "Entahlah, lihat aja nanti, siapa yang akan berdiri di puncak dan siapa yang akan terjatuh ke jurang. Yang pasti, gue akan bekerja cerdas mendapatkan nilai 100 di setiap mapel yang ada, gue akan mengalahkan kalian semua."

Malam ini terjadi begitu sengit. HCE memang sejak awal adalah murid-murid dengan prestasi akademik yang nilainya diatas rata-rata. Jelas sebagian besar dari mereka akan merasa tertantang dengan Sistem Run For One-Hundred, apalagi ancaman Langit sang pengkhianat HCE ini. Beberapa hari kedepannya, persaingan sengit mendapatkan posisi kemenangan Sistem Run For One-Hundred akan dimulai. Bersaing menggunakan otak cerdas masing-masing, mari lihat secerdas apa mereka menanggapi setiap soal di ujian nanti.

➖🔰➖

Samuel berjalan pelan di lorong lantai satu sembari menggendong Tata di punggungnya. Pemuda itu memasang wajah murung, seolah dia merasa gagal akan sesuatu. Sekarang sudah pukul tiga pagi. Samuel tidak tahu harus senang karena menghabiskan waktu bersama Tata atau sedih karena tidak bisa melindungi Tata seorang diri.

"Maaf ya," lirih Samuel. Pemuda itu tetap berjalan dengan perlahan sembari membawa Tata yang terlelap di punggungnya dalam keheningan ini.

Samuel berhenti melangkah, pandangannya kini terangkat menatap bintang-bintang kecil di langit yang masih menerangkan cahayanya di sana. Indah, mereka terlihat sangat cantik menghiasi langit gelap. Angin sejuk berhembus seolah menusuk ke tulang. Suasana ini terbilang agak creepy ketika mengingat di lingkungan ini sudah banyak nyawa yang pergi dengan cara tidak adil.

Dari dalam lubuk hatinya, Samuel sangat ingin membantu mereka yang terjerumus dalam kejahatan orang-orang di lingkungan ini, namun apalah daya, dia sendiri tidak akan bisa memenangkannya sendirian. Bahkan, jika berkelompok pun dia tidak yakin dirinya akan berguna atau hanya menjadi beban.

Hidup yang mudah dipersulit oleh manusia. Hidup itu simpel, namun dirumitkan manusia, batin Samuel.

"Samuel Ranagara."

SCORE 100 IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang