Chapter 28

147 9 0
                                    

Sejujurnya, jika seseorang bertanya padaku apakah lagu "Blazing Like the Sun" itu lagu yang bagus, aku akan mengatakan ya. Tapi jika mereka bertanya apakah itu lagu yang bagus untuk penampilan idola, aku akan menyarankan mereka untuk menghindarinya sebisa mungkin.

Lirik dan nada lagunya semacam lagu band rock di tahun 2000-an. Aku selalu mendengar lagu tersebut setiap kali aku pergi merekam idola yang diundang untuk melempar lemparan pertama pada pertandingan bisbol. Bahkan gaya tarian disiplin dari tim pemandu sorak pun tidak cocok untuk lagu tersebut—itu hanya lagu rock yang ceria. Yang membedakannya hanyalah nada-nada yang sangat tinggi di sepanjang lagu. Semua ini berarti bahwa aransemennya akan sangat sulit.

Tidak bisakah aku mendapat keunikan yang bisa membantu dalam komposisi lagu? Aku membutuhkannya sekarang juga. Artis asli serta para peserta sedang berbincang dengan penuh harap untuk penampilan kami nanti, mereka tidak menyadari keputusasaanku. Rekan timku tampaknya hanya tahu beberapa bait dari chorusnya yang adiktif.

"Kami tidak tampil bersama dalam waktu yang lama, jadi kami tidak punya banyak kesempatan untuk menyanyikan lagu ini secara live. Kuharap kalian bisa mengambil tanggung jawab ini dan membuat lagunya semakin bersinar," ucap sang artis.

"Kami akan memberikan yang terbaik!"

Dan gimana kalian akan melakukannya? Ah, lupakan saja. Aku memilih untuk tidak terlalu memikirkan kegagalan kita yang tak terelakkan. Aku hanya akan main aman selama pertandingan tim kedua ini, dan berharap para editor tidak akan mencabik-cabikku sampai hancur. Jika semuanya berjalan lancar, aku mungkin sudah bisa masuk ke agensi biasa dan berhasil debut dengan cepat.

Tapi tetap saja... kupikir setidaknya kita harus menunjukkan penampilan yang layak. Anehnya, aku merasa agak kecewa. Padahal bukan pilihanku untuk memulai hal ini, jadi aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba aku begitu peduli. Kurasa aku terlalu terbawa perasaan.

Namun, saat itu aku memang bersenang-senang. Baiklah, lebih baik kunantikan apa yang bisa kita lakukan saat bertukar pikiran nanti. Sepertinya seseorang bisa memberikan ide yang bagus. Tak lama, artis aslinya meninggalkan lokasi syuting. Kita diberitahu bahwa dia akan datang saat evaluasi sementara yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi untuk mengawasi kita bersama pelatih selama latihan.

Anggota tim mulai berkumpul, akhirnya telah siap untuk mendiskusikan penampilannya.

***

Chungwoo menyarankan ide yang terdengar lebih retoris dari apapun. "Regu pemandu sorak. Kurasa itu akan jadi tema terbaik, gimana menurut kalian? Itu cocok dengan lagunya, dan kita bisa menggabungkan beberapa gerakan sulit dengan mudah."

"Regu pemandu sorak? Uh... mungkin saja."

"Sepertinya cukup bagus."

"Seru."

Beberapa orang menanggapi dengan positif, termasuk Eugene. Mereka tampak setuju-setuju saja dengan ide tersebut.

"Kalau menurut kamu gimana, Raebin? Moondae? Sejin?" Dengan cepat Chungwoo menelusuri wajah-wajah anggota tim yang belum menanggapi, termasuk aku.

Aku tahu bahwa menunggu sampai momen terakhir dan sengaja berbicara pada saat itu akan memberikan kesempatan terbaik dalam memengaruhi hasilnya, tapi untuk saat ini, aku memilih untuk berbalik menatap dua orang lainnya saja.

"Mungkin kamu bisa beritahu pikiranmu lebih dulu, Sejin?"

"Menurutku tema regu pemandu sorak bakal kelihatan norak."

Dia masih saja mengungkap fakta. Karena sejauh ini dia belum menjadi korban pengeditan jahat, keengganan Sejin untuk bekerja sama pun belum terlalu disorot di acara. Simpulan dari postingan yang aku lihat tentangnya saat mencari namaku sendiri adalah tampaknya penggemar Sejin percaya bahwa dia memang pemalu dan sensitif tapi tetap pekerja keras.

Debut or Die!Where stories live. Discover now