[ 12 ] ❤

27.1K 2.2K 228
                                    

Max menatap banyak hadiah yang di berikan kelurganya untuknya dan juga Azura. Ia berfikir seperti hari ulang tahun saja memberi hadiah.

Berbeda dengan pemikirannya yang terlintas sekarang pasti Azura menyukai hadiah ini.

Mata tajamnya tertarik pada satu kotak kecil berwarna merah dengan hiasan bunga diatasnya, Azura pasti menyukai pikir Max.

Hal itu di perkuat dengan perkataan Devan "entah Adikku atau kau yang menyukainya tapi yang jelas Azura menyukai warna merah tak jauh dengan isinya, tapi ku peringatkan biarkan adikku yang membukanya"

Setelah memberikan semua hadiah keluarganya dan juga Mertuanya pamit pulang dengan alasan ada urusan mendadak yang tentunya Max tak percaya dengan alasan yang di buat keduanya.

Tapi ia tetap mengikuti permainan keduanya terlihat jelas sekali kedua wajah ibunya dan ibu mertuanya mereka sedari tadi tak henti hentinya tersenyum.

Ia paham maksud dari senyuman keduanya yaitu menantikan kehadiran seorang cucu, di keluarga besar mereka apa lagi Mansion terasa sepi tanpa ada suara tawa anak anak ataupun tamgisan bayi yang meramaikan.

Di dalam kelurga Max, Maxmillian adalah satu satunya penerus ia adalah anak tunggal itu sebabnya kedua orang tuanya benar benar menantikan kehadiran seorang cucu yang akan meramaikan Mansion ini.

Bagi Max semuanya dapat terwujud jika istri kecilnya juga menginginkannya. Max tak ingin memaksa atau membebani dengan urusan anak biarkan hubungan mereka mengalir seperti air.

Tangan besar Max meraih salah satu kotak hadiah dari Devan. Pertama ia akan memberikan hadiah kesukaan warna istrinya. Karena Max ingin melihat wajah senyuman Cantik Azura untuknya.

Bukankah hal yang bagus di saat istri kecilnya terbangun dirinya yang pertama kali di lihat dengan hadiah di tangannya. Seutas senyum kecil di bibir merah Max tercipta hanya karena memikirkan Azura.

******

Azura beberapa kali menyadarkan dirinya dengan air dingin di wastafell hingga menyentuh permukaan kulit wajahnya yang memerah.

Bagaimana ia bisa tidur dari sore hingga pagi. Hari ini beruntung ia bangun, jika tidak maka di pastikan suaminya akan terlambat bekerja.

Memikirkan kemarin ia benar benar terlena dengan usapan tangan Max pada surainya yang membuatnya mengantuk dan tertidur pulas betapa malunya ia.

Perutnya terasa kosong karena melewatkan makan malamnya sebaiknya ia cepat cepat ke dapur menyiapkan sarapan untuknya dan juga Max.

Meskipun banyak Maid tetapi tetap saja kewajibannya sebagai istri harus tetap di jalankan.

Keluar dari kamar mandi, Azura di sambut wajah lucu suaminya yang terlihat masih mengantuk, tapi tetap berusaha tersadar" ku kira kamu pergi kemana, aku berniat mencarimu sayang" ucapnya setelah kesadarannya penuh. Azura menghampiri tanpa aba aba mencium pipi Max" kiss Pagi dulu!"ucap Azura, tak mengindahkan keterkejutan Max karena ulahnya yang mendadak" aku ingin menyiapkan sarapan kita berdua tanpa bantuan Maid"Max menahan tangan Azura yang hendak pergi" tidurlah sayang, aku memperkerjakan banyak Maid agar istriku tidak lelah"ucap Max mutlak tak ingin di bantah dengan tatapan datarnya"Tapi--"Max beranjak dari kasurnya mengunci pintu."sekarang tidur sayang atau ingin membuka hadiah terlebih dulu" ucap Max di seratai senyuman.

"Hadiah!"ucap Azura teralihkan melupakan perutnya yang terasa kosong.

Max berniat menghabiskan waktu dengan Azura hari ini, lagipun dia boss nya jadi bebas memilih waktu libur sesuka hati.

*****

mempertahankan senyumannya mencoba tidak terpengaruh dengan tatapan dingin itu yang menghunusnya tajam di sebrang."aku tidak pernah menyinggung orang itu sama sekali tapi mengapa tatapannya bak laser, aku sudah mati jika itu benar" batin Azura menggerutu.

Orang yang di makasud Azura tak lain adalah Sean, kedatangan kesini karena suatu urusan yang mendadak.

Azura tidak membuka suara sedikitpun begitu juga dengan Sean yang fokus pada ponselnya.

"Suamimu suka sekali membuatku menunggu nyonya"setelah beberapa menit hening, Sean memulai pembicaraan bukan sih lebih tepatnya mencari keributan.

Azura merotasikan bola matanya malas, alisnya yang lurus menekuk jelas sekali ia tersinggung orang sok berkuasa dan tampan di hadapannya ini merendahkan suaminya"tuan Sean sepertinya anda yang salah disini datang sepagi ini, bertamu di rumah orang tanpa pemberitahuan terlebih dulu bukankah itu tidak sopan"Azura mengambil snak di meja yang sengaja ia sediakan untuk tamu. mengunyahnya cepat tak lupa delikan yang ia tuju untuk Sean.

Terlalu malas berkata panjang ia lebih suka langsung pembicaraan ke inti agar seseorang lansung terdiam dan tak berkutik malas juga membuat drama membuang waktu saja.

"gak bisa jawabkan"batin Azura, di sambut malah sosoan berkuasa.

Baru kali ini ia menghadapi wanita yang tak ada raut wajah takut dan lihatlah matanya yang menatapnya sinis dirinya, membuat perutnya tergelitik geli terlihat seperti anak kecil yang sedang marah " dasar bocah" celetuk Sean untuk pertama kalinya ia mengejek seseorang tanpa Emosi.

Takkan menang melawan perempuan yang jiwanya masih seperti anak kecil. Azura tak ambil pusing atas perkataan Sean" bocah bocah gini juga udah nikah, gak kaya om" sindir Azura tak ingin kalah.

"kenapa?! Mau marah salah sendiri Mancing" ucap Azura, ketika Sean tak membalas ucapannya.

Azura melampiaskan amarahnya karena kedatangan Sean di pagi hari ini ia gagal membuka kado pemberian keluarganya.

••••••••••
Spam nexnya √√

Day, tuh lagi di posisi males ngetik ini teh. maklumi mood lagi gak baik. Satu sisi ingin namatin jadi harus semangat karena di gantung itu rasanya sakit😂.

500 vote + 100 spam nexnya



Votenya ❤
See you nex time🖐

 My Husband Is Possessive [novel]  ~ ENDحيث تعيش القصص. اكتشف الآن