23. Journey to Answers

172 23 15
                                    

⇋☯⇋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⇋☯⇋

Satu per satu, Jihoon mengambil kertas yang tergeletak di lantai untuk merapikannya. Dia melihat beberapa desain setengah jadi, bahkan ada beberapa coretan yang tidak jelas. Sepertinya [Name] mengalami art block yang sering terjadi pada seniman ketika beban pikiran menyerang terlalu ganas sampai menyerap setengah kewarasan.

Matanya memandang ke depan, pada gadis yang tertidur lelap di sofa sebelum kembali fokus pada aktivitasnya menata kertas di atas meja, sampai pandangannya tertuju pada sebuah sketchbook yang memiliki sampul dan ukuran berbeda dari yang lain. Hitam polos dengan satu gambar kecil matahari dan bulan di pojok kanan atas, berukuran yang cocok untuk dibawa ke mana-mana, tidak besar maupun kecil.

Ada sensasi aneh yang menggelegak di dadanya tatkala jari-jarinya menyentuh pelan permukaan gambar tersebut, seolah-olah memanggilnya untuk menyelami lebih jauh ke dalam kisah yang tergambar di atas kanvas itu. Perlahan Jihoon mulai membuka halaman pertama yang langsung disambut dengan lukisan kompartemen di kompetisi matematika dan sains yang membuatnya diam tertegun.

Penasaran, dia membuka halaman kedua dimana lukisan tersebut diambil dari deretan toko-toko yang salah satunya menyoroti sebuah toko es krim dengan hamparan langit biru yang cerah. Begitu segar rasanya, seakan dia dapat merasakan semilir angin musim panas yang lembut menyapa wajahnya.

Pada halaman ketiga, lukisan diambil dari ruang belajar yang terdapat di perpustakaan kota yang diketahuinya, tempat mereka biasa menghabiskan waktu untuk belajar sepulang dari les. Dilanjutkan dengan lukisan taman bermain dengan latar belakang malam hari dan sentuhan sinar rembulan yang menghiasi kosongnya hamparan biru tua di atasnya.

Tangannya tidak berhenti untuk membuka setiap halaman yang menampilkan lukisan-lukisan indah dan cantik yang diambil dari momen-momen kebersamaan mereka hingga berhenti di tempat pertemuan pertama dan terakhir mereka dalam berinteraksi, sekaligus tempat yang mempertemukan mereka kembali, taman bermain dengan sentuhan yang sedikit berbeda dari yang pertama.

"Kupikir kau sudah benar-benar mencampakkannya bersama dengan kebencian yang selalu terlihat di matamu." Jihoon menutup buku itu setelah mencapai halaman terakhir, yang rupanya taman bukan lukisan terakhir yang dilihatnya, tetapi masih ada desain yang terselip di paling belakang kanvas yang akan diwujudkannya sesegera mungkin. "Ternyata kau menyimpannya dengan begitu indah, membingkainya dalam keabadian lukisanmu."

Getaran halus dari ponsel yang tergeletak tak jauh darinya dengan layar menyala dan menunjukkan notifikasi pesan masuk, menarik atensi Jihoon ke arahnya. Alisnya terangkat saat membaca pesan tersebut. Mendengus pelan, Jihoon terdiam sejenak, lalu sudut kiri mulutnya tertarik ke atas memperlihatkan taring mungil yang menambah kesan menawan pada wajah.

"[Name], oh...? Kau masih di sini." Yuna memperlambat langkahnya saat memasuki ruangan dan menemukan bintang top itu berdiri di belakang meja [Name] dengan mata tertuju pada sebuah buku di tangannya. Dia mendengar dari staf toko yang mengatakan mereka kedatangan tamu spesial. Siapa sangka, spesialnya dalam artian pembawa sial. "Kukira sudah pergi. Dan, di mana, [Name]?"

03. WEIRD || JIHOON || LOOKISMWhere stories live. Discover now