10. Destiny, Karma, and Hell

162 24 10
                                    

⇋☯⇋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⇋☯⇋

[Name] berdiri di depan wastafel setelah membasuh wajahnya. Dia perlu menjernihkan pikirannya yang mendadak pening. Yuna dan Jihoon seakan bersekongkol, mendorongnya ke dalam situasi yang sulit, terlihat begitu kompak.

[Name] menjadi curiga, apakah Jihoon mengancam Yuna atau memberinya uang untuk membantu menyudutkannya? Yuna terkenal karena obsesinya pada uang, dan [Name] merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam situasi ini.

Terlebih lagi, kenapa [Name] selalu bertemu dengan lelaki itu? Setelah pertemuan tak sengaja di taman, dia benar-benar merasa seperti mendapat kutukan takdir yang melarang adanya perpisahan.

"Takdir membimbing mereka yang mau dan menyeret mereka yang tidak mau," celetuk seorang wanita berusia 40-an yang berdiri di belakang [Name].

[Name] mengatupkan bibir saat menatap pantulan cermin. Pandangannya bersilangan dengan wanita itu. Meskipun dia berdiri tegang. Upaya untuk tenang terlihat di wajahnya, tetapi ekspresinya tetap mencerminkan ketidaksukaannya atas kehadiran orang itu. Dia melupakan bahwa wanita itu pasti akan selalu hadir di acara yang berkaitan dengan masa lalunya.

"Takdir? Aku lebih memilih mengukir nasibku sendiri daripada mengandalkan takdir yang tidak jelas arahnya."

Wanita itu adalah Park Jena.

Sosok yang memancarkan kecantikan yang tak lekang oleh waktu. Dengan wajah yang memancarkan pesona awet muda, tinggi badannya yang mencapai 170 cm menambah sentuhan elegan dan anggun saat berdiri. Postur tubuhnya yang ramping mencerminkan komitmen dan kedisiplinannya dalam menjaga kebugaran.

Di masa kejayaannya, Park Jena meraih ketenaran sebagai model terkemuka di industri fashion. Standar kecantikan Korea tercermin dengan jelas dalam setiap langkahnya di atas catwalk, menghidupkan banyak desain terkenal yang menjadi ikon di dunia mode dan salah satu model yang paling dikenal di panggung internasional.

Meski sudah tidak aktif lagi di dunia modeling, kehadiran Jena tetap mencuri perhatian setiap kali tampil. Sebagai wanita yang telah berjalan di runway di Paris, prestasinya di dunia fashion telah menciptakan jejak yang sulit untuk dilupakan.

Jena tertawa pelan. "Kau memang selalu punya pendapat yang kuat. Tapi terkadang, takdir memberikan kejutan yang tak terduga, [Name]. Siapa tahu, mungkin ada hal baik yang menunggumu di ujung takdir yang belum terpahami itu."

"Bagaimana kabarmu?" ucap Jena dengan nada senang yang membuat [Name] muak mendengarnya. Juga risih karena diperhatikan dari atas kepala sampai bawah kaki. "Apa kau makan dengan baik? Kau tampak kurusan. Apa pekerjaanmu begitu sulit?"

[Name] menghembuskan napas dan mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya. "Hidup dan pekerjaanku ya bukan urusanmu."

Seakan menulikan telinganya, Jena terus berbicara. "Kenapa tidak pernah pulang ke rumah untuk menemui ayahmu? Kau tahu, dia mengkhawatirkanmu. Sesekali pulang dan jenguklah ayahmu, ya? Setidaknya, jangan membuatnya terlalu cemas."

03. WEIRD || JIHOON || LOOKISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang