07. Dominio Oscuro

434 43 3
                                    

⇋☯⇋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⇋☯⇋

Kouji yang sedang duduk di sofa ruang tengah, dengan laptop menyala di depannya, menoleh ketika mendengar pintu terbuka. Sosok Jihoon muncul di balik pintu, berjalan santai ke arah dapur, mengambil segelas air mineral. Dengan santainya, Kouji meminjam laptop Jihoon yang sedang menganggur di ruang tengah.

"Apa?" tanya Jihoon.

Nada tenang, namun mengancam itu terdengar mengudara, membuat Kouji buru-buru mengalihkan pandangan. Dia dapat merasakan ketidakpuasan Jihoon terhadap sikapnya yang kurang sopan, tapi Kouji sudah terbiasa bersikap apa adanya. Hanya untuk orang tertentu saja, dia bersedia berlaku lebih sopan.

"Kau benar-benar luar biasa. Setelah membuat keributan, kau tetap memulangkannya. Setidaknya obati dulu kakak cantik itu sebelum pergi. Kau tidak melihat betapa parahnya dia terluka?"

Kouji mulai meragukan pandangannya, tidak yakin apakah Jihoon sungguh-sungguh tertarik pada [Name] atau tidak. Sikapnya tidak sepenuhnya mencerminkan seseorang yang sedang jatuh hati; justru, terkesan lebih dari itu. Kedua mata Jihoon terkadang berkilat, menyiratkan sesuatu yang mengerikan ketika memandang gadis itu.

Jihoon mendengus, meletakkan gelas di meja makan. "Urus saja urusanmu sendiri. Dia terluka karena kau juga. Seharusnya kau melindunginya, bukan sebaliknya."

"Kakak cantik itu benar. Dia sialan," gumam Kouji.

Kouji memindahkan laptop ke pangkuannya. Jemarinya dengan lincah menari-nari di atas keyboard, mulai mengerjakan apa yang ingin dia lakukan setelah membobol masuk laptop Jihoon yang terkunci. Telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat, lalu sofa yang didudukinya sedikit bergoyang karena tekanan berat di sampingnya.

Jihoon menghela napas, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Bagaimana bisa dia membantumu? Bisa-bisanya dia menolong orang yang salah."

Kouji berdecak. Dia kesal karena teringat kejadian ekstrem yang menimpanya tadi sore. Baru kali ini dia mengalami hal seperti itu. Rasanya benar-benar tidak ingin dia rasakan lagi seumur hidupnya. Pengalaman itu menciptakan semacam bara api di dalam dirinya, yang semakin berkobar setiap kali dia mengingat detik-detik sulit yang baru saja dilewatinya.

"Hah, sulit dipercaya. Nyawaku hampir melayang sebelum aku berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang. Hei, ini semua terjadi gara-gara kau. Seandainya aku tidak tergoda oleh uangmu, mungkin aku sekarang tidak perlu bersembunyi!"

"Aku tidak bertanya tentangmu." Jihoon menyilangkan kaki dan melipatkan tangan di dada. Pandanganya mengamati layar laptop Kouji yang sedang meretes file dari komputer Kouji.

"Dia bagai malaikat, tiba-tiba muncul begitu saja. Tapi dia tidak sepenuhnya seorang malaikat setelah aku mengetahui namanya."

Jihoon mengerutkan kening, merasa aneh dengan kalimat Kouji yang tidak konsisten. "Tidak ada malaikat yang setengah-setengah."

03. WEIRD || JIHOON || LOOKISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang