17. Objective and Desires

145 23 10
                                    

⇋☯⇋

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

⇋☯⇋

"Lantas kenapa? Kau merasa bisa berbuat curang sendirian, begitu? Aku hanya ingin membuatnya menjadi adil. Dengan kita semua mencari tahu satu sama lain, [Name]. Bukankah itu tujuan kita semua berada di sini?" tanya Jihoon melangkah masuk, bibirnya menyeringai tipis melihat [Name] yang memicingkan matanya.

"Tujuan kita? Sejak kapan menjadi tujuan kita?"

[Name] mengatupkan giginya, jelas kesal dan cemas karena hal yang dia sembunyikan diketahui oleh Jihoon. Jika sudah begini, itu berarti Jihoon sudah mengetahui semuanya. Tidak ada lagi alasan untuk dia mengelak atau berbohong. Seketika dia teringat perkataan Luca. "Manfaatkan saja dia. Sesuatu yang berguna tidak boleh disia-siakan."

"Sejak kau yang memengaruhi langkahku, [Name], bahkan tanpa kau sadari. Sekalipun kita melewati jalan yang berbeda, kita menuju ke arah yang sama, karena tujuanku ada padamu."

Tujuanku ada padamu? Bukankah itu berarti, [Name] adalah tujuan lelaki itu? Namun dalam hal apa? Mengapa? Dia sama sekali tidak mengerti apa yang membuat dia menjadi tujuan Jihoon di saat Jihoon memiliki tujuan besarnya itu.

Jihoon berjongkok di depan [Name] yang Hazel-nya mengikuti setiap gerakannya, tanpa menoleh dia berkata, "Kouji, tutup pintunya dan berdirilah menghadap pintu sebelum aku menyuruhmu berbalik."

"Enak saja. Kau tidak bisa begitu saja memerintahku. Aku bukan bawahanmu," protes Kouji, matanya menyala keberatan. Namun dia menaati perintah Jihoon dengan menutup pintu rapat dan berdiri menghadap pintu dengan sedikit kebingungan. Tampaknya dia agak protes dengan perintah Jihoon, tetapi tetap patuh melaksanakannya.

[Name] terbelalak dan berteriak, "Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"

Ketegangan terpancar dari ekspresi wajah [Name] saat kedua tangannya terkunci di belakang punggung oleh Jihoon dan pahanya dihimpit oleh lutut kekar lelaki itu.

"Kubilang lepas!"

"Diamlah sebentar. Percayalah, ini tidak akan lama," desak Jihoon dengan suara pelan namun tegas, mencoba menenangkan [Name] yang terlihat tegang dan gelisah.

Jihoon sama sekali tidak menghiraukan sikap pemberontakan [Name] yang menggeliat minta dilepaskan. Dengan tangan yang terampil, dia membuka dua kancing teratas kemeja [Name], lalu menyelipkan tangannya ke area bahu [Name] untuk melorotkan kemeja yang tersampir di kedua bahu sang gadis.

"Kalian tidak melakukan sesuatu yang aneh di sini, bukan?" celetuk Kouji, nada curiga terlihat jelas dalam suaranya. "Kalian diam saja, itu sudah cukup untuk dikhawatirkan. Setidaknya jangan libatkan aku dalam urusan aneh kalian seperti ini," tambah Kouji yang tidak ingin memikirkan hal-hal aneh, tapi otaknya tidak bisa diajak bekerja sama.

[Name] menatap Jihoon dengan tatapan tajam, wajahnya memerah karena kemarahan yang terpendam. Tubuhnya yang tegang, merinding hebat saat tangan Jihoon mengusap setiap inci kulitnya yang terekspos. Dia menggigit bibir bawahnya dengan keras, berusaha menahan gejolak emosi yang menghantam seluruh sel darahnya. Dan dia berusaha untuk mengontrol diri, namun desiran-desiran emosional tetap menggulung di dalam dadanya, siap meledak setiap saat.

03. WEIRD || JIHOON || LOOKISMKde žijí příběhy. Začni objevovat