7. Guru Kesukaan

3 1 0
                                    

Happy reading guys:)

Note : Typo? Silakan koreksi ya. Jangan lupa vote dan komennya biar author senang. Borahae:)

***

"Ibu!" Serentak murid di kelas VII B memanggilnya ketika baru saja melangkahkan kaki di pintu masuk kelas. Padahal dirinya saja belum menyuarakan salam namun sudah disambut kehebohan muridnya.

"Sstt." Syanum meletakkan jari telunjuk kirinya di depan bibir. Mengisyaratkan untuk menyuruh mereka tenang.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Salam Syanum setelah berdiri di depan kelas dan meletakkan buku pegangan guru di atas meja.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Sahut serentak anak muridnya.

"Ibu! Tangan ibu kenapa? Katanya ibu kecelakaan ya?" Salah satu siswi berceletuk. Syanum tersenyum mendengar pertanyaan dari salah satu muridnya.

"Iya. Memang benar ibu mengalami insiden kemarin yang mengakibatkan tangan kanan ibu patah tulang." Sahut Syanum sambil menunjukkan tangannya yang di gips dan mengenakan arm sling.

"Ibu cantik, cepat sembuh ya." Salah satu siswa bersuara.

"Aamiin. Terima kasih Azmi. Anak-anak, ibu minta doanya ya semoga tangan ibu cepat sembuh sehingga bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Tapi tenang, ibu akan tetap mengajar kalian kok. Tangan ibu yang sakit tidak akan berpengaruh pada pembelajaran kita."

Setelah berbicara santai sebentar dengan anak muridnya. Syanum memulai pembelajaran pertamanya setelah keluar dari rumah sakit di kelas itu. Semua berjalan lancar, di dukung anak muridnya yang sukarela mengajukan diri membantunya seperti menuliskan di papan tulis. Beruntung sekali memiliki murid yang pengertian.

Syanum memang dikenal dengan guru muda yang baik hati. Dia begitu bersahabat dengan anak muridnya. Selain itu dia juga dijuluki dengan guru penyabar. Padahal ada beberapa kelas yang sulit sekali di ajar oleh guru sehingga guru pun malas masuk, namun berbeda dengan Syanum yang malah di sukai anak murid di kelas-kelas itu.

Banyak guru yang bertanya pada Syanum dengan metode mengajar yang dilakukan guru muda itu. Jawaban Syanum tentu sama saja seperti metode yang di gunakan guru lainnya.

Mengapa dia bisa akrab? Dia sendiri pun tidak tahu juga. Dia hanya sabar dengan tingkah laku anak muridnya. Ketika anak muridnya sedang melakukan kesalahan atau pelanggaran, Syanum hanya menegur dan menasehatinya. Biasanya mereka terdiam mendengarkan. Tentu saja menasehati dengan kalimat tidak menghakimi dan sederhana sehingga dapat di pahami oleh mereka.

"Yang ada dibelakang! Tolong jangan bicara ya. Mau ibu yang bicara atau kalian. Kalau kalian ingin berbicara, silakan. Ibu yang akan menyimak." Kedua siswi yang tadi berbicara terdiam dan siswa lain pun sama.

Syanum menghela nafas lelah. Ini kelas terakhir yang diajarnya. Di jam terakhir pula. Kemungkinan mereka sedang mengantuk dan sudah lelah menjadi penyebabnya. Apalagi ini jam siang. Sebagian mungkin juga berharap bel pulang akan segera berbunyi.

Syanum yang tadinya berdiri kini sudah mengganti posisi duduk. Dia memandangi anak muridnya yang terdiam satu persatu. Mereka menunduk tak mau menatap dirinya. Padahal dirinya tidak menunjukkan wajah marah sama sekali.

"Ibu paham kok, kalau kalian sudah lelah. Sudah lapar juga terus ada yang mengantuk juga. Pengen segera pulang dan istirahat di rumah. Tentu ibu paham, karena ibu pernah ada di posisi kalian." Ucap Syanum sambil tersenyum tipis. Ucapan Syanum berhasil membuat anak muridnya kembali mengangkat wajah mereka menatap dirinya yang berada di depan kelas.

"Ibu pun juga sama lelahnya seperti kalian loh. Pergi kelas satu ke kelas lainnya untuk mengajar dalam kondisi tangan yang sedang sakit juga. Padahal ibu kalau tidak ngajar tidak apa-apa, sudah di izinin juga sama kepsek buat ngajar dulu." Syanum menatap anak muridnya yang mendengarkan ucapannya dengan seksama.

My DestinyWhere stories live. Discover now