6. Kedatangan tamu

4 1 0
                                    

Happy reading guys:)

***

Tok tok tok.

Pintu ruangan perawatan Syanum diketuk. Orang tua beserta dokter yang masih memeriksa kondisi tangan Syanum pasca operasi menoleh pada pintu yang dibuka dari luar.

Orang pertama yang muncul adalah Syifa, lalu diiringi Lilis beserta rekan kerja Syanum yang lain. Ada Ibu Farah dan suaminya juga, dan ada pak Budi selaku kepala sekolah yang ternyata meluangkan waktunya untuk menjenguk Syanum.

"Syanum!" Suara Syifa menggema di ruangan persegi yang tidak terlalu luas itu.

"Syanum! Kamu kok bisa kayak gini sih? Itu tangan kamu sakit gak? Pasti sakit ya." Syanum terkekeh mendengar Syifa bertanya, tapi dia sendiri yang menjawabnya. Syanum merasa lucu saja dengan sahabatnya itu.

"Aku gak papa, Fa. Besok juga boleh pulang? Iya kan, dok?" Arjuna yang ditanyai gelagapan.

"Benaran gitu bang?" Tanya Syifa memastikan kepada dokter ortopedi yang juga menjabat sebagai kakak kandungnya itu.

"Iya. Dia sudah bisa pulang besok. Tapi tangannya tetap harus di kontrol setiap 3 hari." Sahut Arjuna yang memang ada di antara para tamu yang hadir.

"Tuh kan, jadi aku baik-baik aja." Kata Syanum, lalu pandangannya beralih pada tamu lainnya, "Bunda, ibu, bapak, terima kasih ya sudah jengukin saya. Alhamdulillah, besok saya juga sudah boleh pulang."

"Alhamdulillah, kami senang mendengarnya. Kamu istirahat dulu saja di rumah. Tidak perlu mengajar untuk sementara waktu. Pulihkan dulu kondisi tangan kamu." Pak Budi yang berbicara.

"Terima kasih, pak. Tapi kayaknya saya tetap ngajar deh. Yang sakit tangan saya, kok. Insya Allah, saya masih bisa ngajar dengan kaki dan suara saya."

"Num! Mendingan kamu istirahat deh. Gak usah mikir buat ngajar dulu. Pak Budi aja gak papa tuh. Udah di izinin juga." Syifa tidak terima mendengar ucapan Syanum yang katanya ingin tetap mengajar, padahal kondisi tangannya saja baru selesai operasi hari ini. Tapi malah sudah memikirkan untuk masuk mengajar.

"Gitulah, Syanum memang keras kepala. Susah dibilangin." Dewi berkata membuat Syanum membuang muka mendengar penuturan ibunya.

"Iya, Num. Mendingan kamu istirahat saja dulu di rumah." Lilis ikut angkat suara.

Syanum tidak menjawab. Dia hanya tersenyum. Dalam hati sangat bersyukur karena banyak yang peduli dengannya. Tapi dia merasa tidak apa-apa. Hanya tangannya yang terluka, sedangkan anggota tubuhnya yang lain dalam kondisi yang baik.

"Kakak!" Terdengar lagi suara perusuh lainnya bersamaan pintu ruangannya dibuka.

Sudah ada Husna yang datang bersama sepupunya. Dari seragam yang masih di pakai, Syanum bisa menebak bahwa adiknya dari sekolah langsung pergi ke rumah sakit.

"Husna, jangan teriak-teriak nak!" Tegur Dewi kepada putrinya itu.

"Kakak, tangannya apa udah gak bengkok lagi? Masih sakit gak? Kalo masih sakit nanti aku pijitin ya." Orang dewasa yang mendengar ucapan Husna yang polos tertawa dibuatnya.

Syanum juga tidak bisa menahan tawanya. Adiknya memang menggemaskan, Syanum sebagai kakak dari Husna harus mengakui itu.

"Tangan kakak udah gak papa dek." Sahut Syanum seadanya.

"Eh Husna, tangan kakak kamu bukannya sembuh kalo dipijitin, tapi makin bengkok." Seru Syifa yang tidak habis pikir.

"Tapi biasanya kalo tangan mama lagi pegal atau sakit minta di pijitin sama aku kok." Sahut Husna membela diri.

My DestinyWhere stories live. Discover now