4. Kakak, apa itu sakit?

3 2 0
                                    

Note: typo? Komen, nanti dikoreksi.

Happy reading guys:)

***

Bagi Syanum waktu begitu lambat sekali. Ada dua orang perawat yang menangani luka kecil pada tubuhnya serta satu orang lagi mencari urat dipunggung tangannya untuk ditusuk dengan jarum infusan.

Syanum mendengar salah satu perawat itu menyuruh perawat satunya untuk memberikan suntikan obat bius pada infus yang sudah dipakaikan kepadanya. Katanya untuk sedikit meredakan nyeri pada tangannya.

"Jarinya apa bisa digerakin bu?" Tanya perawat yang masih berada di sana sambil membawa papan tulis serta alat tulis lainnya untuk mencatat diagnosis keadaannya.

Syanum tidak menjawab pertanyaan perawat itu. Dia hanya memberikan respon dengan mencoba menggerakan jarinya. Ternyata jarinya masih bisa bergerak walau tangannya dalam kondisi tidak normal.

Seorang dokter pria juga tengah memasuki ruangan UGD di mana Syanum di rawat. Pandangan Syanum tidak berpaling pada dokter pria yang tengah memeriksa kondisi tangannya itu. Syanum mengerjapkan matanya sekali untuk memastikan bahwa matanya tidak bermasalah akibat kecelakaan yang baru saja dialaminya.

Ternyata matanya memang tidak bermasalah. Apalagi ketika pandangannya bertemu dengan dokter itu. Dia Arjuna, kakak dari sahabatnya.

"Sstt." Syanum meringis saat tangannya disentuh.

"Maaf. Tapi apakah jari-jari tanganmu bisa digerakkan?" Tanya Arjuna selaku dokter ortopedi.

Syanum tidak langsung menjawab. Dia menoleh menatap tangannya yang masih di pegang oleh Arjuna. Lalu dia mencoba menggerakkan jari-jarinya seperti yang telah di cobanya tadi.

"Masih bisa digerakin ya. Berarti kondisi tanganmu tidak terlalu parah. Hanya saja kita akan melakukan gips untuk meluruskan kembali kondisi tanganmu ini." Ucap Arjuna yang tidak terlalu jelas di pendengaran Syanum. Gadis itu antara menahan sakit dan mencoba mencerna peristiwa yang sudah menimpanya.

"Ners, tolong bawa pasien ke ruang radiologi. Kita akan melakukan rontgen. Saya juga akan melakukan rontgen dengan kepalanya. Takutnya ada luka benturan yang tidak kita ketahui."

"Baik dokter." Kedua perawat itu dengan patuh menuruti permintaan pria yang menjadi dokter spesialis ortopedi itu.

Setelah memastikan bahwa patah tulang yang dialami pasiennya tidak terlalu parah. Arjuna segera melakukan pemasangan gips bersama perawat yang tadi membantu tugasnya.

Setelah dokter selesai melakukan penanganan pada luka-lukanya. Tidak lama sudah ada kedua orang tuanya beserta adiknya yang juga ikut ke rumah sakit. Mungkin jika ditinggal tidak ada yang menjaga Husna di rumah.

Syanum tetap terjaga kesadarannya sampai kedua orang tuanya di izinkan masuk ke dalam ruangannya. Orang yang mobilnya telah dia tabrak juga ikut masuk ke dalam ruangan. Ada adiknya juga yang menyelinap masuk di antara orang dewasa.

"Gimana nak? Kok bisa seperti ini? Pantas perasaan mama tidak tenang. Apa tangan kamu sakit?" Syanum hanya menggeleng lemah menanggapi ucapan ibunya.

Jika saja dia tidak diberikan obat bius dengan dosis rendah, mungkin saja dia masih merintih kesakitan sekarang. Tulang tangannya benar-benar bengkok tapi tidak sampai patah.

"Yaudah, tidak apa-apa. Syanum kuat kok. Kata dokter, kita tunggu hasil rontgen keluar besok. Semoga tidak ada cedera di bagian kepala. Yang sabar, nak ya." Dewi mencoba menenangkan perasaan putri sulungnya. Syanum sendiri hanya merespon ucapan ibunya dengan anggukan.

"Saya minta maaf ya, atas kecerobohan saya membawa mobil juga jadinya kamu seperti ini. Saya saat itu tidak sengaja menginjak gas mobilnya, makanya saya panik dan akhirnya ngerem mendadak." Pria yang Syanum perkirakan berusia 40 tahunan itu mengangkat suaranya.

My DestinyWhere stories live. Discover now