2. Berakhir diantar

3 2 0
                                    

Happy reading;

Typo? Komen, nanti dikoreksi.

***

"Terima kasih, kak. Maaf merepotkan." Syanum berpamitan kepada Arjuna yang telah bersedia mengantarkannya pulang.

Setelah berpamitan, segera Syanum keluar dari mobil yang ditumpanginya. Dia masih malu jika mengingat kejadian di rumah sahabatnya tadi.

Syanum yang panik dan terlalu malu karena dikerjain sahabatnya. Segera berpamitan pulang saat itu juga. Tidak ada yang melarang kepergiannya namun nasib tidak berpihak kepadanya. Motor yang dibawanya ternyata sedang mogok. Maklum motor tua.

Motor tua itu bukan motor miliknya. Melainkan milik sepupunya. Mereka bertukar motor sehari itu dikarenakan sepupunya hendak keluar kota dan takut motornya mogok jika dibawa bepergian jauh.

"Kenapa, Num? Motornya gak mau nyala ya?" Syifa yang mengantarnya sampai garasi bertanya.

"Kayaknya iya nih. Maklum motor tua." Sahut Syanum sambil menstandarkan kaki motornya lalu melepas helm yang sudah melekat di kepalanya.

"Mau ngapain? Minta dijemput?" Tanya Syifa lagi ketika Syanum mengeluarkan ponsel dan terlihat mengotak-atiknya.

"Enggak. Mau pesan taksi online nih."

"Loh, kirain bunda Syanum udah pergi tadi." Lilis yang keluar bersama Arjuna keheranan karena Syanum masih berada di garasi rumahnya.

"Kenapa? Ada masalah?"

"Motor Syanum mogok, bun. Jadi dia mau pesan taksi online."

"Eh, tidak usah. Mendingan kamu dianterin Arjuna ajak kebetulan Arjuna sekalian mau keluar."

Tangan Syanum repleks melambai menolak dengan raut wajahnya yang terlihat panik.

"Gak usah, bun. Aku pesan taksi aja. Takut merepotkan."

"Tidak merepotkan, kok. Iya kan, Bang?" Lilis melirik putranya meminta persetujuan.

Arjuna mengangguk, "iya. Gak merepotkan kok. Saya bisa nganter."

"Nah, ikut abang aja, Num. Biar hemat ongkos. Naik taksi online mahal." Ucap Syifa yang tumben perhitungan. Biasanya tidak pernah dia perhitungan seperti itu.

Inginnya menolak, tapi jika menolak tentu akan terus dipaksa sampai dia mau mengikuti perkataan mereka. Apalagi Syifa, Syanum sudah cukup tahu watak sahabatnya itu.

"Baiklah kalo begitu. Semoga gak merepotkan." Senyum merekah dari bibir kedua wanita beda generasi itu. Sedangkan Syanum hanya tersenyum kecut. Dia ingin menghindari Arjuna, tapi kenapa malah semakin didekatkan seperti ini.

Setelah mobil yang dikemudikan Arjuna hilang dari pandangannya segera dia membuka pagar rumahnya. Dihalaman rumah ada Husna, adik satu-satunya yang dia miliki sedang bermain dengan anak tetangga bernama Rini.

"Kakak."

Syanum tersenyum ketika Husna menyadari kehadirannya. Adik yang selisih umur 14 tahun dengannya itu menghampiri dirinya.

"Kakak bawa pisang cokelat pesanan Husna, gak?" Tanyanya.

Syanum mengangkat plastik putih yang sedari ditentengnya tinggi-tinggi. "Ada dong. Tapi Husna makannya nanti habis selesai aja ya. Tangan Husna soalnya kotor habis mainin pasir. Nanti setelah main jangan lupa mandi."

"Tapi Husna maunya sekarang, kak." Protes Husna kesal.

Syanum menggelengkan kepala sambil memainkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan. "Gak boleh. Nanti aja. Harus nurut sama kakak kalo mau dibeliin pisang cokelat lagi."

My DestinyWhere stories live. Discover now