Sepiring omelette buatan Alan mengawali hari Jian yang cukup melelahkan. Nathan demam, dia tidak bisa datang ke Orion dan Jian terpaksa harus bekerja seorang diri dari pagi hingga malam hari.

Ini bukan yang pertama kali Jian bekerja seorang diri, Nathan terkadang juga harus izin tidak bekerja ketika memiliki jadwal ujian di kampusnya dan selama ini Jian tidak pernah merasa kesulitan menjadi pekerja tunggal. Namun hari ini meskipun Jian masih mampu menanganinya, dia merasa tubuhnya mulai protes.

|Alan
21:52 Aku memiliki tamu, jangan pulang dulu sebelum aku menghubungimu.

Jian mendengus kasar ketika membaca sebuah pesan dari Alan. Kondisi tubuhnya tidak begitu baik tapi dia harus menunda waktu istirahatnya—padahal baru beberapa menit yang lalu ia baru saja tiba di lobby apartemen.

Apa ini juga termasuk dalam perjanjian?

Jian memutuskan untuk pergi ke rooftop. Menikmati angin malam di dasar tertinggi gedung apartemen sembari menghisap sebatang rokoknya.

Hanya sementara—pikir Jian.

Setelah uangnya terkumpul dia akan mencari tempat baru dan hidup dengan bebas tanpa merepotkan orang lain.

Jian berdiri termenung di pembatas sisi rooftoop, melihat kebawah dengan ketinggian yang sukses membuat kepalanya berputar. Ia melangkah mundur ke belakang, tak bisa membayangkan jika tubuhnya tak sengaja jatuh lalu mati meninggalkan hutang dan beberapa impian yang belum terwujud.

Namun jika itu terjadi, kira-kira siapa yang akan menangisi kematiannya?

Jian terduduk lemas dan terhanyut dalam pikirannya sendiri. Matanya menatap kosong lantai mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri.

Gemma.
Dia pasti akan merasa kehilangan, mungkin.

Lalu?

Jian berharap setidaknya akan ada lebih dari satu orang yang akan merasa kehilangan dan menangisi dirinya.

Jian menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang berusaha mengingat orang-orang terdekat di sekitarnya.

Tidak ada—

Hanya Gemma.

Jian menggeleng kecil, menertawakan isi kepalanya yang entah mengapa malah memikirkan sesuatu yang tak lagi terarah. Kepulan asap dari bibirnya terus menemani—menunggu kabar dari Alan yang juga belum Jian terima.

Dua jam berlalu, Jian masih berada di rooftop. Duduk seorang diri bersandar pada dinding pembatas, menikmati kegelapan pukul 12 malam.

Jian mulai berpikir untuk pergi ke rumah Gemma dan bermalam disana. Namun bersyukur sebelum itu terjadi, Alan sudah lebih dulu menghubungi Jian. Secercah harapan akhirnya muncul. Jian buru-buru menjawab panggilannya.

"Sudah aman, kau boleh pulang" Alan bicara singkat lalu menutup sambungan.

Hanya butuh waktu 10 menit, Jian tiba di unit besar milik Alan. Saat ia berjalan masuk ke dalam kamarnya, ia berpapasan dengan tuan rumah yang baru saja keluar dari kamarnya. Pemuda berlesung pipi itu usai mandi, aroma shampoo yang memanjakan hidung itu kembali tercium. Dalam sekejam Jian mengerutkan dahinya seraya menyimpulkan sesuatu yang sama sekali bukan kepentingannya.

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now