"Gemm, kenapa kau menyuruh orang lain untuk membawa tiketnya?" Pertanyaan itu menjadi kalimat awal Jian saat Gemma menjawab panggilannya.

"Karena aku masih sibuk" Gemma menjawab santai.

Jian menyibak kasar rambutnya ke belakang "Kau pasti menghabiskan banyak uang hanya untuk tiket ini, kan?"

"Tidak"

"Lalu bagaimana kau bisa mendapatkannya? Apa kau melibatkan orang lain?"

"Bagaimana caranya aku bertransaksi tanpa melibatkan orang lain?"

"Aku tidak akan datang" nada Jian berubah putus asa sampai mengundang Nathan untuk menoleh tajam ke arahnya.

"Astaga, apa kau bodoh? Kau kira tiket itu dengan mudah dibawa langsung oleh Jaden kepadaku untuk diberikan padamu?"

"Aku bisa menjual tiketnya dengan harga yang lebih mahal" Jian serius.

"Jika kau melakukan itu, aku bersumpah tidak akan menemuimu lagi" Gemma mengancam.

Hening sejenak, kemudian Jian kembali bicara usai nampak berpikir "Baiklah, berapa harganya? Aku akan mengganti uangmu"

"Kinnard, kau tidak punya waktu banyak untuk berdiskusi denganku. Datang ke konser itu adalah salah satu impianmu—jadi pergilah sekarang dan jangan lagi berpikir yang tidak-tidak. Maaf aku tidak bisa menemanimu. I love you" Gemma menutup sambungannya.

Disisi lain Ben masih berada di dalam mobilnya. Tangannya buru-buru meraih ponsel saat mobilnya harus terhenti di bawah lampu merah. Ia berusaha menghubungi seseorang sembari mengaktifkan pengeras suara di ponselnya.

"Ben?" Suara Alan menyapa ketika panggilannya terjawab.

"Aku dari Orion dan kau tahu? Aku tidak sengaja bertemu dengan mereka. Aku akan mengirimkan fotonya untukmu setelah aku sampai" kata Ben sambil menjalankan kembali mobilnya usai lampu hijau menyala.

Jeda sesaat.

"Tidak perlu, sudah terlalu banyak foto yang kau kirimkan. Aku bahkan pernah mengirimkannya pada Ayahku tapi dia tidak peduli" Alan terdengar tidak begitu tertarik.

Pemuda itu kemudian kembali terdiam selama beberapa detik.

"Ben, kau bisa bantu aku?"

Ben menghela nafas berat, perasaannya tidak enak "Jangan macam-macam"

"Tolong batalkan acara pertemuan keluarga nanti malam" Alan bicara gamblang.

"Apa kau gi—"

Alan sengaja menutup sambungannya dan membiarkan Ben mengumpat sambil memukul stirnya.

Jian tiba di venue 20 menit sebelum konser dimulai. Tak ada waktu untuk mencari posisi terbaik di area section miliknya disaat venue besar itu sudah dipadati pengunjung.

Jian berdiri tepat di tengah-tengah section dekat panggung meskipun tidak terlalu menjorok kedepan—namun menurutnya cukup strategis untuk menikmati penampilan Jaden langsung di depan matanya.

Sorak gemuruh mulai memenuhi venue ketika Jaden akhirnya muncul. Semua orang yang disana terlihat antusias melihat seorang bintang yang sudah berdiri di tengah panggung. Sementara itu Jian hanya terdiam membeku, dia terpana dengan apa yang dilihatnya.

Jian terdiam selama beberapa menit meskipun hati kecilnya berteriak kegirangan, dia tidak bergerak meskipun orang-orang di sekelilingnya tak sekali dua kali menyentuh bahunya. Jian terlalu terkesima dengan Jaden dan musiknya.

But I know I was happier with you..

Orang-orang di sekeliling mengangkat tangan dan bertepuk tangan, Jian masih menatap kagum ke arah depan. Dia terlalu menghayati sampai tak peduli orang-orang yang berada di belakangnya sesekali mendorongnya. Tidak keras, namun cukup membuat tubuhnya sedikit tersentak.

Middle Name | JAEWOO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang