Jian sengaja menyiapkan semuanya karena Alan terbiasa bangun pagi untuk berolah raga. Entah dia akan berolah raga atau tidak karena kejadian semalam, setidaknya Jian sudah berusaha untuk meringankan pekerjaan Alan karena ia tahu Alan memiliki jadwal bersama Gemma pagi ini.

Setengah jam kemudian Alan keluar dari kamarnya. Ia memakai kaus hitam polos beserta celana training pendek yang tergantung pas di pinggulnya. Wajahnya sembab dan dengan rambut yang berantakan. Saat melihat Jian berada di dapur ia langsung mendekati dengan langkah yang terburu-buru.

"Aku menyiapkan obat pereda pengar untukmu, dan juga roti pang—"

"Siapa yang membawaku ke kamar? Apa itu Ben?" Alan memutus. Seperti yang sudah dipikirkan oleh Jian, Alan pasti lupa dengan kejadian semalam.

"Aku yang membantumu karena—"

"Siapa yang menyuruhmu?" Alan memutus lagi dan membentak.

"Tidak ada, aku hanya—"

"Jangan pernah menyentuh kamarku, bajingan!" kali ini Alan berteriak dan mengumpat. Membuat Jian tersentak merasakan dadanya tertusuk hingga ke ulu hati.

"Aku terpaksa melakukannya karena kau sudah dibanjiri dengan muntahanmu sendiri" Jian mulai meninggikan suaranya meskipun sambil menahan rasa sesak di dadanya.

"Jangan jadikan apapun sebagai alasan untuk melanggar aturan" Alan semakin emosi.

"Apa kau khawatir aku mencuri sesuatu dari kamarmu? Kalau kau orang waras, seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah membersihkan lantai dan sofamu karena kotoran yang berasal dari mulut sia—" Jian menghentikan kalimatnya. Tak kuasa untuk menyumpahi langsung orang yang sudah menolongnya.

"Ah, brengsek!" Jian mengutuk dirinya sendiri lalu berjalan menuju kamarnya untuk mengambil jaket miliknya lalu pergi meninggalkan Alan yang masih berdiri di dapur.

Usai keluar dari lift, Jian berjalan sangat cepat ke luar gedung apartemen. Pemuda itu melampiaskan emosinya dengan terus berjalan hingga nafasnya tersengal. Setelah Jian merasa lelah, pemuda itu menghentikan langkahnya lalu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sambil merunduk dan menyandarkan kedua tangan di lututnya.

"Jemal brengsek!" Jian mengumpat. Jian terus merutuki pemuda itu sampai hatinya merasa puas.

Jian tidak tidur semalaman hanya karena mengurus Alan. Dia tidak bisa membiarkan Alan tidur dalam keadaan kotor dan dengan kondisi yang tidak baik. Alan langsung tertidur setelah ia memuntahkan isi perutnya sementara Jian harus memindahkannya ke dalam kamarnya yang gelap—lalu mengambil sehelai kaus yang sudah tergantung di stand hanger tak jauh dari tempat tidur dan menggantikan pakaian Alan dengan susah payah. Setelah selesai memindahkan Alan, dia juga harus membersihkan ruang tengah hingga pukul 4 pagi, pergi mandi untuk membersihkan diri lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan yang sama sekali tak berguna.

Jian sama sekali tidak menyentuh apapun yang ada di kamar Alan selain kaus dan tempat tidurnya. Dia juga tidak banyak melihat apa saja yang ada disana dengan kondisi hanya lampu remang yang menyala. Tapi Alan semarah itu tanpa memahami bagaimana Jian telah bersusah payah untuk menolongnya.

Acara festival Yuri dimulai pukul 10 pagi, tapi Jian sudah berada di rumah Gemma sejak pukul 6 disaat Gemma dan keponakannya bahkan masih tertidur pulas. Ibu Gemma berbaik hati menyambut Jian seperti biasanya. Wanita itu juga membuatkan sarapan spesial untuk Jian dan sangat berterima kasih karena sudah bersedia melewatkan hari libur untuk membantunya menemani Yuri di acara sekolahnya.

Menemani Yuri cukup menyenangkan untuk Jian dan selalu membuatnya bahagia. Yuri, anak yang masih berusia 6 tahun itu mirip Gemma. Hari ini gadis kecil itu sukses membuat suasana hati Jian menjadi lebih baik dan membantunya untuk melupakan kejadian pagi ini.

Pukul 8 malam, Jian masih berada di rumah Gemma. Perutnya sudah terisi penuh oleh masakan ibu Gemma yang dibawa dari restoran milik keluarganya. Yuri juga sudah tidur di kamarnya setelah lelah bercerita tentang dunianya yang tak Jian pahami.

Jian mulai mengantuk karena belum tidur sejak semalam. Sudah sejak tadi ingin kembali ke Greeceland meskipun hati kecilnya khawatir Alan mungkin saja sudah mengusirnya seperti yang dilakukan Jim—melempar semua barang-barangnya ke luar apartemen tanpa sepengetahuannya.

Tidak, Jian percaya Alan tidak sekejam itu.

Jian masih ingin kembali ke Greeceland dan tidur di kamar yang nyaman meskipun masih tak ingin melihat sosok yang memaki dirinya pagi tadi.

Sebelum kembali ke Greeceland, Jian menghubungi Gemma yang belum tiba di rumahnya. Jian ingin kembali pulang sebelum Alan tiba di apartemen dan memastikan mereka tidak bertemu malam ini.

"Kau di mana?" Jian bertanya pada Gemma setelah gadis itu menjawab panggilannya.

"Akhir-akhir ini kau selalu saja bertanya aku sedang di mana. Aku masih menemani Alan. seharusnya sejak tadi aku sudah di rumah, tapi Alan sejak tadi hanya uring-uringan dan membuat jadwal serba mendadak hari ini" jawab Gemma.

Jian bersyukur, setidaknya ia bisa pulang lebih dulu dari Alan dan akan langsung mengunci diri di dalam kamarnya.

"Aku sudah melaksanakan tugasku dengan baik. Setelah acaranya selesai aku menemani Yuri di rumahmu seharian dan ibumu juga baru saja pulang" Jian memberikan laporan singkat.

"Terima kasih, kau memang dewa penolong"

"Hanya itu? Mana janjimu?"

"Tenang saja, konsernya masih minggu depan" Gemma berkata dengan santai.

"Kau serius? Acaranya besok malam, Gemm! Kau mau menipuku kan?" Jian menekan kalimatnya.

"Begini—tiket itu ternyata—"

"Ternyata apa?" Jian memutus "Ah, sudahlah. Lagi pula niatku membantumu adalah demi Yuri. Tiket Jaden itu hanya omong kosongku saja. Tidak perlu memberi alasan apapun, aku sudah tahu kau pasti tidak bisa mendapatkannya" Jian bicara sambil memakai kembali jaketnya dan bersiap pamit pada ibu Gemma.

"Tapi aku masih berusaha, aku akan menepati janjiku, tenang saja" Gemma bicara serius, Jian hanya tertawa.

Jian memang tidak mengharapkan tiket itu dari Gemma. Jian tidak pernah ingin meminta apapun dari sahabat yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dulu. Jian sengaja meminta tiket Jaden pada Gemma karena dia yakin gadis itu tidak bisa mendapatkannya.

Tapi skenario yang telah dibuat Jian tidak berjalan dengan harapan. Tiga jam kemudian, ketika Jian sudah bisa bernafas lega karena Alan tidak mengusirnya dan ketika ia sudah begitu nyaman berbaring di atas tempat tidurnya, Gemma mengirimkannya sebuah pesan.

|Gemma
21:25 Besok kau harus izin pulang cepat dan tunggu aku di Orion , aku akan memberimu tiketnya 🤍

***

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now