Teh panas yang tiga puluh menit lalu Jian bawa dari dapur sudah mulai dingin. Pemuda itu sesekali menyeruput tehnya lalu kembali fokus dengan kaca jendela tinggi di sebelahnya.
Di atas meja tak jauh di dekatnya, ponselnya berdering. Gemma menghubungi, menginterupsi Jian dari lamunannya.
"Besok kau punya acara?" Tanya Gemma. Gadis itu bicara diiringi dengan suara gemericik air yang tenang.
"Kau sedang apa?" Jian balik bertanya.
"Berendam"
"Memangnya kau di mana?"
"Sudah jam 11 lewat, tentu saja aku di rumah"
"Terkadang kau pulang larut malam"
"Aku pulang pukul tujuh—lebih cepat dari biasanya karena si-tuan muda sedang butuh penyegaran"
"Penyegaran?"
"Sesuatu yang membuatmu sampai menjemputku dalam keadaan setengah sadar"
"Itu penyiksaan, bukan penyegaran. Jangan lakukan itu lagi, kau tidak bisa minum"
"Waktu itu aku hanya penasaran karena dia selalu pergi ke sana. Aku juga cuma minum dua gelas saja"
"Dua gelas yang berakhir merepotkan"
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Besok hari minggu, kau libur kan?"
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Jian terus terang.
"Ada acara festival di sekolah Yuri dan dia tampil. Aku sudah terlanjur janji datang tapi aku harus menemani Alan bermain golf bersama para pimpinan. Tolong sekali ini gantikan—"
"Tidak" Jian buru-buru memutus.
"Ayolah, gantikan aku. Ibuku tidak mungkin kesana, dia tidak ingin menutup restorannya di akhir pekan meskipun hanya lima menit" Gemma merengek.
"Yuri pasti kecewa jika bukan kau yang datang" Kata Jian setelah menyesap teh di cangkirnya.
"Jika kau yang datang, justru dia akan lebih bahagia" Gemma menimpali. Gadis itu berusaha jujur, keponakannya memang sangat menyukai Jian.
Sejak kakak kandung Gemma dan suaminya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu, Yuri dibesarkan oleh Gemma dan ibunya.
"Gemm, ini bahkan sudah yang ketiga kalinya aku pergi ke acara itu menggantikanmu. Bagaimana bisa kau mengaku sebagai bibinya?"
"Kali ini aku akan memberikan imbalan" ucapan Gemma membuat Jian tertantang.
"Apa?" Tanya Jian penasaran.
"Apa saja yang kau inginkan" Gemma sangat percaya diri.
"Kau yakin apa saja?" Seutas senyum muncul di sudut bibir Jian.
"Tentu, kau ingin apa?" Gemma bahkan seperti sudah bersedia memberikan dunia dan seisinya.
"Tiket konser Jaden" jawab Jian dengan yakin.
"Oke, itu sangat mudah untukku" balas Gemma tak kalah yakin.
Jian mengeluarkan tawa renyah, tak menyangka Gemma akan sepercaya diri itu.
"Deal!" Jian menutup.
—
Satu jam setelah Gemma menghubungi, Jian masih berada di ruang tengah. Teh di cangkirnya sudah habis tidak begitu dengan hujan yang turun semakin deras. Saat Jian beranjak dan berjalan menuju dapur untuk mengembalikan cangkir kosongnya, pintu apartemen berbunyi. Suara gaduh samar yang terdengar dari sana membuat Jian cepat-cepat berjalan mendekat untuk memastikan siapa yang datang.
ESTÁS LEYENDO
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)