"Baiklah, ada lagi?"
"Kau tidak perlu memberiku gaji, karena semua ini tidak akan seimbang. Memberiku tempat tinggal sudah sangat lebih dari cukup. Selain membantu pekerjaanmu—kau juga bisa meminta bantuanku untuk hal yang lain, seperti membersihkan ruangan atau apapun. Hanya saja aku tidak bisa memasak—kecuali membuat ramen dan memasak nasi, aku juga bisa memanaskan makanan, memanggang roti atau membuat teh dan kopi—tapi selain itu untuk masalah dapur, aku tidak bisa membantumu" Jian menjelaskan panjang lebar tanpa jeda.
"Aku sedang tidak cari juru masak"
"Aku memberitahu sebelumnya agar kau tidak kecewa"
"Bukan masalah" Alan mengedikkan bahunya. Tidak yakin hal itu akan menguntungkan baginya atau tidak.
"Baiklah itu saja" Jian menutup, dibalas oleh anggukan Alan.
"Aku akan pergi ke kantor sekarang, tiga puluh menit lagi dokter pribadiku datang untuk memeriksa kondisimu—kau bisa membukakan pintu untuknya, kan?"
Jian menganga "Tidak perlu, aku sudah—"
"Kondisimu harus membaik agar bisa kembali bekerja" Alan memutus sambil membalikkan tubuhnya lalu pergi meninggalkan Jian.
***
Hari kedua setelah Jian tinggal di Greeceland, tentu saja pemuda itu masih belum terbiasa dan leluasa. Malam itu ia mengendap ke luar kamar menuju dapur sambil membawa sebungkus ramen yang ia beli di supermarket yang berada di lobby apartemen.
Sebelum tiba di dapur, Jian berpapasan dengan Alan yang baru saja pulang dari kantornya. Alan berjalan dengan jas yang sudah tersampir di tangannya dan dasi yang sudah di kendurkan di kerah kemejanya. Ketika Alan hendak menuju kamarnya, sorot matanya bertemu dengan sosok Jian yang sudah berada di ruang tengah, berdiri kaku sambil membawa sebungkus makanan instan.
Buru-buru Jian menyapa menghindari kecanggungan yang terjadi diantara mereka "Kau sudah pulang?"
Alan hanya mengangguk dengan mimik wajah datar lalu melewati Jian begitu saja sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Jian menghela nafasnya lalu kembali berjalan menuju dapur. Lampu dapur otomatis menyala ketika Jian tiba disana. Pemuda itu dengan hati-hati membuka beberapa rak mencari alat yang bisa digunakan untuk memasak ramennya.
Mencari semua alat yang ia butuhkan ternyata tak mudah. Tanpa bantuan siapapun, Jian harus mencari alat itu secara mandiri di setiap rak dapur yang jumlahnya tidak sedikit.
Jian butuh waktu selama hampir satu jam untuk memasak menu makan malamnya kemudian menikmati ramennya dalam keheningan di meja makan. Baru dua suap,
Jian mendengar suara pintu kamar Alan terbuka. Tak lama pemuda berlesung pipi itu muncul sudah menggunakan setelan piyama berwarna hitam. Rambutnya baru saja dikeringkan namun sengaja membiarkannya tak tersisir dan menjuntai tak beraturan di sisi keningnya.
Alan masuk ke dalam dapur dengan aroma wangi shampoo yang menyeruak masuk ke hidung siapapun yang di dekatnya. Jian yang sejak tadi duduk di meja makan sisi dapur hanya membeku memperhatikan si pemilik apartemen yang sibuk membuka kulkas lalu mengumpulkan beberapa bahan makanan di meja dapur.
"Aku buat ramen kau mau? Biar aku buatkan juga untukmu" Jian merasa belum terlalu telat untuk menawarkan namun Alan hanya menoleh sedikit pada Jian lalu mengabaikannya.
Jian mengawasi Alan dari belakang, pemuda itu nampak tengah memasukan makanan kedalam microwave, menunggunya selama beberapa menit lalu mengeluarkan makanan itu darisana. Jian mengerjap ketika Alan tiba-tiba berbalik sembari membawa makanannya lalu bergabung bersama Jian dalam satu meja.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Three
Start from the beginning
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)