Ekstra 8 : Tan Zaozao

138 7 0
                                    

Tan Zaozao telah memfilmkan banyak film, memainkan karakter yang tak terhitung jumlahnya. Dia adalah penari yang memesona, pendekar pedang yang heroik, ibu yang penyayang, wanita muda yang tidak bisa melepaskan diri dari pergolakan cinta.

Setiap karakter berbeda, sama seperti setiap orang menjalani kehidupan yang berbeda.

Ketika Tan Zaozao pertama kali memasuki dunia hiburan, dia mengalami kecelakaan: saat dia sedang syuting adegan menunggang kuda, dia ceroboh dan terjatuh dari kudanya. Luka-lukanya sangat parah, dan dia hampir kehilangan nyawanya. Seorang teman dekatnya datang mengunjunginya di rumah sakit dan memarahinya habis-habisan, menanyakan apakah dia ingin mati, mengapa dia tidak menggunakan pemeran pengganti untuk kejadian berbahaya seperti itu.

Tan Zaozao menjawab sambil tersenyum: "Hidupku tidak begitu berharga."

Tan Zaozao masih muda saat itu, dan sama sekali tidak takut mati. Dia pikir dia akan selalu seperti itu, sampai suatu hari, dia tampil di sebuah acara bincang-bincang. Ketika Tan Zaozao keluar dari ruang ganti, dia menemukan bahwa koridor yang seharusnya menuju ke panggung suara telah berubah menjadi dua belas pintu besi. Setiap pintu terlihat persis sama, memancarkan hawa dingin yang sedingin es.

Melihat hal seperti itu, senyuman di wajah Tan Zaozao menjadi kaku. Reaksi pertamanya adalah bertanya-tanya apakah ini adalah sebuah lelucon yang diselenggarakan oleh pihak produksi, jadi dia memaksakan perasaan gelisah di dadanya. Dia terus melakukannya sampai...dia membuka salah satu pintu.

Saat pintu terbuka, dia muncul di lokasi asing. Di sekelilingnya terdapat kuburan yang terpencil, dan di depannya tampak sebuah kastil yang gelap dan besar.

Tan Zaozao mengikuti jalan itu perlahan ke depan. Di lapangan terbuka di depan kastil kuno, dia melihat beberapa orang berdiri bersama, mendiskusikan sesuatu dengan berbisik. Semua wajah mereka asing baginya, dan ketika mereka melihatnya, mereka hanya melemparkan pandangan sesaat sebelum memalingkan muka lagi.

"Permisi, kita dimana?" Tan Zaozao bertanya.

Tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

"Apakah ini untuk pertunjukan?" Perasaan buruk yang bergejolak melanda dada Tan Zaozao, dan dia menanyakan pertanyaan ini dengan sangat hati-hati. Hanya saja, seseorang di antara kerumunan itu memasang ekspresi mengejek.

"Untuk pertunjukan? Kamu pernah melihat pertunjukan yang realistis sebelumnya?"

Tan Zaozao terdiam.

Meskipun dia berpegang pada seutas harapan, berharap ini adalah pertunjukan lelucon yang hiperrealistis, harapan itu pupus begitu saja ketika dia melihat orang pertama mati. Kematian orang itu sangat menyedihkan—mereka dipenuhi luka dari kepala hingga kaki, dan seluruh darahnya telah disedot keluar. Mereka sangat mati.

Tan Zaozao menatap mayat itu, membeku di tempatnya berdiri. Itu adalah pertama kalinya dia benar-benar menyadari fakta bahwa ini bukanlah sebuah lelucon, juga bukan semacam permainan realistis. Di sini, kematian adalah kemungkinan yang sangat nyata.

Secara relatif, pintu pertama Tan Zaozao tidak terlalu sulit. Dia cukup beruntung, dan keluar hidup-hidup. Ketika dia kembali ke dunia nyata, dia segera mengalami gangguan emosi, membuat takut asisten di sampingnya.

"Zaozao, kamu baik-baik saja?" asisten itu bertanya dengan khawatir.

"Di mana kamu?!" Tan Zaozao berkata dengan marah. "Kenapa kamu tidak membantuku?"

Asisten itu kembali menatapnya dengan tatapan kosong.

"Apa maksudmu...di mana? Bukankah kamu sudah duduk di sini sepanjang waktu?"

Kaleidoscope of Death (死亡万花筒) (Terjemahan Indonesia)Where stories live. Discover now