Chapter 131 Hantu

110 12 0
                                    

Di balik pintu lift ada koridor remang-remang yang terlihat tidak berbeda dari biasanya. Namun, yang tersebar di udara adalah aroma darah yang samar-samar dan dapat dikenali. Hal ini mengingatkan Lin Qiushi bahwa segala sesuatunya tidak sesederhana kelihatannya.

Lin Qiushi maju selangkah, ingin segera keluar dari sana. Namun ketika dia sampai di luar apartemen, saat dia berbelok di tikungan, dia melihat tiga gadis kecil berpakaian identik berdiri di hadapannya.

Mereka berdiri mengelilingi kue ulang tahun yang besar, yang di atasnya ditempelkan segumpal lilin putih. Kuenya tampak hampir meleleh, dan cairan merah yang terus menetes keluar dari dalamnya justru merupakan sumber aroma yang tercium oleh Lin Qiushi. Parahnya, di atas kue itu, ditaruh kepala seorang wanita yang terpenggal. Matanya tetap terbuka, mengamati Lin Qiushi dan menolak pasrah pada nasibnya; ia bahkan mengedipkan matanya ke arah Lin Qiushi.

Tablo itu aneh dan mengerikan. Melihat mereka, Lin Qiushi teringat pintu yang dilewatinya dengan petunjuk Burung Fitcher. Tanpa diragukan lagi, inilah si kembar tiga yang pernah ditemui Lin Qiushi di dalam pintu...

Si kembar tiga berdiri di pintu masuk, kepala berputar menghadap Lin Qiushi. Senyuman kaku tersungging di wajah mereka, dan dari bibir mereka tercurah lagu kecil ucapan selamat ulang tahun. Salah satu gadis perlahan mengangkat tangan dan menunjuk ke atas kepalanya, dan dia berkata, "Xiao-gege, maukah kamu makan kue bersama kami?"

Mendengar pertanyaannya, Lin Qiushi tidak berani menjawab. Dia berbalik dan pergi ke jalan keluar lain.

Untung si kembar tiga hanya mengawasinya pergi tanpa niat mengejar.

Lin Qiushi berlari dengan cepat. Butuh waktu sesaat untuk sampai ke pintu, tapi saat dia hendak keluar, dia teringat apa yang telah dilakukan salah satu dari si kembar tiga—dia menunjuk ke atas kepalanya. Apa maksud dari isyarat ini? Mungkinkah ada sesuatu di langit-langit?

Sejujurnya, dalam keadaan seperti ini, tak seorang pun akan senang melihat ke langit-langit. Namun Lin Qiushi tetap mengeluarkan ponselnya, menyalakan senter, dan perlahan mendongak, mengarahkan sorotan cahaya di tangannya ke langit-langit. Dia menjaga gerakannya tetap lambat, siap berlari kapan saja, tapi yang membuatnya bernapas lega adalah langit-langitnya benar-benar bersih. Tidak ada apa pun di sana—

Saat ia melihat ini, Lin Qiushi menyimpan ponselnya, menghela napas, dan meninggalkan gedung. Namun tepat sebelum dia keluar dari serambi, rasa bahaya yang sulit dijelaskan tiba-tiba menyerang bagian atas kepalanya. Secara insting, kaki Lin Qiushi mundur. Dan tepat pada detik inilah sesosok mayat jatuh langsung dari atap gedung, menghantam tanah di kaki Lin Qiushi. Jelas sekali jika dia tidak tetap berdiri di sini, dia pasti sudah terkena mayat ini.

Mayat itu jatuh dari atas dan pecah berkeping-keping. Tengkorak itu tampak seperti semangka yang jatuh dari ketinggian, berceceran di tanah. Namun jika dilihat dari pakaian luarnya dan benda di tangannya, inilah pria yang memblokade pintu apartemen Lin Qiushi dengan kapak. Lin Qiushi tidak tahu kenapa dia terjatuh.

Lin Qiushi mengitari mayatnya dan dengan cepat memasuki kawasan perumahan. Dia melangkah melintasi jalan berkerikil dan melirik kembali ke apartemen di belakangnya. Di sana dia melihat, sedang berjongkok di dinding luar apartemen, sesosok manusia merangkak perlahan ke bawah dari atas, tidak menghiraukan gravitasi. Melalui cahaya redup yang datang dari lorong, Lin Qiushi bisa mengetahui siapa orang itu...dia adalah Wang Xiaoyi, yang tengkoraknya terbelah dua. Wang Xiaoyi perlahan turun dari dinding ke tempat mayat Cheng Wen jatuh, membenamkan wajahnya di tubuh itu dan mulai mengunyah, seolah-olah seekor binatang buas yang melihat makanan.

Lin Qiushi hanya melihat satu kali sebelum berbalik. Mungkin karena cuaca panas, mungkin karena intensitas perkembangan sejauh ini, tapi seluruh tubuhnya dipenuhi keringat. Keringat menetes dari dagunya saat Lin Qiushi berjalan menyusuri distrik, mengamati sekelilingnya. Sejenak dia merasa terpukul; dia merasa tidak ada tempat yang aman di sini, dan dari setiap sudut yang terbungkus bayangan, monster bisa muncul.

Kaleidoscope of Death (死亡万花筒) (Terjemahan Indonesia)Where stories live. Discover now