"Dia bekerja denganku dan aku punya hak untuk melindunginya. Jika kau menyakitinya lagi, kupastikan hidupmu tamat di penjara" Alan memberikan ancaman dengan suara mengintimidasi. Jim mendecih namun tak berkutik saat Nina yang tak jauh berdiri di dekatnya menggelengkan kepala memberi tanda agar Jim tak lagi melawan.
Jian awalnya hendak menarik Alan untuk keluar dari rumahnya, tapi ia urungkan ketika merasa darah segar kembali keluar dari hidungnya. Cepat-cepat ia menyeka dengan dengan tangannya lalu buru-buru menyelinap pergi keluar rumah—memunguti pakaiannya di atas lantai, memasukkannya ke dalam tas ranselnya lalu melangkah pergi.
"Kau mau kemana?" Alan berusaha mengikuti langkah Jian yang berjalan begitu saja.
Jian terus berjalan tanpa menoleh sembari menekan hidungnya hingga perdarahan itu terhenti.
"Terima kasih Tuan sudah menolongku meskipun seharusnya tidak perlu"
"Jika aku tidak datang, mungkin dia sudah membunuhmu" Alan terus membututi Jian.
"Lalu—kenapa Tuan bisa disini?" Jian menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Alan yang juga mendadak ikut menghentikan langkahnya.
Mata Alan melebar saat dapat melihat jelas wajah Jian "Sial! Aku akan mengantarmu ke rumah sakit" Alan buru-buru mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku jasnya lalu hendak menyeka hidung Jian
"Aku tidak apa apa" Jian menahan tangan Alan sebelum berhasil menyentuhnya "dan maaf harus pergi sekarang. Aku sudah hampir telat" lanjut Jian sembari melirik layar ponselnya, memastikan berapa menit lagi ia harus tiba di Orion.
"Apa kau bodoh? Dengan keadaan seperti ini?" Alan meringis melihat kondisi wajah Jian yang lebih parah dari semalam.
"Aku sudah terbiasa dan ini tidak seberapa" Jian berkata jujur.
"Tetap saja, pelangganmu akan takut melihat wajahmu"
Jian tak bereaksi apa-apa, hanya menatap datar Alan yang entah kenapa jadi terlibat ke dalam masalahnya.
"Apa mereka juga yang membuat wajahmu lebam semalam?" Alan merendahkan suaranya, berusaha berhati-hati. Namun Jian tak menjawab dan berbalik pergi begitu saja.
"Kau harus mencari tempat lain dan jangan kembali lagi ke rumahmu jika masih ingin hidup" Alan kembali mengikuti langkah Jian.
"Aku tahu" merasa terus diikuti, Jian kembali menghentikan langkahnya secara mendadak hingga Alan menabrak punggungnya. Jian maju selangkah lalu lagi-lagi berbalik menatap atasan sahabatnya yang semakin bersikap tak wajar.
"Tuan, kurasa kau juga akan telat sampai kantormu jika masih disini"
Alan terdiam lalu bicara dengan penuh keyakinan "Bagaimana jika aku menawarkan kesepakatan?"
"Kesepakatan?" Entah sudah berapa kali Jian tercengang pagi ini.
"Staff pribadiku baru saja mengundurkan diri, jika kau berkenan kau bisa menggantikannya. Terkadang aku bekerja di rumah, kau hanya cukup merapihkan dan menyiapkan dokumen di malam hari jika aku memerlukannya. Aku akan memberimu gaji setiap bulan dan juga kau bisa tinggal di kamar yang kau tempati semalam"
"Kau tahu aku juga bekerja dari pagi hingga malam"
"Terserah bagaimana kau mengatur waktumu,
Aku juga tidak akan menyita waktumu setiap hari—kau bekerja hanya jika aku memerlukan bantuanmu" dari mimik wajahnya, Jian berpikir Alan sedang bicara tanpa berpikir panjang.
Jian menghela nafas berat lalu menatap Alan dengan tatapan menantang "hal itu tidak akan sepadan. Sebenarnya apa yang Tuan inginkan?" Alan melebarkan kedua matanya saat mendengar pertanyaan Jian.
"Aku hanya ingin menolongmu" Alan berkata secara gamblang.
"Tolong berikan alasan yang lebih masuk akal" Jian menuntut.
"Kau serius?" Alan tertawa tak menyangka.
"Aku bukan orang yang mudah percaya dengan orang asing"
Alan menganggukkan kepalanya dan bergumam "Ah, orang asing" "Begini, Gemma adalah kepercayaan ayahku dan sekarang sahabatmu itu ditugaskan untuk memantau segalanya yang kulakukan lalu melaporkannya pada ayahku. Jujur, itu cukup menyulitkan. Setidaknya jika aku bisa mengambil hatinya—maksudku, berbuat apa saja yang menurutnya baik, gadis itu tidak akan sekejam itu padaku" Alan berusaha menjelaskan dengan cepat.
Jian menaikkan sebelah alisnya. Memangnya sekejam apa Gemma pada orang di hadapannya saat ini?
"Hanya itu?"
"Astaga, kau masih belum puas dengan jawabanku?" Alan mendesah.
"Meskipun kau atasan Gemma, tidak ada jaminan kau tidak akan berbuat jahat padaku" Jian menatap Alan dari sudut matanya.
"Baiklah, ini alasan yang terakhir. I feel you karena aku juga pergi dari rumah orang tuaku" Alan menutup.
***
ESTÁS LEYENDO
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)