"Apa yang kau cari? Aku sudah bilang kami sudah mengemas semuanya, sekarang pergilah jangan biarkan aku melihatmu lebih lama lagi" Jim mengawasi Jian dari ambang pintu kamar.
"Kemana barang-barang yang kusimpan di tempat ini?"Jian menunjuk laci di lemarinya.
Seperti dugaan, Jim hanya bisa berpura-pura tidak tahu.
"Barang apa? Kau hanya punya sampah" Jim mendecih, membuat Jian mengencangkan rahangnya.
"Ya, sepertimu" Jian berdesis, menatap tajam pria di hadapannya seolah-olah ingin melahapnya saat itu juga.
—
Di sisi lain setelah Alan meninggalkan Jian, Alan masih fokus pada ipad-nya sementara supir pribadinya memberanikan diri untuk membuka topik tentang sesuatu yang sejak tadi bersarang di kepalanya.
"Aku baru melihat pemuda itu" pria paruh baya yang sudah bekerja selama belasan tahun di keluarga Jemal itu melirik si tuan muda dari center mirror.
"Temannya Gemma" Alan masih tetap melihat layar iPadnya, membaca email berisi jadwalnya hari ini.
Supirnya mengangguk lalu bicara dengan nada halus "dia nampak tertekan"
"Begitu? Mungkin karena dia harus kembali ke kandang serigala" Alan kini balas memandang supirnya dari kaca spion tengah.
"Tempat kerjanya? Aku kira tadi kita mengantarnya pulang ke rumahnya"
"Ya, memang rumahnya—rumah keluarganya tapi Gemma bilang jika keluarganya bermasalah" Alan hanya tahu cerita sekilas tentang Jian ketika Gemma menghubunginya semalam.
"Apa lebam di wajahnya karena keluarganya? Tidak apa-apa jika kita meninggalkannya disana?" Supir itu mengerutkan dahinya, sementara pemuda yang duduk di kursi belakang mendadak membeku.
Alan menutup iPadnya, ia menggigit bibir bawahnya hingga menonjolkan lesung pipinya yang dalam lalu mendesah.
"Kau membuatku tidak tenang. Gemma tidak akan menyukai hal ini" Alan mengeram lalu meminta supirnya untuk memutar balik mobilnya kembali menuju rumah Jian.
Saat tiba disana Alan langsung membuka pintu mobil lalu berjalan cepat menaiki undakan tangga menuju rumah Jian. Tak ada siapapun yang terlihat dari luar rumah. Namun sesuatu membuat Alan curiga ketika melihat sebuah tas yang telah terbuka berisi pakaian yang isinya sebagian sudah tercecer berantakan di lantai.
Pintu rumah Jian terbuka dan pemuda itu berusaha menoleh ke dalam saat samar-samar mendengar seorang pria berteriak kasar. Tanpa ragu Alan menerobos masuk ke dalam lalu menemukan Jian yang tubuhnya sedang dihimpit oleh pria berbadan besar.
"Jangan sentuh aku, sialan" Jian berusaha berontak, namun semakin erat pula Jim mendorongnya ke dinding.
Bug
Pukulan keras kembali mendarat di pelipis wajah Jian. Alan yang berdiri tak jauh darisana spontan menghampiri Jim dan menariknya.
"Apa yang kau lakukan?" ucapannya membuat Jim menoleh sekaligus membuat Jian terkejut.
"Kau siapa? Jangan ikut campur urusan kami" Jim berteriak sekaligus memberontak ketika Alan sekuat tenaga menarik tubuh Jim yang berukuran 3 kali dari tubuh Jian.
"Aku tidak bisa tidak ikut campur jika menyangkut penganiyaan. Lepaskan dia sekarang atau aku akan melaporkanmu sekarang juga" Alan menghentak tubuh Jim hingga tangganya berhasil melepas Jian dari cengkramannya.
Jian meringsut lalu mengambil nafas dalam-dalam sebelum berhasil merangkak berdiri tanpa bantuan siapapun.
"Jika kau ingin melaporkanku, aku akan melaporkanmu lebih dulu karena memasuki rumah orang tanpa izin" Jim menantang sambil menepis tangan Alan yang sejak tadi menahan lengannya.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)