"Aku tidak memberi tawaran, aku menyediakan"

"Kalau Tuan lupa, kita tidak sekenal itu" Jian mengerjap, semakin tidak bisa membaca situasi apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Aku melakukan ini karena Gemma" Alan mendesah.

"Karena siapapun itu, maaf aku tidak ingin merepotkan siapapun. Terlebih Tuan juga atasan Gemma, bukan atasanku" Jian mulai jengah tapi Alan justru terlihat lebih frustasi.

"Ayolah, aku agak lelah hari ini. Kita tidak perlu bernegosiasi" Alan membuka pintu mobil di kursi penumpang sementara tangan satunya sibuk dengan ponselnya terlihat hendak menghubungi seseorang.

Jian menggeleng pelan "Dengar, meskipun menurut—"

"Gemma, kau saja yang menjelaskan langsung padanya. Temanmu keras kepala jadi jangan suruh aku untuk membujuknya" Alan tiba-tiba saja berbicara dengan ponselnya lalu menyodorkan benda pipih itu pada Jian.

Jian menerimanya, siap mengintrogasi sahabatnya yang tengah membuat masalah hidupnya lebih runyam.

"Jian, jangan menolak. Alan tinggal sendiri, kau bisa menginap di apartemennya. Dia memang terkesan dingin, tapi sebenarnya tidak seburuk itu. Oke?" Sebelum Jian bicara, Gemma lebih dulu memberikan rentetan kalimatnya.

"Apa kau gila? Staff macam apa yang lancang memerintah atasannya sendiri?" Jian membentak.

"Aku tidak punya jalan lain, tolong turuti saja—demi aku. Kalau kau tetap menolaknya, aku akan marah. Ingat terakhir kali kita bertengkar? Aku mendiamkanmu selama tiga bulan" Gemma memberikan ancaman.

"Lain kali tolong tanyakan dulu apa pendapatku sebelum kau mengambil keputusan tak masuk akal—terlebih itu menyangkut urusanku"

"Hanya sekali ini saja, aku janji. Kau bisa membuatku dipecat jika mengacaukan segalanya"

"Alasan macam apa itu? Kau sudah keterlaluan"

"Jangan marah, please—kali ini saja" Gemma sengaja mematikan teleponnya. Membuat Jian mendecak lalu memandang Alan yang sejak tadi mengawasinya.

"Sudah?" Alan menaikkan sebelah alisnya setelah Jian mengembalikan ponselnya.

Detik ini menjadi sesuatu yang paling gila yang terjadi pada hidup Jian. Bagaimana bisa dia berada di dalam satu mobil dengan orang asing yang baru beberapa hari lalu bersikap seolah-olah tidak mengenalnya, kemudian dalam waktu dekat datang kepadanya untuk meminta maaf, lalu hari ini dia datang lagi untuk memberinya tumpangan. Jian merasa Gemma tidak sedang menolongnya, namun sedang membubuhkan sentuhan komedi di hidup Jian.

Di perjalanan menuju Greeceland, Alan hanya diam. pandangannya lurus kedepan meskipun sesekali melirik Jian dari kaca mobilnya—sahabat Gemma itu sibuk merapatkan tudung di kepalanya dengan gerakan hati-hati. Alan menyadari sesuatu yang terjadi, namun pemuda itu hanya diam tak berniat untuk bertanya ataupun ikut campur.

Untuk yang kedua kalinya, Jian menginjakkan  kakinya di Greeceland, apartemen mewah bergaya minimalis milik Alan. Ketika mereka berdua memasuki unit besar itu, Alan langsung menunjukkan di mana kamar yang bisa Jian tempati.

"Ini kamarmu. Handuk dan peralatan mandi ada di dalam" Alan bicara sambil membuka pintu kamar yang berukuran cukup besar dan sangat rapi. Bau wangi kayu oak bercampur teh hijau yang hangat langsung menyeruak ke hidung Jian.

"Terima kasih" Jian canggung, dia bahkan tidak berani menatap lawan bicaranya.

Setelah menunjukkan kamar pada Jian, Alan pergi berjalan menuju ruangan lain sementara Jian masuk kedalam kamar itu. Ia duduk di pinggir tempat tidur yang berbalut sprei berwarna putih sehalus sutra. Matanya mengerjap memandangi seluruh ruangan yang di design secara sederhana namun terlihat mewah.

Middle Name | JAEWOO [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora